Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan Rumah Bhinneka untuk semua suku dan agama dan sebagai upaya menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme di Kota Pahlawan, Jawa Timur.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulis di Surabaya, Senin, mengatakan, nantinya yang menjadi ketua maupun pengurus Rumah Bhinneka itu adalah tokoh dari seluruh lintas suku dan agama di Surabaya.
"Ketika ada kegiatan mereka turun bersama. Kami adakan outbound. Kami adakan kegiatan di kampung-kampung," kata Cak Eri panggilan akbrabnya.
Apalagi, kata dia, beragam suku dan agama selama ini tinggal saling berdampingan di kampung-kampung Surabaya.
Melalui Rumah Bhinneka itu, ia ingin kembali menunjukkan bahwa kegiatan yang ada di kampung-kampung itu selama ini diikuti lintas suku dan agama.
"Sehingga sejak awal anak cucu kita itu tahu, sehingga tidak ada lagi namanya intoleransi, tidak ada lagi namanya radikalisme. Yah ini cara menghilangkan (intoleransi) dengan ini. Dengan saling menghormati agama satu dengan yang lainnya, menghormati suku satu dengan lainnya," ujar dia.
Akan tetapi, kata dia, sekarang ini belum mau mengungkap di mana persisnya lokasi Rumah Bhinneka. Namun yang pasti, rumah itu telah disiapkan oleh Pemkot Surabaya dan sedang diperbaiki. "Sudah siap, sedang diperbaiki," katanya.
Sebelumnya, Cak Eri mengaku telah bertemu dan membahas rencana pendirian Rumah Bhinneka dengan seluruh tokoh lintas agama dan suku yang ada di Kota Surabaya. Mereka semua pun menyatakan sepakat terhadap rencana Pemkot Surabaya untuk mendirikan Rumah Bhinneka.
"Saya kemarin baru bertemu dan berkumpul, maka kami sepakat nanti akan membentuk Rumah Bhinneka yang terdiri dari semua tokoh lintas agama dan lintas suku," kata dia.
Di sisi lain, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu juga menyebutkan, bahwa Surabaya merupakan kota toleransi dengan peringkat keenam se-Indonesia. Sedangkan di Jawa Timur, toleransi di Kota Surabaya peringkat satu.
"Ini saya ingin tunjukkan bahwa Surabaya ini bukan suku Jawa saja. Ada suku NTT (Nusa Tenggara Timur), Sumatera Selatan, suku Minang dan agamanya pun berbeda-beda," demikian Eri Cahyadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulis di Surabaya, Senin, mengatakan, nantinya yang menjadi ketua maupun pengurus Rumah Bhinneka itu adalah tokoh dari seluruh lintas suku dan agama di Surabaya.
"Ketika ada kegiatan mereka turun bersama. Kami adakan outbound. Kami adakan kegiatan di kampung-kampung," kata Cak Eri panggilan akbrabnya.
Apalagi, kata dia, beragam suku dan agama selama ini tinggal saling berdampingan di kampung-kampung Surabaya.
Melalui Rumah Bhinneka itu, ia ingin kembali menunjukkan bahwa kegiatan yang ada di kampung-kampung itu selama ini diikuti lintas suku dan agama.
"Sehingga sejak awal anak cucu kita itu tahu, sehingga tidak ada lagi namanya intoleransi, tidak ada lagi namanya radikalisme. Yah ini cara menghilangkan (intoleransi) dengan ini. Dengan saling menghormati agama satu dengan yang lainnya, menghormati suku satu dengan lainnya," ujar dia.
Akan tetapi, kata dia, sekarang ini belum mau mengungkap di mana persisnya lokasi Rumah Bhinneka. Namun yang pasti, rumah itu telah disiapkan oleh Pemkot Surabaya dan sedang diperbaiki. "Sudah siap, sedang diperbaiki," katanya.
Sebelumnya, Cak Eri mengaku telah bertemu dan membahas rencana pendirian Rumah Bhinneka dengan seluruh tokoh lintas agama dan suku yang ada di Kota Surabaya. Mereka semua pun menyatakan sepakat terhadap rencana Pemkot Surabaya untuk mendirikan Rumah Bhinneka.
"Saya kemarin baru bertemu dan berkumpul, maka kami sepakat nanti akan membentuk Rumah Bhinneka yang terdiri dari semua tokoh lintas agama dan lintas suku," kata dia.
Di sisi lain, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu juga menyebutkan, bahwa Surabaya merupakan kota toleransi dengan peringkat keenam se-Indonesia. Sedangkan di Jawa Timur, toleransi di Kota Surabaya peringkat satu.
"Ini saya ingin tunjukkan bahwa Surabaya ini bukan suku Jawa saja. Ada suku NTT (Nusa Tenggara Timur), Sumatera Selatan, suku Minang dan agamanya pun berbeda-beda," demikian Eri Cahyadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022