Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo menggiatkan gerakan PSN atau gerakan pemberantasan sarang nyamuk sebagai antisipasi merebaknya wabah menular yang disebabkan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti, seperti chikungunya dan demam berdarah.

"Kami imbau kepada masyarakat lebih giat lagi melakukan gerakan PSN, di samping kami juga melakukan pengasapan (fogging) di lingkungan yang sudah ditemukan kasus," kata Kabid Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Ponorogo, Anik Setiyarini di Ponorogo, Senin.

Terbaru kasus yang menjadi fokus penanganan Dinkes Ponorogo adalah merebaknya wabah chikungunya di lingkungan Dusun Trenceng, Desa Mrican Kecamatan Jenangan.

Sebanyak 13 warga di dusun itu terjangkit penyakit gejala kelumpuhan semu yang disebabkan oleh gigitan nyamuk tersebut.

Gejala penyakit  DBD dan chikungunya itu hampir sama, yakni demam tinggi, pusing serta mengalami nyeri di bagian sendi, akan tetapi untuk chikungunya tingkat fatalitas jauh lebih ringan dibandingkan dengan DBD.

"Untuk memastikan chikungunya atau DBD bisa melalui tes Rapid Diagnostic Tes (RDT) di Puskesmas masing masing," imbuhnya.

Lebih lanjut, Anik juga mengatakan jika cara paling mudah dan efektif untuk mengantisipasi penularan penyakit tersebut yakni dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dimana nyamuk biasa berkembang di tempat tempat lembab serta yang memiliki genangan air.

Untuk menangani wabah chikungunya maupun DBD itu perlu peran semua pihak, baik dari dinas kesehatan, maupun dari masyarakat di sisi lain.

Pasalnya selain pengasapan dan perawatan terhadap penderita sebagaimana telah dilakukan tim kesehatan, peran aktif warga dalam melakukan upaya pencegahan melalui gerakan PSN sangat diperlukan.

"Tetap yang terpenting PSN harus digalakkan, karena memang efektif dalam menekan angka penularan," kata Kepala Puskesmas Setono, Sufarchan.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024