Bupati Jember Hendy Siswanto meminta semua organisasi perangkat daerah (OPD) terlibat dalam penanganan stunting dengan menggelar rapat koordinasi "Rasionalisasi Anggaran Penanganan Stunting" dengan seluruh OPD di Kabupaten Jember, Rabu.
"Rasionalisasi anggaran itu diperlukan supaya penanganan stunting beserta turunannya dapat maksimal dan terukur," kata Hendy usai rapat di Jember.
Menurutnya semua OPD harus terlibat dalam penanganan stunting dan turunannya, tentunya sesuai dengan programnya masing-masing perangkat daerah.
"Penanganan stunting butuh keterlibatan semua pihak, selain itu juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biayanya besar, tidak cukup dari daerah saja, perlu juga dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi," tuturnya.
Ia memberikan contoh untuk program jambanisasi bahwa Kabupaten Jember memerlukan sebanyak 151.000 jamban untuk gerakan stop buang air besar sembarangan, sedangkan anggaran yang tersedia hanya cukup untuk 500 jamban.
"Program jambanisasi itu juga merupakan salah satu indikator dalam gerakan penurunan stunting di Jember," katanya.
Hendy juga menyampaikan langkah untuk menurunkan stunting ini juga berdampak pada pengendalian inflasi nantinya dan program dari masing-masing OPD tujuan utamanya sama yaitu fokus pada penurunan stunting.
"Pemkab Jember menyatakan siap menyukseskan program dari Presiden RI Joko Widodo untuk terus menekan dan mencegah angka stunting, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa Kabupaten Jember sebagai Pusat Gerakan Penurunan Stunting karena pihaknya menilai upaya Pemerintah Kabupaten Jember dalam menurunkan stunting luar biasa.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menyebutkan Kabupaten Jember menempati urutan pertama di Jawa Timur dalam prevalensi balita stunting yakni 34,9 persen.
Namun data Kemenkes berbeda dengan data Dinas Kesehatan Jember yang menyebutkan jumlah balita stunting pada tahun 2021 tercatat 11,74 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 7,37 persen.
Untuk angka kematian ibu di Jember pada tahun 2021 sebanyak 115 orang dan mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 58 orang, sedangkan angka kematian bayi dan balita tercatat sebanyak 357 anak pada tahun 2021 dan menurun menjadi 287 anak pada tahun 2022.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Rasionalisasi anggaran itu diperlukan supaya penanganan stunting beserta turunannya dapat maksimal dan terukur," kata Hendy usai rapat di Jember.
Menurutnya semua OPD harus terlibat dalam penanganan stunting dan turunannya, tentunya sesuai dengan programnya masing-masing perangkat daerah.
"Penanganan stunting butuh keterlibatan semua pihak, selain itu juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biayanya besar, tidak cukup dari daerah saja, perlu juga dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi," tuturnya.
Ia memberikan contoh untuk program jambanisasi bahwa Kabupaten Jember memerlukan sebanyak 151.000 jamban untuk gerakan stop buang air besar sembarangan, sedangkan anggaran yang tersedia hanya cukup untuk 500 jamban.
"Program jambanisasi itu juga merupakan salah satu indikator dalam gerakan penurunan stunting di Jember," katanya.
Hendy juga menyampaikan langkah untuk menurunkan stunting ini juga berdampak pada pengendalian inflasi nantinya dan program dari masing-masing OPD tujuan utamanya sama yaitu fokus pada penurunan stunting.
"Pemkab Jember menyatakan siap menyukseskan program dari Presiden RI Joko Widodo untuk terus menekan dan mencegah angka stunting, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa Kabupaten Jember sebagai Pusat Gerakan Penurunan Stunting karena pihaknya menilai upaya Pemerintah Kabupaten Jember dalam menurunkan stunting luar biasa.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menyebutkan Kabupaten Jember menempati urutan pertama di Jawa Timur dalam prevalensi balita stunting yakni 34,9 persen.
Namun data Kemenkes berbeda dengan data Dinas Kesehatan Jember yang menyebutkan jumlah balita stunting pada tahun 2021 tercatat 11,74 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 7,37 persen.
Untuk angka kematian ibu di Jember pada tahun 2021 sebanyak 115 orang dan mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 58 orang, sedangkan angka kematian bayi dan balita tercatat sebanyak 357 anak pada tahun 2021 dan menurun menjadi 287 anak pada tahun 2022.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023