Dinas Pendidikan Kota Surabaya menyebut Unjuk Kerja dan Karya (UKK) yang diikuti 500 sekolah dasar (SD) di Kota Pahlawan, Jawa Timur pada 19-20 Mei 2023, memupuk pupuk kreativias para pelajar.

"Kami ingin anak-anak Kota Surabaya mengembangkan seluruh talenta, bakat, dan minatnya sesuai dengan yang dimiliki. Kami akan fasilitasi," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, UKK tahun 2023 ini mengambil tema kreatif, inovatif, mandiri, bekerja keras dan sukses dunia dan akhirat. UKK diperuntukkan bagi siswa kelas VI dan dipusatkan di SDN Rangkah VI.

Selain menjadi bagian pengembangan kreativitas, kata dia, UKK ini merupakan implementasi Sekolahe Arek Suroboyo (SAS) yang sudah berjalan sejak 10 November 2022 lalu. Yusuf menjelaskan, program SAS memberikan pilihan kepada siswa untuk pengembangan pendidikan karakter.

"Sekolah-sekolah akan memfasilitasi sesuai dengan karakter masing-masing sekolah," ujarnya.

Baca juga: Dispendik Surabaya libatkan forum anak hingga organisasi sekolah di "Klinik Sahabat Anak"

Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar (Sekdas) Dispendik Kota Surabaya, Munaiyah menambahkan, ada sekitar 500 lembaga jenjang SD yang menyelenggarakan UKK. Masing-masing sekolah menampilkan produk UKK serta produk dari implementasi kurikulum merdeka bagi siswa kelas I sampai kelas IV.

"Selamat untuk seluruh anak-anak di Kota Surabaya," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala SDN Rangkah VI Rita Erwiyah. Ia menyebut, UKK merupakan hasil kolaborasi dari pihak sekolah dengan orang tua atau wali murid melalui komite.

"Acara ini diharapkan mampu memberikan bekal kepada seluruh anak-anak untuk terus inovatif," katanya.

Salah satu produk yang ditampilkan dalam UKK ini adalah Ecoprint dari SDN Rangkah VI karya Cindy Aiszah, Zahra Almaira Firmansya, Keysa Azzara Asmita, dan Keyza Ayuni Putri Davina. Ecoprint merupakan pemindahan serat daun dan bunga ke atas permukaan kain.

Cindy Aiszah menjelaskan, jika tidak semua daun bisa digunakan untuk ecoprint karena ada beberapa daun yang tidak bisa keluar warnanya.

"Kami biasanya menggunakan daun jati, daun pepaya, serta daun kenikir. Daun ini bisa mengeluarkan warna di atas permukaan daun," kata Cindy.

Menurutnya, proses pembuatan ecoprint berlangsung sekitar satu bulan. Daun yang terpilih diletakkan di atas kain kemudian dipukul-pukul menggunakan kayu sampai keluar warnanya.

"Warna yang keluar kemudian menempel pada kain yang dipersiapkan," ucapnya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023