Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur meraih penghargaan tingkat ASEAN untuk kategori kesra berkat inovasi program Keluarga Sehat Dibayar atau Keluarga Sehat yang Beruntung (the healthy families, the lucky ones) yang dinilai menginspirasi kesadaran warga akan pola hidup sehat.
"Ya, penghargaan itu kita terima dalam kegiatan KTT Pemimpin Perempuan ASEAN ke-3 (The 3th ASEAN Woman Leader’ Summit) di Kota Vientiane, Laos PDR (Republik Demokratik Rakyat Laos), lusa kemarin (Jumat, 23/8)," kata Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, di Trenggalek, Minggu.
Bupati Nur Arifin atau Mas Ipin tidak menerima langsung penghargaan itu, tapi diwakili Staf Ahli Menteri Hukum dan HAM Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Indra Gunawan.
Mengambil tema penguatan ekonomi peduli dan ketahanan menuju ketahanan ASEAN pasca-2025, kegiatan di Laos itu dihadiri menteri pemberdayaan perempuan se-ASEAN.
Dalam ajang itu, program keluarga sehat dibayar atau nama program resminya keluarga sehat yang beruntung (the healthy families, the lucky ones) dinilai apik karena mendidik masyarakat untuk berperan aktif meningkatkan kesadaran bahwa hidup sehat adalah kebutuhan.
Peran serta inilah yang menjadikan masyarakat tidak hanya menjadi obyek tetapi juga menjadi subyek pembangunan.
Pembangunan responsive gender memastikan masyarakat rentan memiliki akses, partisipasi, kontrol dan menerima manfaat pembangunan.
Selain itu, dari sisi pengelolaan, anggaran apresiasi itu lebih murah dan efektivitas ketimbang anggaran untuk kuratif dan rehabilitatif.
Itulah yang melandaskan munculnya ide yang sehat yang dibayar.
Dengan sasaran keluarga tidak mampu yang terdaftar di DTKS GERTAK (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan).
Program keluarga sehat yang beruntung itu menjadi salah satu motivasi untuk sehat, sehingga perawatan jangka panjang penyakit dapat terjadi.
"Keluarga sehat yang beruntung membalik dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Menjadi sehat itu menguntungkan," kata Mas Ipin.
Program ini dinilai berbeda dengan program kesehatan lainnya, di mana umumnya bantuan urusan soal kesehatan diberikan apabila sakit.
Namun melalui pola ini dibalik, keluarga yang mampu menjaga kesehatannya diberikan insentif oleh pemerintah daerah asalkan memenuhi indikator yang sudah ditentukan.
"Indikator yang dijadikan patokan adalah 12 indikator yang disusun Kementerian Kesehatan. Misalnya melakukan imunisasi dasar lengkap, keluarga yang mengikuti program berencana hingga anggota keluarga tidak ada yang merokok," imbuhnya.
Dengan 53.556 penerima manfaat, program itu berhasil membuat Indeks Keluarga Sehat (IKS) meningkat.
Pada tahun 2019 IKS Trenggalek 0,10 menjadi 0,35 pada semester pertama tahun 2024.
Kemudian meningkatkan penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar dari 23 persen pada tahun 2019 menjadi 88,72 persen pada semester pertama 2024.
Meningkatkan penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur dari 9 persen pada tahun 2019 menjadi 46,60 persen pada semester pertama 2024.
Selain itu juga meningkatkan penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dari 46 persen dari tahun 2019 menjadi 92,19 persen pada semester pertama tahun 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Ya, penghargaan itu kita terima dalam kegiatan KTT Pemimpin Perempuan ASEAN ke-3 (The 3th ASEAN Woman Leader’ Summit) di Kota Vientiane, Laos PDR (Republik Demokratik Rakyat Laos), lusa kemarin (Jumat, 23/8)," kata Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, di Trenggalek, Minggu.
Bupati Nur Arifin atau Mas Ipin tidak menerima langsung penghargaan itu, tapi diwakili Staf Ahli Menteri Hukum dan HAM Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Indra Gunawan.
Mengambil tema penguatan ekonomi peduli dan ketahanan menuju ketahanan ASEAN pasca-2025, kegiatan di Laos itu dihadiri menteri pemberdayaan perempuan se-ASEAN.
Dalam ajang itu, program keluarga sehat dibayar atau nama program resminya keluarga sehat yang beruntung (the healthy families, the lucky ones) dinilai apik karena mendidik masyarakat untuk berperan aktif meningkatkan kesadaran bahwa hidup sehat adalah kebutuhan.
Peran serta inilah yang menjadikan masyarakat tidak hanya menjadi obyek tetapi juga menjadi subyek pembangunan.
Pembangunan responsive gender memastikan masyarakat rentan memiliki akses, partisipasi, kontrol dan menerima manfaat pembangunan.
Selain itu, dari sisi pengelolaan, anggaran apresiasi itu lebih murah dan efektivitas ketimbang anggaran untuk kuratif dan rehabilitatif.
Itulah yang melandaskan munculnya ide yang sehat yang dibayar.
Dengan sasaran keluarga tidak mampu yang terdaftar di DTKS GERTAK (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan).
Program keluarga sehat yang beruntung itu menjadi salah satu motivasi untuk sehat, sehingga perawatan jangka panjang penyakit dapat terjadi.
"Keluarga sehat yang beruntung membalik dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Menjadi sehat itu menguntungkan," kata Mas Ipin.
Program ini dinilai berbeda dengan program kesehatan lainnya, di mana umumnya bantuan urusan soal kesehatan diberikan apabila sakit.
Namun melalui pola ini dibalik, keluarga yang mampu menjaga kesehatannya diberikan insentif oleh pemerintah daerah asalkan memenuhi indikator yang sudah ditentukan.
"Indikator yang dijadikan patokan adalah 12 indikator yang disusun Kementerian Kesehatan. Misalnya melakukan imunisasi dasar lengkap, keluarga yang mengikuti program berencana hingga anggota keluarga tidak ada yang merokok," imbuhnya.
Dengan 53.556 penerima manfaat, program itu berhasil membuat Indeks Keluarga Sehat (IKS) meningkat.
Pada tahun 2019 IKS Trenggalek 0,10 menjadi 0,35 pada semester pertama tahun 2024.
Kemudian meningkatkan penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar dari 23 persen pada tahun 2019 menjadi 88,72 persen pada semester pertama 2024.
Meningkatkan penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur dari 9 persen pada tahun 2019 menjadi 46,60 persen pada semester pertama 2024.
Selain itu juga meningkatkan penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dari 46 persen dari tahun 2019 menjadi 92,19 persen pada semester pertama tahun 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024