Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur tengah menyusun rancangan mitigasi berkaitan dengan langkah dan prosedur (protokol) kontingensi penanggulangan bencana tsunami di wilayah tersebut.
"Dan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan itu adalah dengan penyusunan dokumen yang berisi SOP (standart operational procedure) mitigasi bencana tsunami," kata Kepala BPBD Trenggalek Triadi Atmono di Tulungagung, Jumat.
Penyusunan itu dilakukan BPBD dengan menggelar kegiatan semiloka pembahasan rencana kontingensi melibatkan tenaga ahli dari BNPB dan BMKG.
Penyusunan rencana kontingensi itu dilakukan untuk menyikapi jika sewaktu-waktu bencana tsunami itu benar-benar terjadi.
"Sehingga jika sewaktu-waktu terjadi bencana itu, pentahelix termasuk BPBD tahu bagaimana cara menyikapinya," kata Triadi.
Dijelaskan, sosialisasi rencana kontingensi yang melibatkan berbagai unsur lapisan itu membahas hulu hingga hilir untuk mengantisipasi serta meminimalisir dampak bencana yang ditimbulkan.
Mulai dari sarana dan prasarana pendukung, jalur evakuasi, alat deteksi dini hingga kesiapsiagaan masyarakat.
Pasalnya, terdapat 17 desa di tiga kecamatan pesisir yang masuk daerah rawan tsunami.
Tiga kecamatan pesisir itu adalah Watulimo, Panggul, dan Munjungan.
Salah satu fokus dalam antisipasi bencana tersebut adalah diseminasi informasi early warning system (EWS) melalui warning receiver system (WRS) BMKG yang berada di BPBD Trenggalek.
"Ini sudah mumpuni dan bisa disampaikan ke masyarakat jika sewaktu-waktu potensi tsunami tersebut muncul," ujarnya.
Selain itu, Pemkab Trenggalek juga berupaya memberikan pelatihan serta pendampingan agar belasan desa tersebut menjadi desa tangguh bencana mandiri.
Dengan langkah itu masyarakat menjadi tahu tentang langkah-langkah yang diambil saat musibah terjadi sehingga dampak bencana yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
"Kami juga lakukan pendampingan kepada desa-desa itu yang notabene berada di sekitar kawasan pesisir selatan Trenggalek," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Dan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan itu adalah dengan penyusunan dokumen yang berisi SOP (standart operational procedure) mitigasi bencana tsunami," kata Kepala BPBD Trenggalek Triadi Atmono di Tulungagung, Jumat.
Penyusunan itu dilakukan BPBD dengan menggelar kegiatan semiloka pembahasan rencana kontingensi melibatkan tenaga ahli dari BNPB dan BMKG.
Penyusunan rencana kontingensi itu dilakukan untuk menyikapi jika sewaktu-waktu bencana tsunami itu benar-benar terjadi.
"Sehingga jika sewaktu-waktu terjadi bencana itu, pentahelix termasuk BPBD tahu bagaimana cara menyikapinya," kata Triadi.
Dijelaskan, sosialisasi rencana kontingensi yang melibatkan berbagai unsur lapisan itu membahas hulu hingga hilir untuk mengantisipasi serta meminimalisir dampak bencana yang ditimbulkan.
Mulai dari sarana dan prasarana pendukung, jalur evakuasi, alat deteksi dini hingga kesiapsiagaan masyarakat.
Pasalnya, terdapat 17 desa di tiga kecamatan pesisir yang masuk daerah rawan tsunami.
Tiga kecamatan pesisir itu adalah Watulimo, Panggul, dan Munjungan.
Salah satu fokus dalam antisipasi bencana tersebut adalah diseminasi informasi early warning system (EWS) melalui warning receiver system (WRS) BMKG yang berada di BPBD Trenggalek.
"Ini sudah mumpuni dan bisa disampaikan ke masyarakat jika sewaktu-waktu potensi tsunami tersebut muncul," ujarnya.
Selain itu, Pemkab Trenggalek juga berupaya memberikan pelatihan serta pendampingan agar belasan desa tersebut menjadi desa tangguh bencana mandiri.
Dengan langkah itu masyarakat menjadi tahu tentang langkah-langkah yang diambil saat musibah terjadi sehingga dampak bencana yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
"Kami juga lakukan pendampingan kepada desa-desa itu yang notabene berada di sekitar kawasan pesisir selatan Trenggalek," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023