Pemerintah Kabupaten Kediri, berencana memperluas lahan budi daya tanaman kopi, dari 23 hektare menjadi 45 hektare dengan harapan produksi bisa lebih banyak.
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana di Kediri, Jumat, mengemukakan rencananya tanaman kopi itu tidak hanya di lereng Gunung Wilis (2.563 meter di atas permukaan laut), tetapi juga ditanam di wilayah timur, seperti Kecamatan Kepung, Puncu, dan Medowo.
"Kami mencoba diversifikasi produk dan industrialisasi. Dengan adanya bandara baru ini harus ada oleh-oleh yang ditunggu," katanya.
Ia mengaku sudah koordinasi dengan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI. Dalam koordinasi tersebut, juga membahas terkait dengan kemandirian bibit. Upaya ini dilakukan karena tumbuh kembang kopi di Kabupaten Kediri dinilai melimpah.
Dari jumlah penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa di Kabupaten Kediri, kata bupati, 80 persen merupakan petani. Sekitar 30 persen hamparan lahan di wilayah itu adalah pertanian dan perkebunan, sehingga cocok untuk budi daya tanaman kopi.
Pihaknya berharap koordinasi dengan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, akan terwujud program-program yang telah digagas sebelumnya.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri Anang Widodo mengatakan pada 2023, pemerintah kabupaten fokus mendirikan warehouse dan packing house untuk hilirisasi kopi.
Lahan untuk perkebunan kopi, khususnya di lereng Gunung Wilis yang menjadi proyek percontohan mengalami peningkatan luasan lahan, dari sebelumnya 23 hektare menjadi sekitar 45 hektare.
"Harapannya berkembang, di akhir tahun ini menjadi 100 hektare lebih," kata dia.
Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Andi Nur Alamsyah saat di Kediri mengatakan potensi tanaman kopi di Kabupaten Kediri cukup besar.
Pihaknya juga mendorong perkebunan partisipatif, sehingga nantinya budi daya tanaman ini bisa lebih dioptimalkan.
"Existing kopi di Kabupaten Kediri sangat maju. Kami ingin hadir juga dalam rangka melakukan peremajaan dan pengembangan kawasan," kata dia.
Selain kopi, pertemuan tersebut juga membahas mengenai industrialisasi buah nanas serta penyaluran bibit kelapa genjah dari Kementerian Pertanian RI untuk lahan seluas 119 hektare.
Pemerintah Kabupaten Kediri, sebelumnya melakukan ekspor perdana kopi jenis Arabika Wilis ke Uni Emirat Arab, menyusul permintaan kopi yang cukup tinggi di pasar global.
Jenis kopi yang diekspor adalah Arabika Wilis, hasil panen dari perkebunan rakyat Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
Luasan lahan perkebunan kopi arabika tersebut, saat ini mencapai 40 hektare. Dari luasan itu, 24 hektare diantaranya sudah mulai panen dan sudah produksi kopi sebanyak 200 kilogram dan diekspor.
Pada 2024, ditargetkan setiap musim panen minimal satu ton yang siap ekspor.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana di Kediri, Jumat, mengemukakan rencananya tanaman kopi itu tidak hanya di lereng Gunung Wilis (2.563 meter di atas permukaan laut), tetapi juga ditanam di wilayah timur, seperti Kecamatan Kepung, Puncu, dan Medowo.
"Kami mencoba diversifikasi produk dan industrialisasi. Dengan adanya bandara baru ini harus ada oleh-oleh yang ditunggu," katanya.
Ia mengaku sudah koordinasi dengan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI. Dalam koordinasi tersebut, juga membahas terkait dengan kemandirian bibit. Upaya ini dilakukan karena tumbuh kembang kopi di Kabupaten Kediri dinilai melimpah.
Dari jumlah penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa di Kabupaten Kediri, kata bupati, 80 persen merupakan petani. Sekitar 30 persen hamparan lahan di wilayah itu adalah pertanian dan perkebunan, sehingga cocok untuk budi daya tanaman kopi.
Pihaknya berharap koordinasi dengan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, akan terwujud program-program yang telah digagas sebelumnya.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri Anang Widodo mengatakan pada 2023, pemerintah kabupaten fokus mendirikan warehouse dan packing house untuk hilirisasi kopi.
Lahan untuk perkebunan kopi, khususnya di lereng Gunung Wilis yang menjadi proyek percontohan mengalami peningkatan luasan lahan, dari sebelumnya 23 hektare menjadi sekitar 45 hektare.
"Harapannya berkembang, di akhir tahun ini menjadi 100 hektare lebih," kata dia.
Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Andi Nur Alamsyah saat di Kediri mengatakan potensi tanaman kopi di Kabupaten Kediri cukup besar.
Pihaknya juga mendorong perkebunan partisipatif, sehingga nantinya budi daya tanaman ini bisa lebih dioptimalkan.
"Existing kopi di Kabupaten Kediri sangat maju. Kami ingin hadir juga dalam rangka melakukan peremajaan dan pengembangan kawasan," kata dia.
Selain kopi, pertemuan tersebut juga membahas mengenai industrialisasi buah nanas serta penyaluran bibit kelapa genjah dari Kementerian Pertanian RI untuk lahan seluas 119 hektare.
Pemerintah Kabupaten Kediri, sebelumnya melakukan ekspor perdana kopi jenis Arabika Wilis ke Uni Emirat Arab, menyusul permintaan kopi yang cukup tinggi di pasar global.
Jenis kopi yang diekspor adalah Arabika Wilis, hasil panen dari perkebunan rakyat Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
Luasan lahan perkebunan kopi arabika tersebut, saat ini mencapai 40 hektare. Dari luasan itu, 24 hektare diantaranya sudah mulai panen dan sudah produksi kopi sebanyak 200 kilogram dan diekspor.
Pada 2024, ditargetkan setiap musim panen minimal satu ton yang siap ekspor.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023