Pacitan - Sedikitnya enam kapal nelayan yang sedang labuh jangkar di kolam Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, Desa Tamperan, Kecamatan Pacitan, Jawa Timur, hanyut diterjang gelombang air pasang yang melanda kawasan tersebut, Jumat dini hari. Lima dari enam kapal jenis sekoci tersebut akhirnya ditemukan terseret arus laut hingga sejauh tiga mil dari pelabuhan, namun satu unit kapal lainnya masih hilang dan diduga tenggelam ke dasar laut selatan. "Kami sudah cari kemana-mana dan hasilnya sejauh ini masih nihil. Hanya lima unit kapal nelayan yang sudah ditemukan di sekitar kawasan lepas pantai," terang Briptu Supriyanto, anggota satuan Kepolisian Air dan Udara (Polairud) Pacitan membenarkan. Proses pencarian sekaligus evakuasi keenam kapal yang sempat dinyatakan hilang tersebut cukup sulit. Sebab, keenam perahu jenis sekoci itu terseret arus laut hingga radius lebih dari tiga mil dan kondisinya sudah tercerai-berai. Warga bersama unit patroli dari polairud butuh waktu hingga berjam-jam untuk menemukan kembali satu per satu kapal nelayan yang nyaris hilang tersebut. "Kejadian ini semoga menjadi pelajaran bagi seluruh nelayan agar lebih berhati-hati dalam menjaga kapal masing-masing," ujarnya. Sejak beberapa pekan terakhir, arus laut dan gelombang air pasang memang kerap melanda kawasan pesisir Pantai Pacitan. Kuatnya empasan angin bahkan sempat menyebabkan ratusan kapal yang tengah labuh jangkar di Pelabuhan Tamperan kocar-kacir. Puncaknya terjadi pada Kamis (18/8) malam hingga Jumat dini hari. Selain menyebabkan ratusan kapal yang ada kocar-kacir di dalam kolam penampungan. Enam kapal di antaranya yang berada persis di dekat pintu masuk kolam pelabuhan bahkan sampai terseret keluar dan kemudian hanyut terbawa arus laut hingga ke tengah lautan lepas. "Kami baru mengetahui kapal kami hilang beberapa jam kemudian. Kondisi saat kejadian sangat gelap sementara angin berembus kencang, sehingga kebanyakan nelayan memilih istirahat di dalam rumah," ujar Kuncara, salah seorang anak nelayan menuturkan.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011