Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengimbau pengusaha yang menjadikan rumah tinggal sebagai tempat usaha rumah makan maupun restoran agar menyediakan saluran dan penampungan limbah sisa makanan.
"Contoh di Jalan Kartini itu dulu rumah tinggal, sekarang berubah jadi bisnis tetapi salurannya tidak diubah," katanya saat ditemui di lingkungan Balai Kota Surabaya, Jumat.
Cak Eri, sapaan akrabnya, menjelaskan penampungan limbah di setiap tempat usaha rumah makan atau restoran untuk mengantisipasi penyumbatan jalur air yang bisa memicu terjadinya banjir.
"Jadi ketika limbah makanan itu dibuang di penampungan limbahnya maka tidak lagi menjadi keras yang menghalangi saluran sehingga saluran air tetap bersih," ujarnya.
Setiap bangunan yang memiliki izin dan diperuntukkan sebagai tempat usaha hingga industri, harus memisahkan antara saluran air dan saluran khusus pembuangan yang menuju tempat penampungan limbah.
"Ketika fungsi rumah berubah jadi nonrumah tinggal harus dirubah semuanya, termasuk saluran," kata dia.
Karena itu, di musim hujan ini pemerintah kota (pemkot) setempat menerjunkan petugas untuk melakukan pengecekan ketersediaan tempat penampungan limbah di setiap restoran dan rumah makan.
"Saya minta ke teman-teman untuk datang ke pemiliknya, mengingatkan untuk membuat saluran dan pembuangan limbah yang benar," ucapnya.
Sementara itu, Eri juga menyebut proyek pengerjaan dan perbaikan saluran air di Kota Surabaya pada tahun anggaran 2023 sudah rampung 98 persen. Sedangkan, dua persen sisanya diupayakan rampung secepatnya.
Kemudian, pemkot akan melanjutkan proses pengerjaan proyek saluran air yang sudah dimasukkan di dalam anggaran 2024.
"Seperti di wilayah Dukuh Kupang terus yang di Simo itu baru masuk anggaran 2024, karena anggarannya besar," ucap Eri.
Dia menargetkan di tahun 2025 Kota Surabaya sudah bisa terbebas dari banjir. "Semoga di tahun 2025 semuanya selesai," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Contoh di Jalan Kartini itu dulu rumah tinggal, sekarang berubah jadi bisnis tetapi salurannya tidak diubah," katanya saat ditemui di lingkungan Balai Kota Surabaya, Jumat.
Cak Eri, sapaan akrabnya, menjelaskan penampungan limbah di setiap tempat usaha rumah makan atau restoran untuk mengantisipasi penyumbatan jalur air yang bisa memicu terjadinya banjir.
"Jadi ketika limbah makanan itu dibuang di penampungan limbahnya maka tidak lagi menjadi keras yang menghalangi saluran sehingga saluran air tetap bersih," ujarnya.
Setiap bangunan yang memiliki izin dan diperuntukkan sebagai tempat usaha hingga industri, harus memisahkan antara saluran air dan saluran khusus pembuangan yang menuju tempat penampungan limbah.
"Ketika fungsi rumah berubah jadi nonrumah tinggal harus dirubah semuanya, termasuk saluran," kata dia.
Karena itu, di musim hujan ini pemerintah kota (pemkot) setempat menerjunkan petugas untuk melakukan pengecekan ketersediaan tempat penampungan limbah di setiap restoran dan rumah makan.
"Saya minta ke teman-teman untuk datang ke pemiliknya, mengingatkan untuk membuat saluran dan pembuangan limbah yang benar," ucapnya.
Sementara itu, Eri juga menyebut proyek pengerjaan dan perbaikan saluran air di Kota Surabaya pada tahun anggaran 2023 sudah rampung 98 persen. Sedangkan, dua persen sisanya diupayakan rampung secepatnya.
Kemudian, pemkot akan melanjutkan proses pengerjaan proyek saluran air yang sudah dimasukkan di dalam anggaran 2024.
"Seperti di wilayah Dukuh Kupang terus yang di Simo itu baru masuk anggaran 2024, karena anggarannya besar," ucap Eri.
Dia menargetkan di tahun 2025 Kota Surabaya sudah bisa terbebas dari banjir. "Semoga di tahun 2025 semuanya selesai," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023