Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu, menggelar kirab budaya bernuansa tradisional Jawa untuk memperingati hari jadi ke-830 daerah itu.
Seremonial dipusatkan di dalam kompleks pendopo Kabupaten Trenggalek yang ditandai dengan penyerahan pusaka daerah yang telah dicuci atau dijamas dan diterimakan kepada Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin.
Namun sebelum itu, tiga pusaka daerah yang terdiri atas tombak dan keris sungsung tunggul nogo, panji kabupaten Trenggalek, dan dua pusaka pemberian ngarso dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X sempat diarak/dikirab keliling kota setempat.
Prosesi kirab berlangsung meriah. Banyak warga dan wisatawan yang datang untuk menyaksikan rangkaian kirab budaya hingga ritual purak tumpeng agung yang menjadi penutup kegiatan tersebut.
"Harapan kita pinayungan kaluhuran (terlindungi dalam kemuliaan), karena kita tahu bahwa kalau bahasanya tiyang sepuh le saiki kayangane lagi gonjang ganjing (ujar orang tua/sesepuh, kalau dunianya sedang bergejolak). Ya meskipun sekarang ini friksi politik, tensi politik, tekanan ekonomi, geopolitik, peperangan di mana-mana dan lainnya, itu semua kan faktor eksternal kalau dalam falsafah Jawa ya kayangan kita. Semoga kayangane ora gonjang ganjing. Bisa tercapai adil makmur, sehat sukses semuanya," ujar Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin dalam pidato sambutan.
Dalam rangkaian Hari Jadi Ke-830 Trenggalek itu, ada yang menarik yaitu meruwat boks hitam yang menjadi simbolis.
Selain meruwat benda-benda pusaka seperti dua tombak korowelang, sungsung tunggul nogo, panji kabupaten Trenggalek dan dua pusaka pemberian ngarso dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Jadi yang diruwat tidak hanya pusaka, tapi orang yang mengendalikan kebijakan, harus diruwat, sehingga masyarakat semakin toto tentrem kerto raharjo. Termasuk tadi, saya minta ASN untuk berbagi kepada sesama maupun lingkungan sekitar di hari jadi," katanya.
Untuk itu, Trenggalek mencoba merefleksikan hal itu, di antaranya lewat terobosan ucapan karangan bunga di hari jadi menggunakan tanaman asli. Penggunaan bibit tanaman asli dalam karangan bunga itu nantinya bakal diperebutkan masyarakat.
Mochamad Nur Arifin yang kerap disapa Mas Ipin mengatakan dengan modal yang sama namun dampak berbeda dirasakan ketimbang menggunakan styrofoam.
"Kita konsentrasi pembangunan berkelanjutan. Ibu Novita (Ketua TP PKK Trenggalek Novita Hardini), sering membagikan bibit lewat gerakan PKK untuk ketahanan pangan. Sementara saya untuk mencegah krisis iklim yang akan berdampak pada krisis pangan. Jadi penggunaan bibit tanaman ini akan lebih bermanfaat," katanya.
Selain meruwat benda-benda pusaka seperti dua tombak korowelang, sungsung tunggul nogo, panji kabupaten Trenggalek dan dua pusaka pemberian ngarso dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Jadi yang diruwat tidak hanya pusaka, tapi orang yang mengendalikan kebijakan, harus diruwat, sehingga masyarakat semakin toto tentrem kerto raharjo. Termasuk tadi, saya minta ASN untuk berbagi kepada sesama maupun lingkungan sekitar di hari jadi," katanya.
Untuk itu, Trenggalek mencoba merefleksikan hal itu, di antaranya lewat terobosan ucapan karangan bunga di hari jadi menggunakan tanaman asli. Penggunaan bibit tanaman asli dalam karangan bunga itu nantinya bakal diperebutkan masyarakat.
Mochamad Nur Arifin yang kerap disapa Mas Ipin mengatakan dengan modal yang sama namun dampak berbeda dirasakan ketimbang menggunakan styrofoam.
"Kita konsentrasi pembangunan berkelanjutan. Ibu Novita (Ketua TP PKK Trenggalek Novita Hardini), sering membagikan bibit lewat gerakan PKK untuk ketahanan pangan. Sementara saya untuk mencegah krisis iklim yang akan berdampak pada krisis pangan. Jadi penggunaan bibit tanaman ini akan lebih bermanfaat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024