OleH Fiqih Arfani Tulungagung - Bekerja sebagai perajin marmer dan batu onyx (marmer muda) menjadi keseharian hampir semua pria yang tinggal di kawasan Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Salah satunya Joko Prasetyo (30), pria asli Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat. Di samping ahli membuat kerajinan onyx dan marmer, lewat tangan dinginya ia mampu menyulap batu besar menjadi kerajinan yang indah dan artistik. Meski harus berjibaku dengan teriknya mentari dan besarnya batu di area pertambangan, namun bukan menjadi penghalang sebagai kepala keluarga mencari nafkah. "Semua pekerjaan ada risikonya. Jika kita mau berusaha dan bersungguh-sungguh, Insya-Allah lancar, meski akan ditemui beberapa halangan," ujar Joko Prasetyo ketika ditemui di lokasi tempatnya bekerja membuat kerajinan. Selama lima tahun terakhir, suami Ita Safitri (25) tersebut setiap hari bergelut dengan marmer. Meski hanya dibayar tidak lebih dari puluhan ribu per satu kali hasil kerajinan, ia bisa menghidupi istri dan anak semata wayangnya yang masih berusia satu tahun empat bulan. Ia mencontohkan membuat satu kerajinan kotak tisu. Mulai dari memotong, menambal, memoles, hingga menjadi sebuah satu hiasan, ia hanya menjual Rp15 ribu saja ke seorang pengusaha. "Ya memang harganya seperti itu. Kalau dibuat mahal, bakal tidak laku dijual," tukasnya. Kendati demikian, tidak semuanya harga "dipukul" rata. Untuk kerajinan lainnya, seperti sebuah wastafel dapur, ia mengaku menerima uang jasa sebesar Rp100 ribu. Begitu juga dengan kerajinan lainnya. Dikatakan Joko, uang yang didapatkan sesuai dengan tingkat besar dan sulitnya membuat sebuah hasil kerajinan. Dalam sebulan, ia mengaku bisa membuat 10 hasil kerajinan. Mayoritas, semua hasil usahanya dibeli oleh pengusaha onyx dan marmer untuk kemudian dijual kembali. Ia mengaku memiliki mimpi menjadi seorang pengusaha dan memiliki toko sendiri yang khusus menjual hasil kerajinan marmer dan kemilauan onyx. "Siapa yang tidak ingin memiliki toko dan menjual usahanya sendiri. Bisa dikirim ke luar kota, luar pulau, bahkan dieskpor keluar negeri. Inilah yang menjadi impian saya kelak," tuturnya. "Doakan ya Mas! semoga berhasil dan lancar," ucap Joko menambahkan sambil menyunggingkan senyumnya. Selama ini, Joko mengaku hasilnya dibeli seorang pengusaha penjual kerajinan. Setelah masuk toko dan dipajang di sebuah etalase, harganya pun sudah berbeda. Terlebih ketika dijual di luar kota hingga luar negeri, hasil berlimpah tentu akan didapatkannya karena harga yang sudah berlipat. "Sekarang kami tawaqqal dan percaya di sinilah rejeki yang saya dapatkan. Selama mampu menghidupi anak istri, saya sudah senang Mas!" kata dia sembari memotong marmer untuk dijadikan sebuah wastafel. Kecamatan Campurdarat terletak di sebelah Selatan dari Ibu Kota Kabupaten Tulungagung yang jaraknya sekitar 14 kilometer dengan luas wilayah 44.71 km2. Sedangkan jumlah penduduknya 54.228 yang terbagi di sembilan desa. Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi yang cukup besar dibidang pertambangan dengan salah satu komoditas berupa tambang marmer dan memiliki banyak potensi sentra industri kerajinan marmer dan onyx. Industri rakyat ini menyerap hingga sekitar dua ribu perajin dan 650 orang tenaga kerja dengan hasil produksi sebesar 4.570.000 unit per tahun. Tambang yang terletak di Kecamatan Campurdarat ini menjadi komoditas utama karena memiliki deposit yang cukup besar, yaitu 124.062.500 meter kubik, sehingga hal ini masih membuka peluang yang cukup luas bagi calon investor untuk berinvestasi. Hasil yang diperoleh dari industri kerajinan marmer dan onyx ini sangat beraneka ragam. Meski memiliki banyak motif sesuai inovasi para perajin masing-masing, tetapi tetap menonjolkan budaya khas Tulungagung. Ekspor Sementara itu, salah satu pengusaha marmer dan onyx, Idawati mengaku kerajinan ini memang sangat potensial dan dilirik konsumen lokal maupun