Banyuwangi - Pelabuhan Tanjung Wangi dulu bernama Tanjung Meneng karena berada di Kecamatan Meneng, Banyuwangi. Tidak ada referensi yang pasti mengapa kawasan itu diberi nama Meneng, kecuali cerita yang berkembang di masyarakat bahwa kawasan itu dahulu dikenal tenang, indah dan memesona. Namun demikian, seiring perkembangan zaman, nama Meneng pada masa kepemimpinan Bupati Banyuwangi HT Purnomo Sidik, akhirnya diubah menjadi Wangi. Konon perubahan nama tersebut mengandung arti agar Pelabuhan Meneng yang potensial tersebut tidak meneng, diam, tidak ada aktivitas. Tapi Pelabuhan Meneng diharapkan bisa berkembang dan membawa nama harum Banyuwangi. Pelabuhan Tanjung Wangi kini berada di Kecamatan Tanjung Wangi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis, pelabuhan dengan keindahan lautnya ini terletak di lintang 08-65'-00" Bujur Timur/BT dan 114-23'-00" Lintang Selatan/LS. Pelabuhan sejuta pesona itu berlokasi di titik koordinat sangat strategis yakni di ujung Provinsi Jatim. Bahkan, berseberangan dengan Pulau Bali yang dikenal wisatawan domestik maupun internasional sebagai Pulau Dewata. Posisi provinsi lainnya seperti Nusa Tenggara Barat dan Timur merupakan kawasan yang berjarak sekitar 1.000 Kilometer dari Tanjung Wangi. Dengan kata lain, Tanjung Wangi adalah poros kipas yang melingkupi sejumlah wilayah tersebut. Untuk menuju ke pelabuhan yang ideal menjadi objek wisata Jatim tersebut, pengunjung dapat menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Jika berangkat dari Surabaya, perjalanan ke Tanjung Wangi membutuhkan waktu kurang dari setengah hari. Perjalanan panjang melalui jalur darat ke Tanjung Wangi yang cukup melelahkan bagi sebagian orang, akan terbayar dengan sajian keindahan alam. Sisi kanan kiri jalan dihiasi rimbunnya pepohonan menjulang tinggi. Panorama Taman Nasional Baluran terpampang di depan mata. Tapi, saat melintasi kawasan Baluran para wisatawan yang menuju Banyuwangi perlu waspada penuh ketika tiba di daerah tersebut pada malam hari. Salah satu alasannya, sesuai kabar yang berkembang sampai sekarang di sana banyak "begal" (perampok,red) yang biasa melakukan aksi tercelanya usai sore hari. Terkait peluang Tanjung Wangi sebagai objek wisata, wisatawan domestik yang sering berkunjung ke sejumlah pelabuhan di Indonesia, Erick Arhadita, meyakini, pelabuhan yang sering dimanfaatkan beberapa pengusaha dalam negeri untuk membongkar muat komoditas seperti semen dan pupuk tersebut mempunyai potensi menjadi gerbang laut wisata. "Tanjung Wangi menjadi pelabuhan penghubung bagi para wisatawan dalam negeri maupun asing untuk singgah ke desa tradisional Osing, Kawah Ijen, selancar di Plengkung (G-land), Pelabuhan Boom, dan agrowisata Kalibaru Banyuwangi," paparnya. Di sisi lain, melihat indahnya pemandangan di Tanjung Wangi, pria asli Bali tersebut mengaku, Tanjung Wangi layak diusulkan pemerintah sebagai objek daerah tujuan wisata mengingat kondisi perairan di sana dapat memanjakan mata wisatawan. "Di Tanjung Wangi, para penggemar wisata bahari di Jatim atau dari daerah lain termasuk luar negeri tidak perlu repot menyelam untuk menyaksikan gerak-gerik aneka jenis ikan hias. Karakter air di sini beda dengan lainnya karena sangat jernih," ucapnya. Sesampainya di Tanjung Wangi, pengunjung cukup menundukkan kepala dan memfokuskan sorot matanya ke air laut. Di sana, mereka dapat menikmati panorama ala perairan yang dihiasi liukan ombak kecil yang berada di laut berwarna hijau kebiruan. Roda Perekonomian Di sisi lain, untuk memikat perhatian pengunjung maupun pebisnis yang ingin mengembangkan usahanya di wilayah tersebut, General Manager PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Wangi, Kosasih, menyatakan mendapat kucuran dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD senilai Rp8 miliar. Besaran nominal tersebut rencananya dialokasikan untuk meningkatkan fasilitas di pelabuhan yang memiliki kedalaman kolam mencapai antara