Salah satu kekayaan laut Indonesia, khususnya yang berada di wilayah-wilayah pesisir adalah hutan mangrove (bakau). Tipe hutan bakau ini berada di daerah pasang surut air laut.

Saat air pasang, hutan mangrove digenangi oleh air laut, sedangkan pada saat air surut, hutan mangrove bebas dari genangan air laut. Umumnya, hutan mangrove berkembang dengan baik di pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna.

Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia, yaitu fungsi ekologis dan ekonomis.

Fungsi ekologis adalah sebagai habitat binatang laut untuk berlindung, mencari makan, dan berkembang biak, serta melindungi pantai dari abrasi air laut, meminimalkan dampak tsunami, menekan polusi, hingga menambah kadar oksigen.

Sementara itu fungsi ekonomis, berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan yang digunakan sebagai bahan kayu bakar atau bahan pembuat arang serta dapat dijadikan bahan pembuat kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna yang bernilai ekonomi, misalnya udang dan jenis ikan lainnya.

Dari sekian kekayaan hutan mangrove di Indonesia, satu di antaranya di kawasan pesisir atau kawasan lindung Pantai Timur, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur. Kawasan itu diusulkan oleh pemerintah daerah setempat agar menjadi Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia. Usulan itu disampaikan pada masa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pada 2017.

Menjadi yang pertama di Indonesia, sebab dari keseluruhan jumlah kebun raya yang selama ini ada di Indonesia, khusus untuk mangrove, belum ada.

Kebun Raya Mangrove Surabaya sendiri melingkupi tiga kawasan mangrove, yaitu Mangrove Wonorejo, Mangrove Medokan Sawah, serta Mangrove Gunung Anyar. Luas totalnya sekitar 27 hektare.

Harapannya kawasan bakau di Pantai Timur Surabaya tersebut dapat dimanfaatkan untuk pelestarian keragaman hayati, perlindungan lingkungan, pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan pariwisata atau hiburan.

Usulan tersebut kemudian disampaikan ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, yang sekarang bertransformasi menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Pembangunan kebun raya mangrove kemudian dimulai setahun setelahnya, 29 April 2018. Program pembangunan ini melibatkan sejumlah pihak, mulai dari Pemkot Surabaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), LIPI, dan Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).
Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri didampingi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa mengamati salah satu jenis mangrove di Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Surabaya, Rabu (26/7/2023). (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya) (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)

Setelah melalui proses yang panjang, bertepatan dengan peringatan Hari Mangrove Sedunia pada Rabu, 26 Juli 2023, Kebun Raya Mangrove di kawasan pesisir Surabaya itu diresmikan.

Peresmian dilakukan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia, sekaligus mantan Presiden ke-5 RI dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Saat itu, Megawati menekankan pentingnya negara menjaga keanekaragaman hayati atau biodiversitas dan kelestarian plasma nutfah.

Megawati pun sempat bercerita bahwa upaya untuk mendirikan kebun raya di sejumlah daerah di Indonesia tidak mudah karena setiap kebun raya harus memiliki kriteria dan standar yang harus dipenuhi.

Selain itu, pengelolaan kebun raya tidak mengutamakan pemerolehan keuntungan materi, sehingga apabila ada pihak yang merasa kekurangan materi dalam mengelola atau membuat kebun raya, akan diupayakan dibantu secara gotong royong.

Bahkan untuk keperluan Kebun Raya Mangrove Surabaya, Megawati sudah mengumpulkan dana sekitar Rp2 miliar, yang diharapkan bisa digunakan untuk menambah koleksi spesies-spesies yang baru.

Tidak hanya itu, operasional pemeliharaan kebun raya juga sangat tinggi. Hal itu yang selama ini harus dipikirkan dan diupayakan oleh para pengelola kebun raya. Sejumlah kebun raya yang sering dikunjunginya adalah Kebun Raya Bogor, Cibodas, Bedugul, Purwodadi, dan Cibinong.

Karena itu, harus dipikirkan bagaimana kebun raya diarahkan menjadi tempat pariwisata, sehingga ada pemasukan secara anggaran yang dimanfaatkan kembali untuk pemeliharaan.

