Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokoim Abdussalam menilai cara sosialisasi para bakal calon legislatif Golkar memeriakan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-730 dengan memasang baliho beramai-ramai bagian marketing politik.

"Sekarang ini eranya soft political marketing dan biasanya strategi itu lebih lama tersimpan dalam pikiran voters," kata Surokim sekaligus peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) di Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, apa yang dilakukan para bakal caleg Golkar di Surabaya untuk ikut meramaikan HJKS ke-730 adalah bagian dari strategi politik menjelang Pemilu 2024. 

Hal hal, lanjut dia, bisa memperkuat citra udara dan bisa meraih positioning lebih muda di masyarakat perkotaan dengan basis kalangan menengah. 

"Apa kontribusi, apa sumbangsih, dan apa yang bisa diberikan ke kota ini? menjadi pintu masuk yang baik untuk modal sosial para caleg Golkar," ujar Wakil Rektor III Bidang Akademik UTM ini.

Apalagi sekarang ini, lanjut dia, beragam cara marketing politik kebanyakan membuat publik tidak bisa dan kesulitan membedakan antara caleg dan partainya. 

"Saya pikir upaya itu bagus untuk menguatkan story telling others ke warga Surabaya," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPD Golkar Surabaya Arif Fathoni sebelumnya menginstruksikan bakal calon legislatornya ikut menyemarakkan HJKS ke-730 dengan berbagai kegiatan positif.

"Surabaya adalah kota tempat para pelayan rakyat ini akan mengabdikan tenaga waktu dan pikirannya, rakyat Surabaya adalah tuan yang akan mereka layani," katanya.

Menurut dia, momen HJKS ke-730 ini bisa digunakan sebagai wahana mengingat betapa pentingnya kontribusi Arek Suroboyo dalam sejarah bangsa Indonesia.

Surabaya, lanjut dia, adalah kota yang penuh dengan pelajaran nilai-nilai keikhlasan dan keberanian dalam mempertahankan kehormatan Bangsa Indonesia.

Di sisi lain, baliho calon-calon pelayan masyarakat dari Partai Golkar Kota Surabaya memenuhi jalan-jalan protokol, ujung-ujung gang maupun menempel di tempat-tempat cangkruk masyarakat yang ada di kampung-kampung.

Saat ditanya apakah ada instruksi untuk melakukan ini, Cak Toni, panggilan akrabnya, tidak memberikan instruksi pemasangan baliho maupun banner, tapi kesadaran kolektif para bakal caleg sesuai dengan kemampuan masing-masing.

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023