Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro menekan angka pernikahan dini melalui sosialisasi dan edukasi kepada anak, remaja dan lansia.
Kepala DP3AKB Kabupaten Bojonegoro, Heru Sugiarto mengaku sosialisasi rutin diberikan kepada anak-anak sekolah, pondok pesantren, karang taruna tentang bahaya pernikahan dini, bahkan dalam sebulan bisa 2-3 kali turun ke kelompok masyarakat.
"Mengajak anak-anak tidak menikah dini. Kami terus melakukan upaya preventif tidak hanya kepada anak, tapi juga ke orang tua," jelasnya, di Bojonegoro, Senin.
Selain melakukan edukasi, lanjut Heru, juga membentuk kelompok-kelompok sebaya seperti Genre (Generasi Berencana) dan FABO (Forum Anak Bojonegoro), agar anak-anak Bojonegoro menjadi kreatif menjadi agen perubahan.
Upaya pencegahan supaya anak tidak menikah di usia dini, diantaranya melalui bina keluarga remaja, lansia, SOTH (Sekolah Orang Tua Hebat), sehingga mereka paham akan pendidikan, kesehatan dan sosial. "Untuk bina keluarga remaja di semua desa ada," kata Heru.
Selain dari dinas P3AKB dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait, pihaknya juga melibatkan peran satgas perlindungan perempuan dan anak, yang sudah ada di semua desa, karena anggota Satgas sudah dibekali untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
"P3AKB Bojonegoro akan terus berupaya melakukan gerakan preventif, agar pernikahan dini semakin sedikit dan harapannya tidak ada," imbuhnya.
Ia menambahkan kegiatan P3AKB, mulai dari balita, remaja sampai lansia, menjadi bidang garapnya, sehingga pihaknya juga melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan untuk keluarga. "Masyarakat kami latih PEKA (Pemberdayaan Ekonomi Keluarga), kami perkuat SDM berwirausaha, dilatih juga UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga akseptor)," pungkas Heru.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala DP3AKB Kabupaten Bojonegoro, Heru Sugiarto mengaku sosialisasi rutin diberikan kepada anak-anak sekolah, pondok pesantren, karang taruna tentang bahaya pernikahan dini, bahkan dalam sebulan bisa 2-3 kali turun ke kelompok masyarakat.
"Mengajak anak-anak tidak menikah dini. Kami terus melakukan upaya preventif tidak hanya kepada anak, tapi juga ke orang tua," jelasnya, di Bojonegoro, Senin.
Selain melakukan edukasi, lanjut Heru, juga membentuk kelompok-kelompok sebaya seperti Genre (Generasi Berencana) dan FABO (Forum Anak Bojonegoro), agar anak-anak Bojonegoro menjadi kreatif menjadi agen perubahan.
Upaya pencegahan supaya anak tidak menikah di usia dini, diantaranya melalui bina keluarga remaja, lansia, SOTH (Sekolah Orang Tua Hebat), sehingga mereka paham akan pendidikan, kesehatan dan sosial. "Untuk bina keluarga remaja di semua desa ada," kata Heru.
Selain dari dinas P3AKB dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait, pihaknya juga melibatkan peran satgas perlindungan perempuan dan anak, yang sudah ada di semua desa, karena anggota Satgas sudah dibekali untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
"P3AKB Bojonegoro akan terus berupaya melakukan gerakan preventif, agar pernikahan dini semakin sedikit dan harapannya tidak ada," imbuhnya.
Ia menambahkan kegiatan P3AKB, mulai dari balita, remaja sampai lansia, menjadi bidang garapnya, sehingga pihaknya juga melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan untuk keluarga. "Masyarakat kami latih PEKA (Pemberdayaan Ekonomi Keluarga), kami perkuat SDM berwirausaha, dilatih juga UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga akseptor)," pungkas Heru.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024