Komunitas Kawoong Innovation menyatakan bahwa digitalisasi tetap membutuhkan sentuhan manusia.

Seniman Kawoong Innovation Doddy Harnanto menyatakan tidak sependapat jika digitalisasi dengan kehadiran artificial intelligent (AI) dinilai menjadi ancaman bagi para perupa maupun pekerja seni.

"Sesungguhnya digital adalah tools yang tetap membutuhkan sentuhan rasa, cipta dan karsa manusia," kata Mr D, sapaan akrabnya.

Ahli matematika ini menjelaskan analog digital sebenarnya seperti pisau bermata dua.

"Karya seni analog memiliki nilai intrinsik tersendiri," ujarnya.

Dicontohkan, pada karya seni rupa, tekstur goresan kuas pada lukisan, serta kekayaan suara dari alat musik analog, menawarkan pengalaman estetika yang unik.

"Dengan kemajuan teknologi sekarang sangat sulit dibedakan antara analog dan digital," tuturnya 

Di sisi lain, Mr D mengatakan, teknologi digital membawa tantangan bagi seni analog. 

"Namun seni analog tidak akan tergantikan sepenuhnya. Keduanya justru bisa saling melengkapi dan berkolaborasi untuk menciptakan bentuk seni yang baru dan inovatif. Masa depan seni mungkin mengarah pada perpaduan harmonis antara analog dan digital," ucapnya.

Dulu musik digital sulit diterima masyarakat. Namun seiring dengan kemajuan zaman, tidak bisa dipungkiri hampir semua menggunakan digital.

"Jadi teknologi digital membuka peluang baru untuk berekspresi dan berkreasi," kata Mr D yang baru saja merampungkan pameran lukisan codeisme atau QR Art bertajuk "Jelajah Madura" di Bangkalan, Jawa Timur, pada 19-28 Juli 2024.

 

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024