Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes dan PPKB) Kota Madiun menggelar sosialisasi terkait internalisasi pengasuhan balita guna mempercepat penanganan dan pencegahan balita stunting di wilayah setempat.
Kepala Dinkes dan PPKB Kota Madiun dr. Denik Wuryani mengatakan dalam mengatasi permasalahan stunting perlu penanganan secara menyeluruh. Pencegahannya harus dilakukan sejak dini.
"Dimulai dari calon pengantin, ibu hamil, persalinan, hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Maka sosialisasi ini perlu untuk terus dilakukan agar para ibu paham," ujar Denik saat kegiatan sosialisasi di Aula Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Rabu.
Menurutnya, untuk penanganan stunting di Kota Madiun sudah cukup optimal. Dirinya menyebut pada tahun 2022 pemkot menggulirkan program "warung stop stunting" (WSS) dan cukup efektif menekan stunting. Sesuai data, saat ini angka prevalensi stunting di Kota Madiun pada posisi 9,7 persen.
"Pada 2023, program diaplikasi pemerintah pusat dengan pemberian makanan tambahan yang didanai pusat, begitu juga tahun ini seperti itu," katanya.
Dalam sosialisasi yang diikuti oleh para kader kesehatan di seluruh wilayah kelurahan Kota Madiun tersebut, dirinya berharap generasi penerus di Kota Madiun bisa bebas stunting. Untuk itu, dia mengimbau kepada para ibu yang memiliki balita agar rajin memantau perkembangan anak melalui posyandu.
"Dengan begitu, tumbuh kembang anak bisa terpantau dan deteksi dini terhadap potensi penyakit kronis bisa segera diketahui," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala Dinkes dan PPKB Kota Madiun dr. Denik Wuryani mengatakan dalam mengatasi permasalahan stunting perlu penanganan secara menyeluruh. Pencegahannya harus dilakukan sejak dini.
"Dimulai dari calon pengantin, ibu hamil, persalinan, hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Maka sosialisasi ini perlu untuk terus dilakukan agar para ibu paham," ujar Denik saat kegiatan sosialisasi di Aula Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Rabu.
Menurutnya, untuk penanganan stunting di Kota Madiun sudah cukup optimal. Dirinya menyebut pada tahun 2022 pemkot menggulirkan program "warung stop stunting" (WSS) dan cukup efektif menekan stunting. Sesuai data, saat ini angka prevalensi stunting di Kota Madiun pada posisi 9,7 persen.
"Pada 2023, program diaplikasi pemerintah pusat dengan pemberian makanan tambahan yang didanai pusat, begitu juga tahun ini seperti itu," katanya.
Dalam sosialisasi yang diikuti oleh para kader kesehatan di seluruh wilayah kelurahan Kota Madiun tersebut, dirinya berharap generasi penerus di Kota Madiun bisa bebas stunting. Untuk itu, dia mengimbau kepada para ibu yang memiliki balita agar rajin memantau perkembangan anak melalui posyandu.
"Dengan begitu, tumbuh kembang anak bisa terpantau dan deteksi dini terhadap potensi penyakit kronis bisa segera diketahui," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024