mancanegara. Setiap tiga bulan sekali, gerainya melayani permintaan kiriman ke luar negeri, di antaranya ke Polandia, Prancis, Belgia, Belanda, hingga Amerika Serikat. "Kalau konsumen mancanegara belinya langsung dalam jumlah besar. Pernah pembeli dari Amerika Serikat meminta dikirim hasil kerajinan onyx dan marmer hingga tiga kontainer sekaligus," kata pemilik gerai "Mutiara Onyx" di Jalan Raya Popoh, Campurdarat, Tulungagung, tersebut. Idawati memulai membuka usahanya pada 1992. Awalnya ia hanya mempekerjakan puluhan tenaga saja, namun seiring semakin banyaknya konsumen dan tingginya permintaan, sekarang terdapat 150 karyawan yang bekerja untuknya. Dalam menghidupi usahanya, ia mengaku mendapat bantuan dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupa bantuan modal sebesar Rp200 juta dengan bunga ringan. "Kami bersyukur ada program bantuan modal dari pemerintah provinsi. Kalau tidak ada, jelas sangat menghambat proses dan pengembangan usaha," jelas dia. Hanya saja, semua pekerjaan dan usaha memiliki kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah soal izin usaha yang belum dimiliki oleh sejumlah perajin. Kondisi itu menyebabkan permintaan pengiriman barang dalam jumlah besar, khususnya pengiriman ekspor, kerap memunculkan persoalan. Mulai dari kendala proses angkut, berbagai dokumen yang harus disiapkan, hingga berujung pada pengapalan barang yang terlambat ke alamat pemesan. "Karena saya belum punya bendera sendiri, jadi semua urusan sampai pencairan dana dilakukan jasa agen," tandas Idawati. Tidak hanya itu saja, persaingan usaha juga membuat banyak kendala yang dihadapi. Munculnya produk serupa yang harga jualnya lebih murah dengan mutu lebih bagus, menjadikan produk lokal mulai tersingkirkan. "Saya mendengar sendiri, banyak pelanggan saya dari luar negeri yang mengatakan kalau produk China lebih bagus, halus dan harganya lebih murah," paparnya. Anggota Komisi C DPRD Jatim asal daerah pemilihan Tulungagung, Basuki Babussalam mengakui potensi luar biasa yang ada dalam kandungan alam di Tulungagung. "Di kawasan lintas selatan tersebut terbantu oleh jaringan pegunungan yang menyimpan banyak potensi, khususnya marmer," tutur Basuki. Kendati demikian, menurut dia, banyak hal dari potensi besar namun belum terlalu kuat untuk dinikmati hasilnya. Terutama untuk pemberdayaan bagin perajin dan masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan, kata Basuki, di antaranya faktor kurangnya pendanaan dan minimnya sentuhan modal dari pemerintah. Selain itu, lanjut dia, kurangnya pembinaan terhadap kemampuan sumber daya manusia juga membuat tidak maksimalnya potensi yang dihasilkan. "Peran paling utama ada di tangan semua pihak, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga kelompok-kelompok masyarakat dengan harapan mampu memberdayakan perajin maupun warga sekitar," tutur legislator asal Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pemprov Jatim, Fattah Jasin mengakui bahwa selain batik, perkembangan marmer dan batu onyx di Tulungagung sangat menggembirikan dan menunjukkan tren positif. Dijelaskannya, Jatim sekarang sudah tumbuh 4,3 juta unit UMKM. Pemprov akan berusaha meningkatkan jaringan dan peningkatan sumber daya mineral serta memfasilitasi usaha perkembangan koperasi dan UMKM. "UMKM itu beberapa di antaranya juga usaha penjualan batu marmer dan onyx," kata Fattah, menegaskan. Sementara itu di Kabupaten Tulungagung, terdapat 31 ribu unit UMKM berbagai produk dan jenis. Keberhasilan mayoritas usaha membuat nilai kontribusi terhadap pemerintah daerah sangat terbantu. "Tahun 2010 saja kontribusinya mencapai 60 persen, atau naik 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya," tukas Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tulungagung, Sungkono, mendampingi Asisten II Sekretaris Daerah Pemkab Tulungagung Drs Prikarihadi, MM. (fiqiharfani@gmail.com)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011