Ketua Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Jawa Timur Yusuf Karim Ungsi menegaskan leadership atau kepemimpinan menempati posisi penting dalam keberlangsungan industri atau usaha karena menjadi penentu berkembang atau tidaknya sebuah usaha tersebut.
 
"Kami punya data, ternyata 20 persen usaha baru akan gugur di tahun pertama. Sedangkan jumlah usaha yang guling tikar di tahun ke-10 ada sekitar 50 persen perusahaan. Dan hanya 30 persen saja yang berhasil bertahan dan berkembang. Masalah itu tidak akan terjadi jika memiliki strong leadership," kata Yusuf Karim Ungsi dalam keterangan diterima di Surabaya, Sabtu.
 
Untuk itu, Asperapi berkomitmen meningkatkan Sumber Daya Manusia(SDM) anggotanya melalui berbagai kegiatan, salah satunya melalui kegiatan Asperapi Jatim Leadership Program dengan tema "The Power of Leadership for Management Level" yang digelar di Jatim Expo.
 
"Ini adalah pembekalan leadership untuk anggota kami. Pembekalan akan membahas tentang pentingnya fungsi pimpinan dalam sebuah perusahaan, termasuk di industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau MICE. Paling tidak teman-teman Asperapi ini memiliki ukuran atau standar leadership yang baik itu seperti apa dan bagaimana kiat-kiatnya agar bisa menerapkan dengan baik," katanya.
 
Baca juga: "Asperapi" temui LaNyalla bahas standar biaya perizinan pameran

Apalagi menurut pengakuan Yusuf, hanya 50 persen perusahaan anggota Asperapi yang telah menetapkan manajerial yang baik, sisanya masih konvensional.
 
"Ini bukan akhir, tetapi ini adalah pintu masuk untuk membantu mereka memperbaiki kinerja. Kalau anggota merasa perlu ditambah waktu pelaksanaannya, maka bisa dilaksanakan setiap bulan. Apalagi Kadin Jatim siap memberikan dukungan," ujarnya.
 
Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto menegaskan bahwa leadership memang menjadi hal utama yang menentukan kinerja dan keberlangsungan perusahaan.
 
Konsep leadership pas untuk diterapkan saat ini adalah konsep transformasional leadership, yaitu konsep kepemimpinan yang mengajak seluruh SDM, untuk bersama-sama menciptakan perubahan dalam sebuah organisasi.
 
"Ada dua konsep leadership, pertama transaksional leadership yang lebih menonjolkan pada aturan dan kedua transformasional leadership, yaitu menciptakan perubahan dalam organisasi secara bersama-bersama. Transformasional leadership menurut saya paling pas untuk dilaksanakan saat ini," kata Adik.
 
Adik kemudian memberikan contoh bagaimana mantan menteri Perhubungan Ignasius Jonan saat menjadi Dirut KAI mengajak seluruh pegawai KAI memperbaiki layanannya, termasuk kebersihan toilet dan ketertiban penumpang di kereta api.
 
"Ini adalah model kepemimpinan transformasional, sehingga saat ini layanan kereta api menjadi sangat bagus," katanya.
 
Agar konsep transformasional leadership berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM dengan melihat perubahan zaman.
 
"Apa yang tengah berkembang di bisnis MICE di seluruh dunia, dan juga harus terukur. Karana seringkali pebisnis MICE sudah puas ketika pameran yang diadakan ramai, padahal ini juga harus diukur lagi, bagaimana kepuasan customer karena MICE adalah layanan dan layanan harus disempurnakan," katanya.
 
Sementara Founder & CEO Surabaya Creative Design, Nurdin Mahariyanto bahwa konsep transformasional leadership adalah yang paling pas diterapkan karena setiap generasi bertransformasi.
 
"Dari era revolusioner, industri mulai tumbuh, kemudian berkubang ke generasi baby boomers, kemudian ke generasi X, setelah itu ke generasi Y, ke milenial sampai ke generasi Z. Masing-masing akan bertransformasi dan berubah. Sehingga gaya kepemimpinan yang pas untuk diterapkan juga berbeda, disesuaikan dengan zamannya," ujar Nurdin.
 
Tetapi ada tantangan yang harus dihadapi dalam menerapkan konsep tersebut, bahwa saat ini pekerja dari generasi Z tidak pandai beradaptasi. Mereka sangat melek teknologi hingga menjadi manusia gawai, cenderung tertutup dan introvert. Mereka lupa bahwa di sekeliling mereka juga ada manusia lain. Sehingga mereka sulit untuk bekerjasama, padahal dalam organisasi perusahaan, kerja sama adalah hal yang harus dilakukan.
 
"Mereka bekerja juga dengan manusia yang lain, bukan hanya dengan teknologi," ucapnya.
 
Ia bercerita pernah menemukan ada seorang karyawan yang berkomunikasi dengan temannya tidak dengan berbicara secara langsung tetapi melalui handphone, padahal teman tersebut ada di depannya.

"Padahal bahasa teks dengan bahasa oral seringkali berbeda, sehingga sering terjadi miskomunikasi. Nah seorang leader harus bisa menjawab tantangan ini," katanya. 

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024