Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono meminta peristiwa banjir yang melanda kawasan permukiman penduduk di Jalan Dukuh Kupang, pada Kamis (4/4) malam, dijadikan acuan mulai beralihnya penanganan dari sistem manual ke pemanfaatan teknologi.

Menurut dia, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan alat exhaust drilling atau bor penyedot untuk saluran air.

"Kondisi saluran air itu mesti dibersihkan dan dirawat secara rutin, saya sudah pernah menyampaikan untuk memakai alat itu," kata Baktiono kepada ANTARA melalui sambungan telepon di Surabaya, Jumat.

Alat tersebut dinilainya efektif mencegah banjir, ketimbang hanya mengandalkan tenaga satuan tugas (satgas) saluran dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) setempat, khususnya menangani saluran di lingkungan permukiman penduduk.

"Per kecamatan ada sekitar 50 orang satuan tugas, saluran tetapi belum maksimal. Petugas juga kasihan kalau harus terus masuk ke saluran, makanya pakai teknologi," ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, bor penyedot juga bisa langsung menghancurkan benda padat di dalam saluran, salah satunya batu. Itu dikarenakan alat tersebut dilengkapi kipas baja yang terpasang di depan selang.

Cara kerja alatnya, yakni petugas hanya perlu memasukkan selang penyedot ke dalam saluran.

"Fungsinya mirip penyedot debu, benda-benda yang tersedot ditampung di truk terbuka," katanya.

Meski dia sudah mengusulkan, namun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya masih belum mengambil ancang-ancang untuk mengubah sistem penanganan banjir.

Padahal untuk membuat alat itu, pemkot bisa berkoordinasi dengan akademisi.

"Cara ini lebih modern. alatnya bisa dipatenkan, HAKI-nya. Kalau sudah ada tetap harus dirawat supaya awet," ujarnya.

Karena itu, Baktiono berharap agar peralihan bisa diterapkan pemkot, mengingat anggaran penanganan banjir punya porsi sembilan persen dari total keseluruhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya Tahun 2024 sebesar Rp10,9 triliun.

"Sekitar Rp800 miliar itu luar biasa jumlahnya, tetapi nyatanya tidak cukup karena ini selalu untuk proyek box culvert yang harganya mahal," kata dia.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024