DPP LDII bekerja sama dengan Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur menggelar diklat kesehatan dan manajemen pos kesehatan pesantren (Poskestren) sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia di lingkungan pesantren.

Ketua Umum DPP LDII K.H. Chriswanto Santoso mengemukakan, pesantren adalah tempat berkumpul santri dari berbagai pelosok, sehingga perlu disiapkan kader kesehatan dan manajemen pengelolaan poskestren yang baik. 

"Melalui peningkatan kualitas kader kesehatan, perbaikan sistem rujukan poskestren, peningkatan standar pelayanan dan pemberdayaan tenaga medis," katanya dalam rilis yang diterima, Minggu.

Ia menyebut, kegiatan itu diikuti 40 pondok pesantren (Ponpes) di lingkungan LDII. Pelatihan itu selain meningkatkan kualitas sumber daya manusia di area pesantren, sekaligus menyiapkan generasi penerus yang profesional dan religus. 

"Muaranya adalah sumber daya manusia (SDM) yang dipersiapkan LDII menuju kualitas manusia seutuhnya. Pondok pesantren menjadi mitra strategis DPP LDII dalam menyiapkan generasi muda yang profesional religius. Untuk itu aspek kesehatan para santri menjadi bagian penting," kata dia. 

Ketua Ponpes Wali Barokah K.H. Sunarto menambahkan dengan diklat ini nantinya diharapkan bisa meminimalisir penyebaran penyakit terutama di kalangan santri. Lingkungan pondok pesantren terdiri dari beragam santri berlatar budaya yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya kegiatan ini.

"Dengan demikian bisa meminimalkan penyebaran penyakit di kalangan santri bila terjadi wabah atau ada santri yang sakit," kata Kiai Sunarto. 
 
Dalam acara itu, hadir memberikan materi Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat Muslim Tadjuddin Chalid. Ia mengatakan salah satu hal penting dalam ilmu kesehatan yang perlu dipahami adalah bantuan hidup dasar, kejadian kegawatdaruratan tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di mana saja, kapan saja.

Bantuan hidup dasar, kata dia, merupakan serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti napas dan atau henti jantung. 

"Langkahnya dengan memastikan posisi yang aman, memeriksa respon korban, dan menghubungi layanan gawat darurat. Kemudian tindakan resusitasi jantung paru (RJP), berupa menekan dada, membuka jalur pernafasan dan memberi bantuan pernapasan," kata dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif tersebut. 

Ia juga menjelaskan tentang materi kegawatdaruratan di pesantren, penyakit yang umum di pesantren, masalah dan tatalaksana gizi santri, kesehatan jiwa santri, kesehatan reproduksi santri, serta manajemen poskestren dan sistem rujukan.

Acara tersebut dilaksanakan secara hybrid dengan studio utama di Ponpes Wali Barokah Kediri. Kegiatan tersebut diikuti oleh anggota Biro Pengabdian Masyarakat (Penamas) DPW LDII, anggota Bagian Penamas DPD LDII, para pengasuh ponpes, pengurus poskestren, santri husada, dan tenaga medis LDII se-Indonesia melalui sekitar 200 titik studio mini. (*)

 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022