Sebut saja namanya Abr. Jangan tanya soal burung dan "hukum rimba" di dunia jalanan alias persopiran. Dia sangat ahli.

Untuk burung, hingga kini, Abr masih menekuninya sebagai hobi. Untuk urusan persopiran, ia sudah mulai berjarak dengan keseharian raja jalanan paling disegani oleh kalangan sopir, yakni pengemudi pikap pengangkut cabai.

Dari ceritanya, Abr berkesimpulan bahwa bagi sopir angkutan cabai, uang lebih berharga dari nyawanya. Ini tidak untuk menyimpulkan kisah sopir angkutan cabai lainnya, tapi pengalaman Abr sendiri.

Membayangkan cerita ini memang sedap-sedap ngeri. 

Abr sampai hafal bagaimana jika di jalan harus membuntuti mobil di depannya untuk merek tertentu. Misalnya, maaf sebut merek, untuk Mercy, harus menjaga jarak sekian meter di belakangnya. Untuk membuntuti Innova, misalnya, cukup aman dengan jarak sekian meter.

Semua itu diperhitungkan jika si sopir harus ngerem mendadak jika kendaraan di depan tiba-tiba ngerem mendadak juga.

Bahkan untuk posisi tangan kanan dan kiri di setang kemudi, Abr juga mampu menjelaskan "teorinya". Untuk mengemudi dengan kecepatan tinggi, tangan kanan ada di posisi 3 dan tangan kiri di posisi 9, dia sangat mahir memberi penjelasan.

"Jangan terbiasa menempatkan kedua tangan di bagian bawah setang kemudi. Ini posisi rileks yang membuat kita (sopir) ngantuk. Kedua tangan kalau menghadap ke atas cenderung membuat pikiran kita santai," kata dia mengingatkan.

Kini, hanya sesekali ia melayani orang yang memerlukan keahliannya untuk diantar ke luar kota.

Itu tentang dunia jalanan. Kalau soal pendidikan formal, lelaki yang juga punya keahlian memijat ini selalu "mempromosikan" diri hanya lulusan S1 alias hanya tamat sekolah dasar (SD). Artinya, kalau lulus SMP sama dengan S2, dan SMA sama dengan S3. 

Meskipun demikian, di komunitas pembelajar ilmu kesadaran, Abr termasuk yang sangat rajin mengikuti kelas, baik via zoom maupun yang bertemu langsung dengan mentornya, yakni Bang Aswar.

Abr tergolong murid istimewa karena posisinya tidak berbeda dengan murid lainnya, dengan tingkat pendidikan, minimal sarjana strata satu, bahkan tidak sedikit yang doktor, termasuk profesor.

Secara khusus, Abr pernah meminta kepada mentornya agar tidak menggunakan istilah dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. "Ndak ngerti saya Bang," katanya, saat itu dengan polos.

Bang Aswar menguatkan jiwa Abr dengan menegaskan bahwa orang yang buta huruf pun bisa mengikuti kelas kesadaran itu karena yang belajar bukan hanya pikirannya, tapi jiwa.

Jangankan yang menggunakan diksi dalam Bahasa Inggris dan Arab, dengan Bahasa Indonesia saja, seringkali kita harus berpikir mendalam, karena banyak yang membongkar konsep-konsep lama, dari dunia fisik ke dunia batin (jiwa).

Betul, meskipun di tahap awal mengalami kesulitan memahami substansi dari ilmu kesadaran yang buku babonnya menggunakan karya ilmiah hasil penelitian dan disertasi David R Hawkins, Ph.D (ahli psikologi dari Amerika Serikat) yang dibukukan menjadi "Power versus Force" itu, lama-lama jiwa Abr mampu mengikuti.

Progresif jiwa Abr relatif lebih cepat naik dibandingkan dengan beberapa murid yang pendidikannya lebih tinggi. Keluguan dan ketulusan hatinya telah mampu membawa jiwanya untuk "terbang" menuju Maqom azalinya manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia adalah makhluk surga yang sedang berkelana di Bumi.

Perubahan fenomenal dari jiwa Abr adalah menjadikan rumah tangganya sebagai "taman surga", yang tidak lagi berlaku asas "relasi kuasa" suami terhadap istri atau orang tua terhadap anak. Penghargaan sesama jiwa spiritual berlaku sebagai asas relasi yang setara.

Bagi dia, sebagaimana diamanahkan oleh guru ruhaninya, keluarga adalah fondasi paling dasar seseorang untuk membawa misi "rahmatan lil 'alamiin" di alam semesta. Abr adalah orang yang mendalami laku kesufian, yang praktiknya dilengkapi dengan ilmu kesadaran.

Menurut dia, seorang suami jangan mudah mengaku sudah bahagia bersama dengan keluarganya. Pengakuan itu harus terkonfirmasi oleh anggota keluarganya. Jangan hanya suami yang bahagia, sedangkan istri dan anak justru menderita. Bahagia harus dirasakan bersama dengan "porsi" yang sama oleh masing-masing anggota keluarga. 

Abr kini sudah terbiasa memeluk istri atau anak-anak perempuannya setiap pagi. Atau, ia tidak lagi canggung meminta maaf kepada istri dan anak tanpa merasa kehilangan harga diri sebagai "presiden" rumah tangga.

Sejatinya, pembelajaran tentang hidup itu tidak pernah selesai selama ruh masih menumpangi tubuh sebagai sarana Tuhan ber-tajalli di alam semesta.

Abr juga mengaku masih terus belajar memperbaiki jiwanya. Sesekali ia membagikan "buah" dari belajarnya itu kepada orang lain, yang bahkan secara stratifikasi sosial jauh lebih tinggi dari Abr, baik pendidikan maupun finansial. 

Tidak jarang, Abr, di sela-sela memijat pasiennya sering dimintai saran mengatasi konflik di keluarga pasien itu.

Pernah ada pasien yang mengaku kesulitan menghentikan kebiasaan anaknya (kelas 4 SD) yang kecanduan HP. Abr mengajak bicara si anak dengan hati, kemudian si anak mau membuat perjanjian untuk mengurangi durasi bermain HP.

Pernah juga ia menengahi suami istri yang bersitegang gara-gara perbedaan pendapat antara menjual barangnya untuk biaya anak kuliah, dengan meminjam uang di bank. Semua berakhir dengan kesepakatan yang sama-sama membuat suami dan istri tersenyum.

Untuk finansial, Abr masih otw untuk duduk di maqom berkelimpahan, meskipun secara jiwa sudah sangat berbeda dengan saat dirinya belum belajar ilmu kesadaran. Kini, ia tidak lagi mau terperdaya oleh tipu muslihat bahwa rezeki ada di pekerjaan. 

Abr menyadari bahwa "pendasaran akunya" masih perlu terus diprogresifkan. Kalau dulu, ia tidak paham sama sekali apa maksud dari "Medan awareness jenis Aku", kini ia sudah mahir untuk mempraktikkan dalam keseharian maupun dalam waktu-waktu tertentu saat duduk menghadap-NYA. Bahkan di komunitasnya, Abr sudah mampu mengajar dengan diksi-diksi kelas tinggi dan sistematis.

Abr tak henti-hentinya berterima kasih kepada guru ruhaninya dan kepada Allah atas semua berkah belajar ini. Ia selalu berucap "shadaqallaahul 'adziim".

Untuk masyarakat umum yang ingin mencicipi ilmu kesadaran, saat ini banyak tayangan di kanal youtube yang membahas tentang evolusi jiwa itu.

 

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024