Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mewaspadai potensi terjadinya inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru 2023, sehingga membuat berbagai kebijakan untuk mengendalikannya.

Koordinator TPID Kota Kediri Chevy Ning Suyudi mengatakan kenaikan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau terjadi akibat stabilitas pasokan BBM sehingga masyarakat tidak lagi panic buying terhadap BBM. Ini bisa berdampak pada inflasi.

"Ini kan menghadapi akhir tahun yang biasanya akan terjadi lonjakan permintaan menghadapi liburan akhir sekolah dan Natal dan tahun baru. Kami tetap pantau stok komoditas di pasar, mudah-mudahan nanti stoknya aman supaya inflasinya tidak tinggi," ujar Chevy di Kediri, Selasa.

Chevy yang juga Kepala BAPPEDA Kota Kediri ini memprediksi akan terjadi peningkatan aktivitas masyarakat pascapandemi yang mengakibatkan terjadinya lonjakan kebutuhan tersier.

Baca juga: Inflasi Kota Kediri terendah ke-3 di Jawa Timur

"Di bulan Desember akan ada tambahan permintaan di kebutuhan tersier seperti jasa, pakaian, rekreasi. Mudah-mudahan bisa kami kendalikan sehingga di bulan Desember tidak terjadi lonjakan inflasi yang signifikan," kata dia berharap.

Ia juga menambahkan, TPID Kota Kediri juga akan melakukan pengawasan terhadap sistem pencairan anggaran belanja pemerintah karena dinilai dapat berpotensi menjadi penyumbang inflasi.

"Ada beberapa poin untuk belanja barang, alat rumah tangga, bahan bangunan akan menyesuaikan penyerapan di pemda," kata dia.

Sementara itu, guna mengamankan harga-harga komoditas di pasar jelang akhir tahun, TPID Kota Kediri telah menyusun strategi dengan masif melakukan kegiatan operasi pasar murni (OPM) dan melakukan pemantauan harga dan jumlah pasokan komoditas di Kota Kediri secara rutin.

"Itu sudah kami lakukan secara rutin sejak bulan-bulan sebelumnya, dan terbukti sampai dengan November harga-harga bahan pokok masih terkendali," kata Chevy.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, Jawa Timur, mengemukakan tingkat inflasi Kota Kediri pada bulan November 2022 sebesar 0,29 persen, masih di bawah capaian inflasi Jawa Timur yakni sebesar 0,32 persen.

"Inflasi di Kediri menempati urutan tiga terendah setelah Malang dan Madiun," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri Lilik Wibawati.

Ia mengatakan terdapat 10 komoditas utama penyumbang inflasi di bulan November, antara lain telur ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,069 persen, kemudian beras sebesar 0,058 persen, tongkol diawetkan sebesar 0,054 persen, tahu mentah sebesar 0,050 persen.

Lalu, minyak goreng sebesar 0,049 persen, bayam sebesar 0,031 persen, sawi hijau sebesar 0,031 persen, tomat sebesar 0,030 persen, sabun detergen bubuk/cair sebesar 0,030 persen dan emas perhiasan sebesar 0,028 persen.

Di samping itu, terdapat pula 10 komoditas yang menghambat inflasi antara lain cabai rawit menyumbang deflasi sebesar -0,094 persen, daging ayam ras sebesar -0,073 persen, cabai merah sebesar -0,044 persen, tempe sebesar -0,038 persen, pir sebesar -0,016 persen, anggur sebesar -0,007 persen, kangkung sebesar -0,005 persen, kentang sebesar -0,003 persen, apel sebesar -0,003 persen, serta santan jadi sebesar -0,003 persen.

Walaupun angka inflasi Kota Kediri cenderung stabil dibanding kota/kabupaten lain di Jawa Timur, Lilik meminta tetap mewaspadai beberapa hal, salah satunya ialah musim liburan sekolah serta perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

"Jelang Natal dan Tahun Baru 2023 dan musim liburan ini, kami akan pantau terus persediaan barang pada komoditas yang termasuk pada kelompok makanan, pemeliharaan rutin rumah tangga, pakaian dan alas kaki, barang rekreasi dan olahraga, dan pengoperasian peralatan transportasi pribadi karena rentang mengalami kenaikan," kata dia. (*)

 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022