Universitas Jember (Unej) mengukuhkan delapan orang guru besar dari berbagai bidang keilmuan yakni biologi, pendidikan, akuntansi, kimia dan hubungan internasional dalam rapat senat terbuka yang digelar di Auditorium kampus setempat di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin.
Delapan guru besar tersebut yakni Prof. Anak Agung Istri Ratna Dewi yang merupakan guru besar bidang ilmu biokimia di Program Studi Kimia, Prof. Kahar Muzakhar guru besar bidang ilmu mikrobiologi di Program Studi Biologi, Prof. Kartika Senjarini yang merupakan guru besar bidang ilmu Biologi Molekuler di Program Studi Biologi, Prof. Erlia Narulita guru besar bidang ilmu bioteknologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP.
Selanjutnya Prof. Didik Sugeng Pambudi guru besar bidang ilmu Pendidikan Matematika di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP, Prof. Ari Satia Nugraha guru besar bidang ilmu kimia medisinal Fakultas Farmasi, Prof. Alwan Sri Kustono guru besar bidang ilmu Akuntansi Manajemen di Program Studi Akuntansi FEB, dan Prof Abubakar Eby Hara guru besar bidang ilmu Hubungan Internasional di Program Studi Hubungan Internasional FISIP)
"Tambahan delapan guru besar akan meningkatkan rekognisi dan reputasi Universitas Jember," kata Rektor Universitas Jember Iwan Taruna dalam pidato pengukuhannya.
Ia meminta semua guru besar terus meningkatkan karya dan inovasi dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Baca juga: Doktor Unej disertasikan persaingan bisnis media di era disrupsi
"Saya meminta semua guru besar selalu menjaga idealisme sebagai pendidik yang bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," ucap Rektor Unej dua periode itu.
Menurutnya guru besar juga dituntut untuk mengedepankan integritas, jujur, konsisten dan obyektif serta menjadi teladan bagi kolega dosen dan mahasiswanya.
"Di tahun 2020 tercatat ada 54 guru besar di Unej. Alhamdulillah tahun 2024 itu sudah ada 74 guru besar aktif, sehingga Insyaallah di tahun 2028 jumlahnya sudah di atas seratus guru besar," katanya.
Ia mengatakan pengukuhan delapan guru besar tersebut juga akan menjadi tambahan energi bagi Universitas Jember yang akan bertransformasi menjadi PTN-Berbadan Hukum.
Seusai dikukuhkan oleh Ketua Senat dan Rektor Universitas Jember, tradisi para guru besar menyampaikan orasi ilmiah.
Guru besar yang merupakan satu-satunya dari bidang ilmu Hubungan Internasional di Unej, Prof. Abubakar Eby Hara dalam orasi politiknya menjelaskan kondisi dunia internasional saat ini yang masih belum lepas dari konflik dan peperangan.
Mulai dari perang Rusia versus Ukraina hingga yang terbaru, agresi Israel ke Palestina. Sepertinya adagium bersiaplah berperang jika ingin berdamai menemukan pembenaran.
Menurut lulusan Australian National University itu, sudah saatnya paradigma ilmu Hubungan Internasional berubah, tidak hanya berinduk dari pengalaman dan teori dunia barat atau belahan bumi utara saja, karena negara-negara di belahan bumi selatan termasuk Indonesia juga memiliki konsep bagaimana membina hubungan antarbangsa atau hubungan internasional.
"Pengalaman dan peradaban di belahan bumi selatan atau Global South seperti peradaban India, China, Islam dan sebagainya dapat menjadi contoh membangun paradigma baru hubungan internasional," katanya.
Ia menjelaskan dalam konteks pengalaman Indonesia, inisiatif, keikutsertaan serta semangat di Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok bisa menjadi acuan kerja sama di tingkat dunia.
"Sementara di tingkat regional maka kiprah ASEAN bisa menjadi contoh mengingat Kawasan Asia Tenggara relatif lebih damai dibandingkan kawasan lainnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Delapan guru besar tersebut yakni Prof. Anak Agung Istri Ratna Dewi yang merupakan guru besar bidang ilmu biokimia di Program Studi Kimia, Prof. Kahar Muzakhar guru besar bidang ilmu mikrobiologi di Program Studi Biologi, Prof. Kartika Senjarini yang merupakan guru besar bidang ilmu Biologi Molekuler di Program Studi Biologi, Prof. Erlia Narulita guru besar bidang ilmu bioteknologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP.
Selanjutnya Prof. Didik Sugeng Pambudi guru besar bidang ilmu Pendidikan Matematika di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP, Prof. Ari Satia Nugraha guru besar bidang ilmu kimia medisinal Fakultas Farmasi, Prof. Alwan Sri Kustono guru besar bidang ilmu Akuntansi Manajemen di Program Studi Akuntansi FEB, dan Prof Abubakar Eby Hara guru besar bidang ilmu Hubungan Internasional di Program Studi Hubungan Internasional FISIP)
"Tambahan delapan guru besar akan meningkatkan rekognisi dan reputasi Universitas Jember," kata Rektor Universitas Jember Iwan Taruna dalam pidato pengukuhannya.
Ia meminta semua guru besar terus meningkatkan karya dan inovasi dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Baca juga: Doktor Unej disertasikan persaingan bisnis media di era disrupsi
"Saya meminta semua guru besar selalu menjaga idealisme sebagai pendidik yang bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," ucap Rektor Unej dua periode itu.
Menurutnya guru besar juga dituntut untuk mengedepankan integritas, jujur, konsisten dan obyektif serta menjadi teladan bagi kolega dosen dan mahasiswanya.
"Di tahun 2020 tercatat ada 54 guru besar di Unej. Alhamdulillah tahun 2024 itu sudah ada 74 guru besar aktif, sehingga Insyaallah di tahun 2028 jumlahnya sudah di atas seratus guru besar," katanya.
Ia mengatakan pengukuhan delapan guru besar tersebut juga akan menjadi tambahan energi bagi Universitas Jember yang akan bertransformasi menjadi PTN-Berbadan Hukum.
Seusai dikukuhkan oleh Ketua Senat dan Rektor Universitas Jember, tradisi para guru besar menyampaikan orasi ilmiah.
Guru besar yang merupakan satu-satunya dari bidang ilmu Hubungan Internasional di Unej, Prof. Abubakar Eby Hara dalam orasi politiknya menjelaskan kondisi dunia internasional saat ini yang masih belum lepas dari konflik dan peperangan.
Mulai dari perang Rusia versus Ukraina hingga yang terbaru, agresi Israel ke Palestina. Sepertinya adagium bersiaplah berperang jika ingin berdamai menemukan pembenaran.
Menurut lulusan Australian National University itu, sudah saatnya paradigma ilmu Hubungan Internasional berubah, tidak hanya berinduk dari pengalaman dan teori dunia barat atau belahan bumi utara saja, karena negara-negara di belahan bumi selatan termasuk Indonesia juga memiliki konsep bagaimana membina hubungan antarbangsa atau hubungan internasional.
"Pengalaman dan peradaban di belahan bumi selatan atau Global South seperti peradaban India, China, Islam dan sebagainya dapat menjadi contoh membangun paradigma baru hubungan internasional," katanya.
Ia menjelaskan dalam konteks pengalaman Indonesia, inisiatif, keikutsertaan serta semangat di Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok bisa menjadi acuan kerja sama di tingkat dunia.
"Sementara di tingkat regional maka kiprah ASEAN bisa menjadi contoh mengingat Kawasan Asia Tenggara relatif lebih damai dibandingkan kawasan lainnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024