Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menambah intensitas suplai air bersih ke dua desa yang mengalami kekeringan cukup parah.
"Dua lingkungan pemukiman yang paling parah terdampak ada di Dusun Kasihan Desa Ngrencak dan Dusun Bungur Desa Besuki," kata Kepala BPBD Trenggalek Triadi Atmono di Trenggalek, Rabu.
Dua desa ini, lanjut Triadi, awalnya hanya sekali dikirimi bantuan air bersih dalam kurun dua hari. Namun kini intensitasnya ditambah.
Penyebabnya, kebutuhan akan air bersih meningkat seiring beberapa titik sumber maupun sumur warga mengering.
Jumlahnya pun juga mengalami peningkatan akibat kemarau panjang yang tingkat kekeringannya lebih kering dibandingkan tiga tahun lalu.
Kondisi itu dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole di Samudra. "Rata-rata 12 ribu liter dua hari sekali. Satu tangki berisi enam ribu liter," katanya.
"Jadi air yang dikirim petugas itu dibagi. Misalnya untuk Dusun Bungur saja ada 548 jiwa dari 146 kepala keluarga yang terdampak kekeringan. Belum yang lainnya," kata Triadi.
Selain penyaluran air bersih, petugas juga telah mengirimkan bantuan peralatan tambahan ke desa lainnya yang juga terancam kekeringan, seperti di Desa Mlinjon di Kecamatan Suruh, Desa Sobo di Kecamatan Munjungan dan Desa Gayam di Kecamatan Panggul.
"Peralatan itu berupa tandon, jerigen dan terpal, tapi tidak semua desa (itu) meminta. Jadi sebagaimana kebutuhan desa, mereka melaporkan," katanya.
Langkah itu dilakukan sebagai upaya mitigasi dini. Sebab daerah-daerah itu merupakan beberapa wilayah yang juga berpotensi mengalami kekeringan.
Kendati demikian, jumlah kekeringan saat ini tidak lebih parah jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu yang jumlahnya mencapai puluhan titik di beberapa desa.
Misalnya, kekeringan yang terjadi pada 2019. Kala itu, BPBD Trenggalek mencatat ada sebanyak 60 desa dari 152 desa dan lima kelurahan dari 14 kecamatan mengalami kekeringan.
Bahkan pada waktu itu pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Dua lingkungan pemukiman yang paling parah terdampak ada di Dusun Kasihan Desa Ngrencak dan Dusun Bungur Desa Besuki," kata Kepala BPBD Trenggalek Triadi Atmono di Trenggalek, Rabu.
Dua desa ini, lanjut Triadi, awalnya hanya sekali dikirimi bantuan air bersih dalam kurun dua hari. Namun kini intensitasnya ditambah.
Penyebabnya, kebutuhan akan air bersih meningkat seiring beberapa titik sumber maupun sumur warga mengering.
Jumlahnya pun juga mengalami peningkatan akibat kemarau panjang yang tingkat kekeringannya lebih kering dibandingkan tiga tahun lalu.
Kondisi itu dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole di Samudra. "Rata-rata 12 ribu liter dua hari sekali. Satu tangki berisi enam ribu liter," katanya.
"Jadi air yang dikirim petugas itu dibagi. Misalnya untuk Dusun Bungur saja ada 548 jiwa dari 146 kepala keluarga yang terdampak kekeringan. Belum yang lainnya," kata Triadi.
Selain penyaluran air bersih, petugas juga telah mengirimkan bantuan peralatan tambahan ke desa lainnya yang juga terancam kekeringan, seperti di Desa Mlinjon di Kecamatan Suruh, Desa Sobo di Kecamatan Munjungan dan Desa Gayam di Kecamatan Panggul.
"Peralatan itu berupa tandon, jerigen dan terpal, tapi tidak semua desa (itu) meminta. Jadi sebagaimana kebutuhan desa, mereka melaporkan," katanya.
Langkah itu dilakukan sebagai upaya mitigasi dini. Sebab daerah-daerah itu merupakan beberapa wilayah yang juga berpotensi mengalami kekeringan.
Kendati demikian, jumlah kekeringan saat ini tidak lebih parah jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu yang jumlahnya mencapai puluhan titik di beberapa desa.
Misalnya, kekeringan yang terjadi pada 2019. Kala itu, BPBD Trenggalek mencatat ada sebanyak 60 desa dari 152 desa dan lima kelurahan dari 14 kecamatan mengalami kekeringan.
Bahkan pada waktu itu pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023