Peringatan Perang Dunia II setiap tahun tidak diperingati di Kota Warsawa, Ibu Kota Polandia, melainkan diperingati di Kota Gdansk, salah satu kota di pinggiran Polandia. Dasar pemikirannya, dari Kota Gdansk atau Danzig itulah untuk pertama kalinya pertempuran Perang Dunia II meletus. Karena itu, wacana peringatan Hari Pahlawan di Indonesia untuk seterusnya dipusatkan di "Kota Pahlawan" Surabaya, agaknya tidak berlebihan. Peringatan Hari Pahlawan secara nasional yang biasanya selalu diperingati di Jakarta, diharapkan bisa dialihkan ke Surabaya. Peristiwa 10 November 1945 yang kemudian dikenal dengan Hari Pahlawan merupakan bagian terpenting dalam sejarah Bangsa Indonesia, khususnya bagi "Arek-arek Suroboyo" dalam memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah. Pertempuran 10 November 1945 merupakan pertempuran pertama pasukan Indonesia melawan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pertempuran itu menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Dalam peristiwan tersebut setidaknya 6.000-16.000 pejuang Indonesia tewas dan 200 ribu rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Untuk korban dari pasukan sekutu sekitar 600-2.000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan "Arek-arek Suroboyo" yang dipelopori para tokoh masyarakat seperti Bung Tomo (Soetomo) dan tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta para kyai seperti K.H. Hasyim Asy'ari (Pendiri Organisasi Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama/NU) dan K.H. Wahab Hasbullah, sudah sepantasnya mendapat penghormatan khusus dari pemerintah sekarang. Jika saat ini muncul wacana di kalangan masyarakat agar peringataan Hari Pahlawan dipusatkan di Surabaya, tentu hal itu tidaklah berlebihan, apalagi Surabaya merupakan Kota Pahlawan dan sudah sepantasnya peringatan tersebut digelar di Surabaya. Keinginan tersebut mendapat dukungan dari Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. Ia mengusulkan peringatan Hari Pahlawan diperingati di Surabaya, karena Surabaya merupakan Kota Pahlawan dan pertempuran 10 November 1945 juga di Surabaya. "Saya mendukung itu, karena itu akan saya sampaikan usulan itu kepada Presiden," kata Said Aqil Siradj setelah menandatangani prasasti Monumen Nasional Resolusi Jihad di Surabaya, 23 Oktober 2011. Dukungan lain juga dilontarkan Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Masduki Toha. Ia meminta pemerintah kota (Pemkot) Surabaya dan pemerintah provinsi (Pemprov) Jatim segera mengajukan permohonan ke pemerintah pusat terkait peringatan Hari Pahlawan 10 November agar bisa dilaksanakan di Surabaya. Menurut Masduki, salah satu kota di dunia yang mempunyai sebutan sebagai Kota Pahlawan hanya Surabaya, sehingga sudah sepantasnya peringatan atau upacara Hari Pahlawan digelar di Surabaya. "Kita sudah usulkan ke pemkot minimal pada 2012, sudah harus ada upacara kenegaraan Hari Pahlawan yang dihadiri Presiden RI dan gubernur-gubernur yang digelar di Jatim," ucapnya. Selama ini, lanjut dia, belum ada yang mengusulkan peringatan Hari Pahlawan digelar di Surabaya, padahal kota itu memiliki unsur sejarah, khususnya pada saat zaman penjajahan Belanda. Selain Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim juga harus mengusulkan ke pemerintah pusat. "Untuk biaya peringatan tersebut bisa ditanggung bersama antara Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya," tuturnya. Dukungan peringatan Hari Pahlawan di Surabaya juga datang dari Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya bekerja sama dengan lembaga lain seperti Sedoeloeran Soerabaya, PT Mataram Paint, Karang Taruna, Paguyupan Cak dan Ning Surabaya dan LSM Sapu Lidi dengan menggelar sarasehan untuk menghasilkan rekomendasi yang diteruskan ke pemerintah pusat. Rekomendasi yang dimaksud adalah agar peringatan Hari Pahlawan secara nasional setiap tahunnya dipusatkan di Surabaya. Untuk itu, pihaknya berharap agar kepala negara hadir dalam setiap peringatan Hari Pahlawan yang digelar di Surabaya. Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Karang Taruna Jatim Bobbin Mila Prasanta Yudha. Ia mengatakan pihaknya juga mencari dukungan dalam jejaring sosial "Facebook" (fb) berupa "Seratus Juta Dukungan: Kami Rindu Hari Pahlawan Terpusat di Surabaya". "Dukungan itu sudah kami buat dua bulan lalu, dan pendukungnya cukup banyak juga," tukasnya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011