Pemerintah Kota Surabaya menggencarkan edukasi dan sosialisasi antiperundungan hingga ke tingkat rukung warga (RW) sebagai upaya antisipasi serta penanganan kasus tersebut di lingkungan masyarakat.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya Ida Widayati mengatakan pola sosialisasi antisipasi kasus perundungan itu melibatkan peran komunitas yang digawangi oleh pelajar.

"Kami sudah ke balai RW dan yang jadi narasumber adik-adik dari Forum Anak Surabaya (FAS) serta Duta Genre. Mereka melakukan sosialisasi ke sesama, artinya dari anak untuk anak," kata Ida di Graha Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jalan Pawiyatan Surabaya, Kamis.

Ia juga menyebut sosialisasi anti perundungan juga dilakukan oleh pihaknya dengan menyasar langsung ke sekolah-sekolah di Kota Surabaya.

"Di sekolah sudah kami lakukan sosialisasi 'Dinamika Remaja' yang salah satunya penanganan bullying," ucapnya.

Di tempat yang sama Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh menambahkan karya tulis para pelajar terkait pencegahan dan penanganan perundungan di sosial media akan dirangkum dan dijadikan dalam format digital.

Menurutnya, langkah itu juga bertujuan untuk mempermudah sosialisasi program "Literasi Digital".

"Kami sudah mengacu ke literasi digital, hasil karya anak-anak nanti kami bisa di digital dan akan lebih mudah serta praktis, semuanya akan lebih mudah,"

Sementara, Perwakilan Organisasi Pelajar Surabaya (Orpres) Airlangga mengatakan sosialisasi pencegahan tidak hanya pada perundungan, namun juga mencakup tindakan anti toleransi dan anti kekerasan seksual.

"Ada semacam komik yang disusun oleh teman-teman pelajar untuk pelajar sendiri yang memuat tiga persoalan itu," katanya.

Selain siswa, pihaknya juga berupaya menggencarkan edukasi kepada guru dan orang tua pelajar, sehingga kedua belah pihak bisa saling berkomunikasi untuk menemukan solusi menyelesaikan masalah.

"Sehingga tidak terjadi miss komunikasi antara tiga elemen pendidikan, yakni, guru, siswa, dan orang tua," ujar dia.

Airlangga berharap pola penangan anti perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi bisa diimplementasikan untuk menjamin lahir generasi unggul Indonesia.

"Semua elemen bisa lebih paham, kami berharap pada tahun 2045 tepat ketika Indonesia berusia 100 tahun semuanya sudah tercapai," tuturnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023