Bojonegoro - Bupati Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), Suyoto, Kamis meninjau Desa Talok, Kecamatan Kalitidu, yang warganya memproduksi "ale" di hamparan pasir Bengawan Solo di wilayah tersebut.
"Di hamparan pasir sepanjang 3,5 kilometer di desa kami itu, ada sekitar 75 kepala keluarga (KK) yang membuat 'ale'," kata Kepala Desa Talok, Kecamatan Kalitidu, Supardi, dalam penjelasannya di lokasi produksi 'ale' di Bengawan Solo.
Dalam kunjungannya itu, Suyoto didampingi Kepala Dinas Pertanian, Subekti, Kepala Dinas Perkebunan dan Perhutanan, Achmad Djupari dan Kepala Dinas Pengairan, Bambang Budi Susanto.
Menurut Supardi, warga sebanyak 75 KK tersebut, menggantungkan hidup dari memproduksi 'ale' yang diperoleh secara turun temurun.
Warga setempat, lanjutnya, pada musim kemarau langsung membuat 'ale' di hamparan pasir Bengawan Solo. Pada musim hujan membuat di rumah dengan memanfaatkan pasir Bengawan Solo yang dibawa ke rumahnya masing-masing.
Di lokasi hamparan pasir itu, Suyoto dengan rombongannya melihat warga setempat yang memanen ale, baik ale lamtoro gung, petai China, dan ale dengan bahan klampis. Termasuk warga yang baru menebar benih ale di hamparan pasir di lokasi gundukan berdiameter 1 meter persegi.
Selain itu, Suyoto dengan rombongannya juga berdialog dengan warga yang membuat ale di hamparan pasir Bengawan Solo di wilayah setempat. Diperoleh penjelasan, warga setempat bisa memanen ale setiap hari, karena sistem menanamnya mereka membuat tujuh gundukan, sehingga bisa setiap hari panen.
"Selain di pasar lokal Kalitidu, produksi ale di sini juga dijual ke Cepu, Jawa Tengah," jelas Supardi.
Melihat gambaran itu, Suyoto mengaku, kagum dengan produksi ale yang dihasilkan warga setempat. Dari perhitungannya, dari produksi ale tersebut, warga bisa menghasilkan sekitar Rp2,5 miliar/tahun.
Ini, setelah para penghasil ale setempat yang ditanya mengaku, bisa memproduksi ale dan mendapatkan penghasilan dari menjual ale berkisar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu/harinya. "Ini luar biasa, Pemkab tidak harus ikut campur tangan dalam masalah pembuatan ale di sini, karena warga sangat mandiri," katanya dengan nada bangga.
Hanya saja, menurut dia, dibutuhkan pengembangan ale produksi desa setempat, bisa masuk super market dengan harga jual yang tinggi. Selain itu, dengan adanya produksi ale tersebut, bisa menjadi lokasi wisata, sekaligus tempat belajar, terutama bagi para siswa yang bisa belajar langsung dalam pembuatan ale.
"Kalau bisa menembus super market di kota besar, warga Bojonegoro juga yang lainnya bisa ikut merasakan produksi ale yang hanya ada di Bojonegoro," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011