Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Muna Bachrun Labuta mengajak seluruh elemen masyarakat daerah itu untuk menghidupkan kembali ru atau spirit pembangunan "daefowanu-daerabu" (pemberdayaan-pengadaan).
Dalam konsep daefowanu saya telah menggagas program untuk membangkitkan potensi tanah di seluruh wilayah Muna yang cocok untuk ditanami jagung sebagai pendasaran ekonomi, sehingga masyarakat Muna mampu terlibat dalam industri jagung nasional maupun internasional," kata Bachrun dalam rilis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Saat bertemu dengan Komunitas Kawunaha di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (25/4), Bachrun Labuta yang didampingi tokoh asal Muna La Ode Asrafil Ndoasa menegaskan bahwa semua diaspora Muna tidak boleh melupakan akar historis diri mereka.
"Tidak boleh orang Muna memfragmentasi dirinya dari akar historisnya. Semua diaspora harus ikut terlibat dalam berbagai jenis program pembangunan wilayah dan program pemberdayaan masyarakat. Kemajuan wilayah dan masyarakat Muna tidak bisa hanya diserahkan atau dibebankan pada satu orang saja, satu golongan saja, atau satu kelompok saja," katanya.
Plt bupati juga mengajak masyarakat Muna menggeser (dalumolie) pola berpikir dari "saya" ke "kita-kami", untuk kemajuan pembangunan wilayah dan kebangkitan masyarakat Muna, saya mengajak seluruh masyarakat dan elit-elit di Muna untuk menghidupkan kembali ruh, spirit pembangunan "daefowanu-daerabu".
Selain itu, dia juga sedang berusaha untuk menggali potensi bahasa Muna agar bisa menjadi pendasaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Harus ada program pembangunan yang bersifat
"daefowanu-daerabu".
"Damowanu witeno (menghidupkan energi kreatif pada tanah), damowanu mieno (menghidupkan energi kreatif pada manusianya), damowanu o wuto (menghidupkan energi kreatif pada diri), daerabu o pabrik (membuat pabrik), daerabu o gudang (membuat gudang), dll. Kalau program pembangunan hanya berfokus pada konsep daerabu (membuat), maka nasib masyarakat Muna akan selalu seperti hari ini. Tidak ada pendasaran ekonomi yang jelas," ujar Bachrun.
Dalam acara itu, Aswar yang mewakili Komunitas Kawunaha mempresentasikan temuan kerja tim
Kawunaha bahwa Bahasa Muna juga memiliki sistem gramatikal dan "tenses" yang bisa dibakukan sebagaimana Bahasa Inggris.
"Jadi, orang Muna sudah diwarisi oleh leluhurnya sistem bahasa yang kompatibel sebagai bahasa ilmu atau bahasa peradaban. Kami telah menemukan bahwa jumlah tenses dalam bahasa Muna sama dengan jumlah tenses dalam Bahasa Inggris," kata pengampu Ilmu Kesadaran Murni yang juga pendiri Komunitas Pure Consciousness Indonesia (PCI) itu.
Ia menjelaskan konsep-konsep dalam Bahasa Inggris, seperti "simple present tense", "continuous", "perfect", "perfect continuous", dalam Bahasa Muna juga ada konsep: naando (simple), naho (continuous), naandooho (perfect), dan naandoohi (perfect continuous).
Hadir dalam acara halal bihalal itu, tim Komunitas Kawunaha, yakni Aswar, Aswan, La Ode Ambo, Adnan Azis, Ainun Aini, Siti Roudlatul Jannah, Desyana, La Ode Abdul Anti Judi, Zamilan, Beny Aanto, Wa Ode Sitti Nurjaya, Wa Ode Neati dan La Syukran.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Dalam konsep daefowanu saya telah menggagas program untuk membangkitkan potensi tanah di seluruh wilayah Muna yang cocok untuk ditanami jagung sebagai pendasaran ekonomi, sehingga masyarakat Muna mampu terlibat dalam industri jagung nasional maupun internasional," kata Bachrun dalam rilis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Saat bertemu dengan Komunitas Kawunaha di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (25/4), Bachrun Labuta yang didampingi tokoh asal Muna La Ode Asrafil Ndoasa menegaskan bahwa semua diaspora Muna tidak boleh melupakan akar historis diri mereka.
"Tidak boleh orang Muna memfragmentasi dirinya dari akar historisnya. Semua diaspora harus ikut terlibat dalam berbagai jenis program pembangunan wilayah dan program pemberdayaan masyarakat. Kemajuan wilayah dan masyarakat Muna tidak bisa hanya diserahkan atau dibebankan pada satu orang saja, satu golongan saja, atau satu kelompok saja," katanya.
Plt bupati juga mengajak masyarakat Muna menggeser (dalumolie) pola berpikir dari "saya" ke "kita-kami", untuk kemajuan pembangunan wilayah dan kebangkitan masyarakat Muna, saya mengajak seluruh masyarakat dan elit-elit di Muna untuk menghidupkan kembali ruh, spirit pembangunan "daefowanu-daerabu".
Selain itu, dia juga sedang berusaha untuk menggali potensi bahasa Muna agar bisa menjadi pendasaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Harus ada program pembangunan yang bersifat
"daefowanu-daerabu".
"Damowanu witeno (menghidupkan energi kreatif pada tanah), damowanu mieno (menghidupkan energi kreatif pada manusianya), damowanu o wuto (menghidupkan energi kreatif pada diri), daerabu o pabrik (membuat pabrik), daerabu o gudang (membuat gudang), dll. Kalau program pembangunan hanya berfokus pada konsep daerabu (membuat), maka nasib masyarakat Muna akan selalu seperti hari ini. Tidak ada pendasaran ekonomi yang jelas," ujar Bachrun.
Dalam acara itu, Aswar yang mewakili Komunitas Kawunaha mempresentasikan temuan kerja tim
Kawunaha bahwa Bahasa Muna juga memiliki sistem gramatikal dan "tenses" yang bisa dibakukan sebagaimana Bahasa Inggris.
"Jadi, orang Muna sudah diwarisi oleh leluhurnya sistem bahasa yang kompatibel sebagai bahasa ilmu atau bahasa peradaban. Kami telah menemukan bahwa jumlah tenses dalam bahasa Muna sama dengan jumlah tenses dalam Bahasa Inggris," kata pengampu Ilmu Kesadaran Murni yang juga pendiri Komunitas Pure Consciousness Indonesia (PCI) itu.
Ia menjelaskan konsep-konsep dalam Bahasa Inggris, seperti "simple present tense", "continuous", "perfect", "perfect continuous", dalam Bahasa Muna juga ada konsep: naando (simple), naho (continuous), naandooho (perfect), dan naandoohi (perfect continuous).
Hadir dalam acara halal bihalal itu, tim Komunitas Kawunaha, yakni Aswar, Aswan, La Ode Ambo, Adnan Azis, Ainun Aini, Siti Roudlatul Jannah, Desyana, La Ode Abdul Anti Judi, Zamilan, Beny Aanto, Wa Ode Sitti Nurjaya, Wa Ode Neati dan La Syukran.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024