Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya melakukan pemantauan rutin kualitas udara di ibu Kota Provinsi Jatim itu melalui alat pemantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di tiga Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambient (SPKUA).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Surabaya, Rabu, mengatakan tiga SPKUA tersebut berada di kawasan Wonorejo, Kebonsari dan Tandes.

Ketiga alat tersebut, dua di antaranya adalah milik Pemkot Surabaya dan satu milik Pemerintah Pusat.

"Pemantau kualitas udara ini harus diperbanyak titiknya. Kami hanya punya dua alat pemantauan ISPU itu (Wonorejo dan Kebonsari), Tandes itu pun milik pemerintah pusat, nah harus dirawat tiga ini" katanya.

Hebi menerangkan ISPU Air Quality Monitoring System (AQMS) di Stasiun Wonorejo dan Kebonsari menggunakan lima parameter dalam mengukur kualitas udara di Kota Surabaya.

Parameter yang digunakan tersebut antara lain SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), dan PM10 (partikulat).

Dengan parameter tersebut menunjukkan bahwa mulai Januari hingga 14 Agustus 2023, data ISPU hari baik sebanyak 58 dan hari sedang sebanyak 168.

Berbeda dengan ISPU AQMS di Stasiun Tandes yang menggunakan 7 parameter pengukuran udara, yakni SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), HC (hidrokarbon), PM10 dan PM2.5 (partikulat).

Dengan parameter tersebut menunjukkan, bahwa mulai Januari hingga 17 Agustus 2023, data ISPU hari baik sebanyak 129 dan hari sedang sebanyak 100.

Selain memanfaatkan alat stasiun pemantauan udara, Hebi berencana menambah peralatan pemantauan udara portable yang ditempatkan di beberapa titik di Kota Surabaya.

Nantinya, kata dia, alat tersebut akan disebar, kemudian data hasil pemantau udara portable itu akan dianalisa dan dibandingkan dengan ISPU untuk pengkajian lebih lanjut.

Menurut Hebi, ada hal yang lebih penting dari alat pemantauan kualitas udara yakni sosialisasi kepada masyarakat untuk menunda bepergian pada jam tertentu.

"Misal, di Jalan Ahmad Yani pada jam tertentu itu tingkat polusinya tinggi maka harus diworo-woro (diimbau) untuk memakai masker ketika berkendara menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, kalau bisa hindari keluar rumah ketika di jam tertentu," ujarnya.

Tak hanya itu, Hebi menyarankan kepada warga untuk menanam tumbuhan bagi yang rumahnya dekat dengan tepi jalan. Tumbuhan yang dinilai ampuh menyerap polusi udara adalah jenis Sansevieria (Lidah Mertua).

"Itu (Sansevieria) wajib ditanam oleh warga yang rumahnya di tepi jalan. Itu akan lebih baik," ucapnya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023