Baca juga: DPRD bangga Kebun Raya Mangrove menjadi pertama di Indonesia

Terunik

Kebun Raya Mangrove Surabaya merupakan yang terunik di antara 45 kebun raya yang ada di seluruh Indonesia, karena Pemkot Surabaya telah melakukan pengelolaan dengan baik dan konsisten.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Surabaya mencatat, Kebun Raya Mangrove memiliki koleksi 57 dari 157 jenis mangrove yang ada di dunia. Saat ini juga tengah dilakukan eksplorasi tiga jenis baru yang akan menambah koleksi.

Koleksi tanaman itu, di antaranya adalah bakau hitam, bakau merah, bakau minyak, tanjang merah, tanjang putih, bakau jeruk hulu, api-api, waru, pidada merah/bogem, gedang-gedangan, waru laut, jeruju hitam, ketower, paku laut, bintaro, alur kebo, hingga kurma rawa.

Kebun Raya Mangrove Surabaya juga sudah dilengkapi berbagai fasilitas, seperti wisata edukasi mangrove, jogging track sepanjang 630 meter, menara pantau setinggi 12 meter, dermaga perahu, picnic ground, hingga wisata perahu.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2019, kebun raya menjadi pusat konservasi eksitu atau pelestarian di luar habitat aslinya. Selain itu juga sebagai konservasi insitu untuk berbagai biodiversitas atau keanekaragaman hayati.

Terkait pelestarian ini, peran BRIN tidak sekadar melakukan konservasi, namun juga menyiapkan bagaimana memanfaatkan biodiversitas itu menjadi obat, pangan, hingga berbagai teknologi canggih, seperti halnya yang dilakukan Kebun Raya Cibinong. Di sana ada sentra pemanfaatan biodiversitas.

Harapannya segala jenis biota flora dan fauna yang ada di Kebun Raya Mangrove bisa juga dimanfaatkan, seperti halnya ada mikroba di kebun raya itu yang diharapkan dapat digunakan sebagai obat kanker.

Dengan demikian kebun raya tidak hanya sebagai upaya konservasi, tapi akan menjadi soko guru perekonomian berbasis ekonomi kreatif, berbasis riset Indonesia ke depan.


Objek wisata ikonik

Pemerintah Kota Surabaya menjadikan Kebun Raya Mangrove sebagai objek wisata ikonik untuk menarik wisatawan, sekaligus menjadikan kawasan wisata edukasi dan penelitian.

Saat ini telah dilakukan penataan kawasan serta pembaruan konsep dari wisata alam tersebut. Untuk wilayah Mangrove Gunung Anyar akan fokus pada wahana perahu atau susur sungai, dengan memperlihatkan sisi eksotisme.

Sepanjang susur sungai itu, wisatawan bakal melihat 57 spesies tumbuhan mangrove dan 28 jenis burung. Selain menggunakan perahu, nantinya saat susur sungai juga disediakan jet ski.

Nantinya, Mangrove Gunung Anyar dan Mangrove Medokan Sawah akan terhubung dengan jembatan. Wisatawan yang datang bisa mencoba sejumlah wahana, seperti susur sungai dengan perahu, sepeda air, ATV, serta titiik-titik foto, dan kuliner.

Mangrove Gunung Anyar juga akan dilengkapi auditorium dan ruangan pameran, sehingga wisatawan bisa melihat berbagai spesies tumbuhan mangrove maupun satwa di dua kawasan tersebut.

Tidak hanya itu, pembaruan konsep wisata tersebut bisa menjadi tempat edukasi dan penelitian tentang keindahan alam di Kota Pahlawan.

Meski demikian, Pemkot Surabaya juga tetap harus memperhatikan nasib warga sekitar lokasi Kebun Raya Mangrove. Keterlibatan warga setempat, khususnya dari keluarga miskin untuk dipekerjakan di wisata itu juga penting, sebagai upaya mengentaskan kemiskinan di Kota Pahlawan.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023