Pimpinan DPRD Kota Surabaya mempertanyakan hasil penilaian yang menyebutkan Kota Pahlawan, Jawa Timur, tidak masuk dalam "Smart City Index" (SCI) atau indeks kota pintar di dunia pada tahun 2023 ini.
"Kok aneh, jika Surabaya yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia tidak masuk 'smart city'," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH. Thony di Surabaya, Sabtu.
Diketahui data yang menunjukkan indeks kota pintar di dunia dari total 141 kota yang dianalisa, ada tiga kota di Indonesia yang masuk dalam SCI 2023 yakni, DKI Jakarta, Medan, dan Makassar.
Menanggapi hal itu, kata dia, pihaknya menanggapi dingin dan tidak mau terprovokasi dengan kabar yang menempatkan Surabaya di bawah kota-kota lain di Indonesia.
"Karena membangun kota ini dengan semangat yang memang terus menjadikan Surabaya lebih baik. Sehingga kalau kemudian ada yang menilai Surabaya tidak masuk 'smart city' tidak begitu risau," ujarnya.
Menurut dia, sebelum kota-kota lain masuk dalam daftar "smart city index", Kota Surabaya sudah lebih duluan sudah melampaui kota lain.
"Dan itu sudah bertahaun-tahun, berbagai penghargaan tingkat dunia dan nasional diraih Surabaya," katanya.
Baca juga: DPRD Surabaya: PPDB dua zonasi harus permudah siswa mendaftar
Thony mengatakan, pihaknya sadar bahwa "smart city index" bukan satu satunya target. Menurutnya yang menjadi penting sekarang ini adalah menjadikan Surabaya benar-benar menjadi kota dunia yang perlu digapai.
"Kalau ada penilaian sekelompok atau tim yang tidak memasukkkan Surabaya dalam 'smart city', saya pikir semua kota akan mempertanyakan obyektifitas dari penilaian itu. Justru penilaian ini tidak legitimite di mata masyarakat," ucapnya.
Ia juga mempertanyakan parameter dari penilaian tersebut. Menurutnya, jika variabelnya itu meliputi "smart environment", maka apa yang ada di Surabaya saat ini sebagian besar sudah berbasis informasi dan komunikasi.
Begitu juga dengan "smart branding", 'smart economy', 'smart living', 'smart society' dan 'smart goverment', Kota Surabaya sudah menerapkannya.
"Surabaya sudah terbukti luar dengan angka investasi sudah meningkat. Bahkan pertumbuhan ekonominya melampaui provinsi. Bahkan orang lahir dan mati semua terpantau melalui aplikasi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku kaget karena berdasarkan data SCI 2023, ternyata kota Surabaya tidak termasuk sebagai Smart City atau kota pintar.
"Saya juga cukup surprise, ternyata Surabaya tidak masuk Smart City Index. Saya kaget, kok Surabaya tidak masuk, padahal Jakarta, Makasar, dan Medan masuk. Artinya, ada opportunity di situ. Bagaimana nantinya ada win-win partnership untuk (pengembangan) digital ekonomi dari smart city," kata Erick di Jakarta, (25/5).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kok aneh, jika Surabaya yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia tidak masuk 'smart city'," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH. Thony di Surabaya, Sabtu.
Diketahui data yang menunjukkan indeks kota pintar di dunia dari total 141 kota yang dianalisa, ada tiga kota di Indonesia yang masuk dalam SCI 2023 yakni, DKI Jakarta, Medan, dan Makassar.
Menanggapi hal itu, kata dia, pihaknya menanggapi dingin dan tidak mau terprovokasi dengan kabar yang menempatkan Surabaya di bawah kota-kota lain di Indonesia.
"Karena membangun kota ini dengan semangat yang memang terus menjadikan Surabaya lebih baik. Sehingga kalau kemudian ada yang menilai Surabaya tidak masuk 'smart city' tidak begitu risau," ujarnya.
Menurut dia, sebelum kota-kota lain masuk dalam daftar "smart city index", Kota Surabaya sudah lebih duluan sudah melampaui kota lain.
"Dan itu sudah bertahaun-tahun, berbagai penghargaan tingkat dunia dan nasional diraih Surabaya," katanya.
Baca juga: DPRD Surabaya: PPDB dua zonasi harus permudah siswa mendaftar
Thony mengatakan, pihaknya sadar bahwa "smart city index" bukan satu satunya target. Menurutnya yang menjadi penting sekarang ini adalah menjadikan Surabaya benar-benar menjadi kota dunia yang perlu digapai.
"Kalau ada penilaian sekelompok atau tim yang tidak memasukkkan Surabaya dalam 'smart city', saya pikir semua kota akan mempertanyakan obyektifitas dari penilaian itu. Justru penilaian ini tidak legitimite di mata masyarakat," ucapnya.
Ia juga mempertanyakan parameter dari penilaian tersebut. Menurutnya, jika variabelnya itu meliputi "smart environment", maka apa yang ada di Surabaya saat ini sebagian besar sudah berbasis informasi dan komunikasi.
Begitu juga dengan "smart branding", 'smart economy', 'smart living', 'smart society' dan 'smart goverment', Kota Surabaya sudah menerapkannya.
"Surabaya sudah terbukti luar dengan angka investasi sudah meningkat. Bahkan pertumbuhan ekonominya melampaui provinsi. Bahkan orang lahir dan mati semua terpantau melalui aplikasi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku kaget karena berdasarkan data SCI 2023, ternyata kota Surabaya tidak termasuk sebagai Smart City atau kota pintar.
"Saya juga cukup surprise, ternyata Surabaya tidak masuk Smart City Index. Saya kaget, kok Surabaya tidak masuk, padahal Jakarta, Makasar, dan Medan masuk. Artinya, ada opportunity di situ. Bagaimana nantinya ada win-win partnership untuk (pengembangan) digital ekonomi dari smart city," kata Erick di Jakarta, (25/5).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023