Saat berbuka sangat pas untuk membatalkan puasa dengan takjil segar dan manis. Es dawet merupakan pilihan yang tepat menjadi minuman pembuka sebelum beralih ke makanan yang berat.
Es Dawet Suronatan salah satunya. Minuman es legendaris di Kota Madiun, Jawa Timur tersebut tidak boleh ditinggalkan untuk menjadi menu berbuka puasa.
Depot dawet yang berada di Jalan Merbabu Nomor 10 itu sudah ada sejak tahun 1963 dan selalu ramai saat jam makan siang hari biasa dan waktu berbuka di bulan Ramadhan.
Meski kini pengelolaannya sudah merupakan generasi ketiga, namun cita rasa dawet tersebut masih tetap sama.
Minuman segar yang terdiri dari semangkuk campuran bubur ketan hitam, bubur sumsum, dawet yang terbuat dari tepung beras, lalu tape, dan irisan nangka kemudian diguyur air gula aren dan santan tersebut, terasa beda jika sudah menyebut kata "Suronatan".
"Dulu pernah keliru pakai gula merah dan rasanya beda. Kemudian balik lagi pakai gula aren. Saya pikir sama-sama gula merahnya, tetapi ternyata hasilnya beda," ujar pemilik Dawet Suronatan, Udhin M.
Uud, sapaan akrabnya, mengatakan di hari biasa, Depot Suronatan sudah didatangi pembeli sejak pagi hari dan semakin ramai saat jam makan siang. Kuliner Madiun murah itu sangat cocok dinikmati saat cuaca sedang gerah sehingga semangkuk es dawet bisa menghadirkan kesegaran.
Begitu pula saat Ramadhan, Dawet Suronatan cocok dijadikan takjil ketika waktu buka puasa tiba. Gurihnya santan yang dikombinasikan dengan manisnya gula aren tentu dapat menggugah selera.
Meski andalannya adalah dawet, namun Depot Suronatan juga menjual aneka makanan enak. Ada gado-gado, garang asem, sayur asem, soto, pecel, bakso, hingga rawon. Semua makanannya pas disandingkan dengan dawetnya yang segar.
Harganya juga murah, yakni Rp12.000 per porsi, sedangkan makanan berat bervariasi mulai dari Rp10.000 hingga Rp36.000 per porsinya.
Uud menyebut pelanggannya cukup beragam. Dari warga biasa hingga pejabat. Selain mempertahankan kualitas, ia sengaja mempertahankan desain tempatnya. Termasuk kalender titipan. Di tempatnya ada lebih dari 20 kalender. Hal itu sudah wajar sejak masih era neneknya dulu.
"Banyak yang titip memasang kalender. Sampai sekarang tetap saya perbolehkan. Sudah menjadi ciri khas. Ada yang bilang dawet yang tempatnya banyak tanggalannya," katanya.
Dawet Suronatan memang menjadi jujukan untuk bernostalgia para pelanggannya. Khususnya mereka yang merantau ke luar daerah.
Bahkan, ada yang mengaku belum seperti pulang kalau belum mampir ke Dawet Suronatan. Saat hari biasa, Uud mengaku bisa menjual 300 porsi dawet.
Namun, saat lebaran permintaan dawet bisa naik hingga tiga kali lipat dalam sehari. Dawet Suronatan buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai 15.30 WIB. Namun, saat Ramadhan, depot buka mulai pukul 12.00 WIB sampai 19.00 WIB. Yuk, berbuka puasa dengan takjil dawet..!!
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Es Dawet Suronatan salah satunya. Minuman es legendaris di Kota Madiun, Jawa Timur tersebut tidak boleh ditinggalkan untuk menjadi menu berbuka puasa.
Depot dawet yang berada di Jalan Merbabu Nomor 10 itu sudah ada sejak tahun 1963 dan selalu ramai saat jam makan siang hari biasa dan waktu berbuka di bulan Ramadhan.
Meski kini pengelolaannya sudah merupakan generasi ketiga, namun cita rasa dawet tersebut masih tetap sama.
Minuman segar yang terdiri dari semangkuk campuran bubur ketan hitam, bubur sumsum, dawet yang terbuat dari tepung beras, lalu tape, dan irisan nangka kemudian diguyur air gula aren dan santan tersebut, terasa beda jika sudah menyebut kata "Suronatan".
"Dulu pernah keliru pakai gula merah dan rasanya beda. Kemudian balik lagi pakai gula aren. Saya pikir sama-sama gula merahnya, tetapi ternyata hasilnya beda," ujar pemilik Dawet Suronatan, Udhin M.
Uud, sapaan akrabnya, mengatakan di hari biasa, Depot Suronatan sudah didatangi pembeli sejak pagi hari dan semakin ramai saat jam makan siang. Kuliner Madiun murah itu sangat cocok dinikmati saat cuaca sedang gerah sehingga semangkuk es dawet bisa menghadirkan kesegaran.
Begitu pula saat Ramadhan, Dawet Suronatan cocok dijadikan takjil ketika waktu buka puasa tiba. Gurihnya santan yang dikombinasikan dengan manisnya gula aren tentu dapat menggugah selera.
Meski andalannya adalah dawet, namun Depot Suronatan juga menjual aneka makanan enak. Ada gado-gado, garang asem, sayur asem, soto, pecel, bakso, hingga rawon. Semua makanannya pas disandingkan dengan dawetnya yang segar.
Harganya juga murah, yakni Rp12.000 per porsi, sedangkan makanan berat bervariasi mulai dari Rp10.000 hingga Rp36.000 per porsinya.
Uud menyebut pelanggannya cukup beragam. Dari warga biasa hingga pejabat. Selain mempertahankan kualitas, ia sengaja mempertahankan desain tempatnya. Termasuk kalender titipan. Di tempatnya ada lebih dari 20 kalender. Hal itu sudah wajar sejak masih era neneknya dulu.
"Banyak yang titip memasang kalender. Sampai sekarang tetap saya perbolehkan. Sudah menjadi ciri khas. Ada yang bilang dawet yang tempatnya banyak tanggalannya," katanya.
Dawet Suronatan memang menjadi jujukan untuk bernostalgia para pelanggannya. Khususnya mereka yang merantau ke luar daerah.
Bahkan, ada yang mengaku belum seperti pulang kalau belum mampir ke Dawet Suronatan. Saat hari biasa, Uud mengaku bisa menjual 300 porsi dawet.
Namun, saat lebaran permintaan dawet bisa naik hingga tiga kali lipat dalam sehari. Dawet Suronatan buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai 15.30 WIB. Namun, saat Ramadhan, depot buka mulai pukul 12.00 WIB sampai 19.00 WIB. Yuk, berbuka puasa dengan takjil dawet..!!
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023