Pemerintah Kediri, Jawa Timur, memaparkan beragam capaian program untuk penurunan stunting dalam penilaian kinerja penurunan stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Jawa Timur.
Sekretaris Daerah Kota Kediri Bagus Alit mengemukakan capaian kinerja Kota Kediri dalam penanganan stunting tercermin pada indikator indeks kesehatan dan indikator bangga kencana yang menunjukkan angka optimal.
"Ada beberapa kinerja Pemkot Kediri yang telah mencapai target 100 persen, seperti Open Defecation Free (ODF), yang artinya keseluruhan penduduk Kota Kediri sudah terakses jamban dan tidak buang air di sembarang tempat, pemberian makanan tambahan (PMT) balita gizi buruk yang juga mencapai 100 persen, balita gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan juga telah 100 persen," katanya dalam kegiatan yang digelar secara daring di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan target capaian Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (Ran Pasti) secara umum juga sudah terpenuhi. Indikator intervensi spesifik berkontribusi 30 persen maupun indikator intervensi sensitif yang berkontribusi 70 persen dalam mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung permasalahan stunting berhasil melampaui target pada 2022.
"Hanya satu indikator yang hampir mencapai target, yaitu unmet need. Tetapi Pemkot Kediri telah melakukan upaya-upaya percepatan untuk meminimalisir kehamilan yang tidak dikehendaki dan secara keseluruhan telah mencapai target," ujar dia.
Kota Kediri, kata dia, telah melakukan beberapa aksi konvergensi, yang pertama aksi konvergensi analisis situasi. Dalam analisis situasi telah ditetapkan 10 kelurahan lokus nol stunting pada 2022-2023, yakni Kelurahan Blabak, Banaran, Betet, Bangsal, Pesantren, Tamanan, Ngadirejo, Jagalan, Dandangan, dan Mrican.
Kedua aksi konvergensi rencana kegiatan di seluruh OPD terkait dan kelurahan. Ketiga yaitu aksi rembuk stunting baik di tingkat kelurahan, kecamatan, maupun tingkat kota. Dalam rembuk stunting ini menghasilkan luaran berita acara rembuk, kesepakatan bersama dengan para pemangku kepentingan serta menghasilkan program-program prioritas yang akan dianggarkan pada tahun mendatang.
Aksi keempat, yaitu aksi regulasi yang meliputi beberapa perda, perwali, keputusan wali kota, dan keputusan kepala OPD. Aksi yang kelima, adalah aksi tim pendamping kelurahan. Di Kota Kediri memiliki 663 TPK yang tersebar di tiga kecamatan yang terdiri atas tenaga kesehatan, kader KB, dan Tim Penggerak PKK.
Aksi keenam yaitu manajemen data. Untuk melakukan manajemen data, Pemkot Kediri memiliki program pemantauan ekohort ibu dan anak serta siklus kehidupan realtime (Papa Asik) yang bisa diunduh melalui Playstore atau diakses website.
"Dengan adanya aplikasi ini kondisi ibu hamil bisa terekam, apabila ibu hamil berisiko rendah akan diberikan tablet penambah darah, multivitamin, asam folat dan lainnya. Jika berisiko tinggi bisa dirujuk ke FKTP," kata dia.
Aksi ketujuh adalah pengukuran dan publikasi. Dari prevalensi stunting pada 2018-2023, sempat mengalami kenaikan pada 2020 dan 2021 karena COVID-19, namun mengalami penurunan secara signifikan pada 2022 dan menurun lagi pada 2023 hingga mencapai 6,96 persen.
"Jumlah balita stunting juga mengalami penurunan, di tahun 2022 ada 941 balita dan di tahun 2023 turun menjadi 778 balita," kata dia.
Aksi kedelapan adalah kinerja tahunan evaluasi anggaran penurunan stunting pada 2023.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Sekretaris Daerah Kota Kediri Bagus Alit mengemukakan capaian kinerja Kota Kediri dalam penanganan stunting tercermin pada indikator indeks kesehatan dan indikator bangga kencana yang menunjukkan angka optimal.
"Ada beberapa kinerja Pemkot Kediri yang telah mencapai target 100 persen, seperti Open Defecation Free (ODF), yang artinya keseluruhan penduduk Kota Kediri sudah terakses jamban dan tidak buang air di sembarang tempat, pemberian makanan tambahan (PMT) balita gizi buruk yang juga mencapai 100 persen, balita gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan juga telah 100 persen," katanya dalam kegiatan yang digelar secara daring di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan target capaian Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (Ran Pasti) secara umum juga sudah terpenuhi. Indikator intervensi spesifik berkontribusi 30 persen maupun indikator intervensi sensitif yang berkontribusi 70 persen dalam mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung permasalahan stunting berhasil melampaui target pada 2022.
"Hanya satu indikator yang hampir mencapai target, yaitu unmet need. Tetapi Pemkot Kediri telah melakukan upaya-upaya percepatan untuk meminimalisir kehamilan yang tidak dikehendaki dan secara keseluruhan telah mencapai target," ujar dia.
Kota Kediri, kata dia, telah melakukan beberapa aksi konvergensi, yang pertama aksi konvergensi analisis situasi. Dalam analisis situasi telah ditetapkan 10 kelurahan lokus nol stunting pada 2022-2023, yakni Kelurahan Blabak, Banaran, Betet, Bangsal, Pesantren, Tamanan, Ngadirejo, Jagalan, Dandangan, dan Mrican.
Kedua aksi konvergensi rencana kegiatan di seluruh OPD terkait dan kelurahan. Ketiga yaitu aksi rembuk stunting baik di tingkat kelurahan, kecamatan, maupun tingkat kota. Dalam rembuk stunting ini menghasilkan luaran berita acara rembuk, kesepakatan bersama dengan para pemangku kepentingan serta menghasilkan program-program prioritas yang akan dianggarkan pada tahun mendatang.
Aksi keempat, yaitu aksi regulasi yang meliputi beberapa perda, perwali, keputusan wali kota, dan keputusan kepala OPD. Aksi yang kelima, adalah aksi tim pendamping kelurahan. Di Kota Kediri memiliki 663 TPK yang tersebar di tiga kecamatan yang terdiri atas tenaga kesehatan, kader KB, dan Tim Penggerak PKK.
Aksi keenam yaitu manajemen data. Untuk melakukan manajemen data, Pemkot Kediri memiliki program pemantauan ekohort ibu dan anak serta siklus kehidupan realtime (Papa Asik) yang bisa diunduh melalui Playstore atau diakses website.
"Dengan adanya aplikasi ini kondisi ibu hamil bisa terekam, apabila ibu hamil berisiko rendah akan diberikan tablet penambah darah, multivitamin, asam folat dan lainnya. Jika berisiko tinggi bisa dirujuk ke FKTP," kata dia.
Aksi ketujuh adalah pengukuran dan publikasi. Dari prevalensi stunting pada 2018-2023, sempat mengalami kenaikan pada 2020 dan 2021 karena COVID-19, namun mengalami penurunan secara signifikan pada 2022 dan menurun lagi pada 2023 hingga mencapai 6,96 persen.
"Jumlah balita stunting juga mengalami penurunan, di tahun 2022 ada 941 balita dan di tahun 2023 turun menjadi 778 balita," kata dia.
Aksi kedelapan adalah kinerja tahunan evaluasi anggaran penurunan stunting pada 2023.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023