Pengendalian banjir akibat meluapnya Sungai Welang di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, melibatkan masyarakat dan komunitas.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi Jawa Timur Baju Trihaksoro memastikan dalam pelaksanaannya turut didampingi Konsultan Witteveen Boos, Nuffic Neso AidEnvironment, dari Belanda.
"Proyek ini didanai sepenuhnya dari Belanda. Nilainya mencapai Rp4 miliar," katanya melalui keterangan tertulis di Surabaya, Kamis.
Menurutnya proyek tersebut tidak difokuskan untuk penanganan yang bersifat penambahan infrastruktur.
"Penambahan infrastruktur yang diperlukan akan dilakukan di tahap selanjutnya. Jadi saat ini yang dilakukan adalah untuk pengendalian banjir yang bersifat natural based atau berbasis alam," ujarnya.
Pilot project tersebut diharapkan sukses mengendalikan banjir di Sungai Welang Pasuruan sehingga nantinya bisa direplikasi di daerah lain.
"Jadi kuncinya nanti yang menjadi poin adalah partisipasi masyarakat," ujarnya.
Team Leader Konsultan Witteveen Boos, Nuffic Neso AidEnvironment, Victor Coenen, mengungkapkan kerja sama antara Belanda dan Pemerintah Provinsi Jatim dalam pengendalian banjir sudah dilakukan sejak beberapa tahun berakhir.
"Saat ini sudah memasuki tahap dua. Saya optimistis akan ada dampak yang kongkrit," katanya
Victor menyampaikan opsi penanganan berbasis alam sengaja dipilih agar pengendalian berlangsung secara berkelanjutan, mengingat banjir akibat meluapnya Sungai Welang merupakan tragedi yang rutin terjadi setiap tahun.
"Misalnya nanti bersama-sama masyarakat kita lakukan replanting atau penanaman pohon di sepanjang bantaran Sungai Welang. Bisa juga dengan melakukan pemilahan dan pemisahan sampah," ujarnya.
Opsi lainnya adalah pengalihan aliran sungai dengan membuat sudetan Sungai Welang.
"Berbagai opsi ini masih akan dibahas dengan melibatkan masyarakat, komunitas dan juga akademisi. Jadi masyarakat kita libatkan sejak perencanaan. Sehingga saat program ini berjalan mereka ikut memiliki tanggung jawab untuk ambil bagian dalam melakukan pengendalian banjir," ucapnya.
Victor menargetkan persiapan dilakukan selama satu bulan. Dengan begitu sebulan berikutnya sudah ada pilot project yang telah dipilih untuk dilakukan bersama.
"Dari partisipasi masyarakat yang kami ibatkan, diharapkan ke depan dapat merubah kebiasaan dan kesadarannya untuk turut menjaga kelestarian sungai," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi Jawa Timur Baju Trihaksoro memastikan dalam pelaksanaannya turut didampingi Konsultan Witteveen Boos, Nuffic Neso AidEnvironment, dari Belanda.
"Proyek ini didanai sepenuhnya dari Belanda. Nilainya mencapai Rp4 miliar," katanya melalui keterangan tertulis di Surabaya, Kamis.
Menurutnya proyek tersebut tidak difokuskan untuk penanganan yang bersifat penambahan infrastruktur.
"Penambahan infrastruktur yang diperlukan akan dilakukan di tahap selanjutnya. Jadi saat ini yang dilakukan adalah untuk pengendalian banjir yang bersifat natural based atau berbasis alam," ujarnya.
Pilot project tersebut diharapkan sukses mengendalikan banjir di Sungai Welang Pasuruan sehingga nantinya bisa direplikasi di daerah lain.
"Jadi kuncinya nanti yang menjadi poin adalah partisipasi masyarakat," ujarnya.
Team Leader Konsultan Witteveen Boos, Nuffic Neso AidEnvironment, Victor Coenen, mengungkapkan kerja sama antara Belanda dan Pemerintah Provinsi Jatim dalam pengendalian banjir sudah dilakukan sejak beberapa tahun berakhir.
"Saat ini sudah memasuki tahap dua. Saya optimistis akan ada dampak yang kongkrit," katanya
Victor menyampaikan opsi penanganan berbasis alam sengaja dipilih agar pengendalian berlangsung secara berkelanjutan, mengingat banjir akibat meluapnya Sungai Welang merupakan tragedi yang rutin terjadi setiap tahun.
"Misalnya nanti bersama-sama masyarakat kita lakukan replanting atau penanaman pohon di sepanjang bantaran Sungai Welang. Bisa juga dengan melakukan pemilahan dan pemisahan sampah," ujarnya.
Opsi lainnya adalah pengalihan aliran sungai dengan membuat sudetan Sungai Welang.
"Berbagai opsi ini masih akan dibahas dengan melibatkan masyarakat, komunitas dan juga akademisi. Jadi masyarakat kita libatkan sejak perencanaan. Sehingga saat program ini berjalan mereka ikut memiliki tanggung jawab untuk ambil bagian dalam melakukan pengendalian banjir," ucapnya.
Victor menargetkan persiapan dilakukan selama satu bulan. Dengan begitu sebulan berikutnya sudah ada pilot project yang telah dipilih untuk dilakukan bersama.
"Dari partisipasi masyarakat yang kami ibatkan, diharapkan ke depan dapat merubah kebiasaan dan kesadarannya untuk turut menjaga kelestarian sungai," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023