Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Jawa Timur bekerja sama dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan mempelopori terobosan baru di sektor pertanian melalui program pertanian cerdas (smart farming).
Menurut Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron di Bangkalan, Jawa Timur, Rabu, program pertanian cerdas itu merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan sentuhan teknologi.
"Smart Farming ini adalah metode dengan penerapan teknologi otomatisasi dan aplikasi Internet of Thing (IoT). Dengan begitu, diharapkan mampu menciptakan produk-produk pertanian dan perkebunan berkualitas," katanya, menjelaskan.
Selain bekerja sama dengan UTM Bangkalan, program pertanian cerdas yang dicanangkan Pemkab Bangkalan itu juga bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta.
Kerja sama segitiga ini, lanjut bupati, agar bisa mendapatkan hasil maksimal, sehingga berdampak positif pada sektor pengembangan usaha pertanian masyarakat Bangkalan.
Bupati menjelaskan pertanian cerdas sangat dibutuhkan di tengah semakin menyusutnya luas lahan pertanian, dan produksi hasil pertanian yang cenderung semakin menyusut.
Sebelumnya Peneliti Agroekoteknologi UTM Bangkalan Slamet Supriyadi memaparkan, sektor pertanian di Madura secara umum dan di Kabupaten Bangkalan secara khusus kini dihadapkan pada tantangan kondisi lahan kering.
Untuk tanah, wilayah tersebut didominasi oleh tanah kompleks mediteran merah, litosol berbahan induk batu kapur dan batu pasir yang berkembang pada kondisi iklim kering.
Tanah berbahan induk batu kapur mempunyai nilai pH tanah yang lebih tinggi dan hal itu sangat tepat jika dilakukan sentuhan teknologi, salah satunya dengan smart farming. "Apalagi di Madura curah hujan memiliki rentang 38-275 milimeter," katanya.
Terkait kerja sama tersebut, kini UTM dan UPN Yogyakarta mulai melakukan pertukaran hasil riset pertanian dari berbagai bentuk kegiatan yang telah digelar selama ini.
Hasil kajian akademik UTM Bangkalan belum lama ini menyebutkan, bahwa sektor basis ekonomi di Pulau Madura selama ini masih didominasi pada sektor pertanian, sedangkan sektor non-basis pada masih terjadi fluktuatif pada sektor ekonomi setiap tahunnya.
Oleh karena itu, pengembangan produksi pertanian melalui pertanian cerdas merupakan program utama yang perlu dikembangkan, sehingga ekonomi mayoritas masyarakat bisa lebih kuat disamping akan mendorong pada peningkatan dan ketahanan pangan di wilayah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Menurut Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron di Bangkalan, Jawa Timur, Rabu, program pertanian cerdas itu merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan sentuhan teknologi.
"Smart Farming ini adalah metode dengan penerapan teknologi otomatisasi dan aplikasi Internet of Thing (IoT). Dengan begitu, diharapkan mampu menciptakan produk-produk pertanian dan perkebunan berkualitas," katanya, menjelaskan.
Selain bekerja sama dengan UTM Bangkalan, program pertanian cerdas yang dicanangkan Pemkab Bangkalan itu juga bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta.
Kerja sama segitiga ini, lanjut bupati, agar bisa mendapatkan hasil maksimal, sehingga berdampak positif pada sektor pengembangan usaha pertanian masyarakat Bangkalan.
Bupati menjelaskan pertanian cerdas sangat dibutuhkan di tengah semakin menyusutnya luas lahan pertanian, dan produksi hasil pertanian yang cenderung semakin menyusut.
Sebelumnya Peneliti Agroekoteknologi UTM Bangkalan Slamet Supriyadi memaparkan, sektor pertanian di Madura secara umum dan di Kabupaten Bangkalan secara khusus kini dihadapkan pada tantangan kondisi lahan kering.
Untuk tanah, wilayah tersebut didominasi oleh tanah kompleks mediteran merah, litosol berbahan induk batu kapur dan batu pasir yang berkembang pada kondisi iklim kering.
Tanah berbahan induk batu kapur mempunyai nilai pH tanah yang lebih tinggi dan hal itu sangat tepat jika dilakukan sentuhan teknologi, salah satunya dengan smart farming. "Apalagi di Madura curah hujan memiliki rentang 38-275 milimeter," katanya.
Terkait kerja sama tersebut, kini UTM dan UPN Yogyakarta mulai melakukan pertukaran hasil riset pertanian dari berbagai bentuk kegiatan yang telah digelar selama ini.
Hasil kajian akademik UTM Bangkalan belum lama ini menyebutkan, bahwa sektor basis ekonomi di Pulau Madura selama ini masih didominasi pada sektor pertanian, sedangkan sektor non-basis pada masih terjadi fluktuatif pada sektor ekonomi setiap tahunnya.
Oleh karena itu, pengembangan produksi pertanian melalui pertanian cerdas merupakan program utama yang perlu dikembangkan, sehingga ekonomi mayoritas masyarakat bisa lebih kuat disamping akan mendorong pada peningkatan dan ketahanan pangan di wilayah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022