Ritual atau seremoni budaya jamasan (pencucian) tombak pusaka Kiai Upas kembali digelar di Rumah Kanjengan yang berlokasi di lingkungan Kepatihan, Tulungagung, Jawa Timur, Jumat.
Pelaksanaan upacara adat jamasan yang rutin digelar setiap Jumat kliwon dalam penanggalan Jawa itu pun mendapat perhatian luas masyarakat setempat dan dihadiri Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo.
Selain sudah menjadi tradisi yang berjalan turun-temurun, dikembalikannya seremoni jamasan di Dalem Kanjengan menjadi lembaran sejarah baru bagi masyarakat Tulungagung.
Alasannya, pelaksanaan seremoni jamasan sempat dialihkan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tulungagung yang lokasinya bersebelahan dengan dalem kanjengan karena alasan kepemilikan aset pribadi dan belum menjadi hak daerah.
"Setelah dibeli oleh Pemkab (Tulungagung), Rumah Kanjengan menjadi inventarisasi daerah. Maka dari itu mulai sekarang di sinilah Tombak Pusaka Kiai Upas disemayamkan (disimpan)," kata Bupati Tulungagung Maryoto Birowo.
Ia menjelaskan Kiai Upas merupakan senjata yang menjadi ikon Tulungagung sejak ratusan tahun, sejak berdirinya Kabupaten Tulungagung.
Ke depan pihaknya bakal menyempurnakan sarana dan prasarana di rumah atau dalem Kanjengan.
"Kalau berbicara tentang pusaka ada sejarahnya. Kalau historinya ya harus mondok di Kepatihan (Rumah Kanjengan)," katanya.
Acara jamasan Kyai Upas dilakukan tiap tahun sekali di bulan Suro pada penanggalan Jawa. Jamasan dilakukan pada Jumat Kliwon dalam pasaran Jawa.
Acara jamasan selalau menarik animo warga lokal. Sebab mereka meyakini jamasan bisa mendatangkan berkah dan menolak bala.
Setelah ritual digelar, warga akan berebut sisa air jamasan dan hiasan panggung jamasan yang diyakini memiliki khasiat sebagai penglaris dan tolak bala.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Pelaksanaan upacara adat jamasan yang rutin digelar setiap Jumat kliwon dalam penanggalan Jawa itu pun mendapat perhatian luas masyarakat setempat dan dihadiri Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo.
Selain sudah menjadi tradisi yang berjalan turun-temurun, dikembalikannya seremoni jamasan di Dalem Kanjengan menjadi lembaran sejarah baru bagi masyarakat Tulungagung.
Alasannya, pelaksanaan seremoni jamasan sempat dialihkan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tulungagung yang lokasinya bersebelahan dengan dalem kanjengan karena alasan kepemilikan aset pribadi dan belum menjadi hak daerah.
"Setelah dibeli oleh Pemkab (Tulungagung), Rumah Kanjengan menjadi inventarisasi daerah. Maka dari itu mulai sekarang di sinilah Tombak Pusaka Kiai Upas disemayamkan (disimpan)," kata Bupati Tulungagung Maryoto Birowo.
Ia menjelaskan Kiai Upas merupakan senjata yang menjadi ikon Tulungagung sejak ratusan tahun, sejak berdirinya Kabupaten Tulungagung.
Ke depan pihaknya bakal menyempurnakan sarana dan prasarana di rumah atau dalem Kanjengan.
"Kalau berbicara tentang pusaka ada sejarahnya. Kalau historinya ya harus mondok di Kepatihan (Rumah Kanjengan)," katanya.
Acara jamasan Kyai Upas dilakukan tiap tahun sekali di bulan Suro pada penanggalan Jawa. Jamasan dilakukan pada Jumat Kliwon dalam pasaran Jawa.
Acara jamasan selalau menarik animo warga lokal. Sebab mereka meyakini jamasan bisa mendatangkan berkah dan menolak bala.
Setelah ritual digelar, warga akan berebut sisa air jamasan dan hiasan panggung jamasan yang diyakini memiliki khasiat sebagai penglaris dan tolak bala.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023