Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan penyelidikan lanjutan guna mengungkap penyebab kematian seekor paus di kawasan pantai di daerah Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo direncanakan bakal dilakukan, pada Selasa, 16 Mei 2023.

"Besok akan diberi police line dan akan dilakukan pengambilan sampel dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair untuk menentukan penyebab kematiannya," kata Antiek di Surabaya, Senin.

Penyelidikan tersebut juga sekaligus mengungkap penyebab mamalia tersebut bisa masuk ke wilayah perairan Indonesia, termasuk kemungkinan adanya faktor cuaca.

Pasalnya, paus jenis "balin" itu merupakan hewan yang hidup di perairan Australia.

"Ini masih akan dicek besok, hasil pengambilan sampel akan ketahuan karena apa. Jenis paus ini tidak ada di perairan Indonesia karena ini jenis dari Australia," ujarnya.

Paus Balin yang ditemukan mati di perairan wilayah Kejawan Putih Tambak itu diperkirakan memiliki ukuran panjang 12 meter.

"Ini paus masih kecil, masih muda, belum dewasa. Karena kalau dewasa itu ukuran 16 meter," ucapnya.

Sementara, jasad Paus Balin kali pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat yang langsung melaporkan kejadian itu kepada pihak DKPP Kota Surabaya, pada Minggu (14/5). Mamalia laut itu ditemukan dalam kondisi yang sudah terapung.

Antiek mengaku setelah menerima laporan tersebut, DKPP Kota Surabaya langsung berkoordinasi dengan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Wilker Jawa Timur serta Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi setempat.

Setelahnya, BPSPL serta Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur kemudian melakukan sosialisasi terkait upaya penanganan awal pada bangkai paus.

"Mereka mengumpulkan nelayan, memberikan sosialisasi. Karena itu terdampar maka tidak dibawa ke laut, karena kalau dibawa ke laut akan lepas lagi dan terdampar lagi," kata Antiek.

Terpisah, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kejawan Putih Tambak M Yasin mengatakan jasad Paus Balin saat ini telah diikat di dekat pohon bakau.

"Sekarang posisinya sudah di tepi dan diikat karena kondisinya sudah membusuk," ujarnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023