Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berkomitmen memiliki konsep pemberian jaminan terkait pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak berstandar internasional pertama di Indonesia.

Komitmen itu diwujudkan dengan penandatangan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tentang Pemenuhan Konvensi Hak-Hak Anak untuk Program "The Child Friendly Cities Initiative" (CFCI) antara Pemkot Surabaya, UNICEF, dan Bappenas, di Balai Pemuda, Selasa sore.

"Kenapa kami memberanikan diri ke internasional dan satu-satunya di Indonesia? Karena kami berharap di Surabaya ini benar-benar selalu mengutamakan hak anak," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi seusai acara.

Penataan konsep langsung dipandu oleh UNICEF dan Bappenas, sehingga teknis maupun tahapan persiapan dan penerapannya bisa berjalan sesuai rencana, mengingat Surabaya merupakan pilot project program CFCI.

Eri menjelaskan salah satu hal yang siap digarap adalah memaksimalkan program Pusat Pelayanan Keluarga (PUSPAGA) di Balai RW se-Kota Surabaya.

Kemudian, Balai RW dijadikan sebagai lokasi pendidikan karakter, mental, dan peningkatan potensi pada anak-anak di wilayah setempat.

Konsep tersebut dijalankan dengan kolaborasi antara Pemkot Surabaya, UNICEF, dan Bappenas.

"Sehingga nanti anak di Surabaya berani mengeluarkan pendapat, anak Surabaya punya komitmen, anak Surabaya tidak ada perundungan dan adalah usaha untuk mencapai kesana," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Kantor UNICEF untuk Wilayah Jawa Tubagus Arie Rukmantara menyebut penandatangan RKT CFCI tak lepas dari surat yang diajukan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi UNICEF, sejak 13 Desember 2022.

Kemudian, UNICEF melakukan pencermatan dalam kurun waktu satu tahun untuk mengukur kelayakan Surabaya menjalankan program tahunan itu.

"Tahun 2014, Surabaya sudah berusaha jadi Kota Layak Anak, waktu itu dapat (kategori) Pratama terus mendapatkan Nindya, akhirnya 2017 sampai sekarang dapat Utama," ujarnya.

Tak hanya itu, UNICEF kata dia juga melakukan survei dengan mengambil sampel anak-anak di Kota Surabaya terkait keinginan mereka agar kotanya bisa naik kelas.

"800 ribu anak Surabaya ingin naik kelas, bukan hanya mereka yang naik kelas tetapi kotanya naik kelas," ujarnya.

Melihat hal itu, UNICEF kata Arie melihat Kota Surabaya dari tahun ke tahun memegang komitmen menghadirkan konsep tata kota yang tetap memegang teguh prinsip ramah anak, baik dari ketersediaan fasilitas hingga langkah perampungan persoalan yang berkaitan dengan anak.

"Konsep atau pra-syarat keberlanjutan ini dipenuhi oleh Surabaya, maka kami dorong menjadi CFCI," katanya.

Lebih lanjut, UNICEF pun menginginkan Pemkot Surabaya memperkuat kolaborasi dengan forum anak yang ada di wilayah setempat.

"Jangan sampai ini (CFCI) merupakan minat dari OPD maupun wali kota saja," ucap Arie.

Arie menyebut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi punya komitmen membangun kota pimpinannya dengan mempertimbangkan setiap potensi dan langkah pencegahan persoalan anak dari waktu ke waktu.

"Perlindungan kekerasan itu meliputi dunia maya, regulasi, dan gizi buka hanya stunting tetapi ada penanganan soal obesitas," kata dia.

Karenanya, dia meminta Pemkot Surabaya memperluas inovasi untuk menciptakan lingkungan ramah anak dengan berkolaborasi bersama pihak swasta, universitas, kelompok masyarakat, dan media.

"Jadi anak-anak dari seluruh wilayah di Surabaya harus bisa bermain satu sama lain karena nanti itu yang menunjukkan Surabaya layak bagi anak," tuturnya.

Tak menutup kemungkinan dengan adanya jaminan pembangunan kota metropolitan dengan mempertimbangkan kelayakan bagi anak berpengaruh pada peningkatan investasi di Surabaya.

"Bisa saja nanti ada Disney Land di Surabaya, ada tempat khusus anak yang megah di Surabaya," ucap dia.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023