Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan, Jawa Timur mulai melakukan pendataan terhadap desa-desa yang berpotensi rawan kekeringan dan kekurangan air bersih saat musim kemarau.
"Ini kami lakukan untuk memastikan sebagai persiapan dalam menyalurkan bantuan air bersih," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Pemkab Pamekasan Akhmad Dhofir Rosidi di Pamekasan, Rabu.
Ia menjelaskan, berdasarkan laporan dari para aparat desa, jumlah desa yang berpotensi mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 83 dari total 178 desa se-Kabupaten Pamekasan.
Baca juga: Tim gabungan evakuasi korban banjir di Pamekasan
Jumlah ini bertambah dibanding 2023. Sebab kala itu desa yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 72 desa.
"Jadi, ada penambahan 11 desa dibanding 2023," ucap Dhofir.
Selain itu, jumlah kecamatan yang terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih juga bertambah dari sebelumnya sembilan menjadi 10 kecamatan.
"Tapi angka 83 desa yang dilaporkan berpotensi mengalami kekeringan itu masih dinamis, karena tim BPBD masih melakukan survei langsung ke lapangan," katanya.
Menurut dia, jenis kekeringan yang biasa terjadi di Pamekasan selama ini ada dua, yakni kekeringan langka dan kekeringan kritis.
Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
Akhmad Dhofir Rosidi, pada 2023 jumlah desa yang mengalami kekeringan langka sebanyak 47 desa, sisanya mengalami kekeringan kritis.
"Kalau tahun ini kami belum bisa menentukan karena pendataan oleh tim masih berlangsung," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Ini kami lakukan untuk memastikan sebagai persiapan dalam menyalurkan bantuan air bersih," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Pemkab Pamekasan Akhmad Dhofir Rosidi di Pamekasan, Rabu.
Ia menjelaskan, berdasarkan laporan dari para aparat desa, jumlah desa yang berpotensi mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 83 dari total 178 desa se-Kabupaten Pamekasan.
Baca juga: Tim gabungan evakuasi korban banjir di Pamekasan
Jumlah ini bertambah dibanding 2023. Sebab kala itu desa yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 72 desa.
"Jadi, ada penambahan 11 desa dibanding 2023," ucap Dhofir.
Selain itu, jumlah kecamatan yang terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih juga bertambah dari sebelumnya sembilan menjadi 10 kecamatan.
"Tapi angka 83 desa yang dilaporkan berpotensi mengalami kekeringan itu masih dinamis, karena tim BPBD masih melakukan survei langsung ke lapangan," katanya.
Menurut dia, jenis kekeringan yang biasa terjadi di Pamekasan selama ini ada dua, yakni kekeringan langka dan kekeringan kritis.
Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
Akhmad Dhofir Rosidi, pada 2023 jumlah desa yang mengalami kekeringan langka sebanyak 47 desa, sisanya mengalami kekeringan kritis.
"Kalau tahun ini kami belum bisa menentukan karena pendataan oleh tim masih berlangsung," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024