minus 12 - 14 meter "Low Water Spring/LWS", salah satunya berupa perpanjangan talud. "Kalau sampai sekarang, fasilitas yang tersedia di Tanjung Wangi di antaranya luas area pelabuhan yang mencapai 316 hektare dan lapangan penumpukan 34.000 meter persegi yang mayoritas digunakan 11 perusahaan bongkar muat (PBM) termasuk Pelindo," katanya. Keberadaan fasilitas di sana, telah membantu Kosasih mencatatkan pendapatan usaha menjadi Rp6,24 miliar per Mei 2011 dan kinerja laba per periode sama di posisi Rp3,22 miliar. Pencapaian tersebut dihasilkan dari kedatangan 574 unit kapal yang berkunjung per Mei 2011 dengan keseluruhan volumenya mencapai 1.074.043 "Gross Tonage/GT". Di samping itu, pembukuan arus barangnya sebesar 389.186 ton pada periode sama tahun ini. "Per Mei 2011, kami juga mencatatkan arus penumpang di pelabuhan ini terutama yang berkunjung dengan kapal perintis mencapai 3 juta orang seiring tidak adanya kapal Pelni yang berkenan mampir ke Tanjung Wangi," kata Kosasih. Akan tetapi, dengan beragam penambahan fasilitas dan alokasi dana dari APBD pemerintah daerah untuk mengembangkan Tanjung Wangi, ia optimistis, pada tahun ini dapat merealiasi peningkatan perolehan labanya menjadi Rp4,4 miliar. Angka itu, bisa saja melebihi target laba tahun ini dengan syarat pemerintah daerah maupun pelaku usaha swasta di sekitar Banyuwangi dan di penjuru Nusantara berkenan membawa beragam barangnya melalui Tanjung Wangi. "Sayangnya, sampai detik ini peti kemas tidak mau ke Banyuwangi karena pada umumnya barang yang dibawanya kurang memenuhi kapasitas kapal di mana mencapai sekitar 240 boks," ucapnya. Untuk itu, perlu ada pembangunan pabrik di Banyuwangi supaya ada geliat industri baik di sektor perdagangan maupun pariwisata. Upaya tersebut menguntungkan banyak pihak mulai dari kalangan menengah bawah sampai atas. Bahkan, menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Pelabuhan "Boom" Peran Tanjung Wangi dalam dunia pariwisata nasional kini memang belum tampak. Apalagi, selama ini kinerjanya masih terbiasa dengan status pelabuhan bongkar muat "general cargo". Justru prestasi pariwisata yang membanggakan dan dikenal publik adalah Pelabuhan Boom Banyuwangi (pelabuhan lama). Di sana setiap menjelang Lebaran selalu ada pesta rakyat baik berupa pasar malam maupun hiburan lain. Pada periode tersebut, penduduk Banyuwangi menjadikannya suatu tradisi sehingga kegiatan itu wajib dihadiri. Di sisi lain, pada periode antara 1811-1916, Pelabuhan Banyuwangi lama tersebut pernah memesona Gubernur Thomas S Raffles sehingga memiliki impian tersendiri yakni menjadikan kawasan itu sebagai pelabuhan kelas dunia. Namun, akibat kekalahan Inggris dari Prancis di Waterloo serta telah ditandatanganinya Traktat London 1814 Raffles digeser ke Malaka. Saat itu, dari sisi masyarakat Indonesia dimutasinya Raffles ke Malaka sangat mempengaruhi perkembangan pelabuhan di Tanah Air terutama Pelabuhan "Boom". Di lain pihak, pindah tugasnya Raffles ke Malaka menguntungkan penduduk di sana karena dibangunnya gerbang perdagangan terbesar Asia Tenggara yakni Singapura. Akan tetapi, sampai sekarang sepeninggal Raffles ke Malaka telah membuahkan hasil di Banyuwangi. Salah satunya keberadaan perkebunan Inggris di Banyuwangi yang terkenal dengan komoditas kopi dan kakao baik di Glenmore maupun Kalibaru. Bahkan, daerah itu menarik perhatian masyarakat pariwisata untuk mengunjunginya. Mengenai kian berkurangnya operasional di Pelabuhan "Boom", Kepala Humas PT Pelindo III (Persero), Edi Priyanto, mengemukakan, kegiatan kepelabuhanan di sana sengaja dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Wangi sejak tahun 1927. Alasannya, lebih dikarenakan pintu alur di Pelabuhan "Boom" yang berfungsi untuk masuk dan ke luar kapal hanya berukuran 3 - 4 meter. "Faktor penyebab lain, dipicu minimnya kedalaman kolam di Pelabuhan 'Boom' dibandingkan di Pelabuhan Tanjung Wangi yang kedalamannya lebih sesuai untuk kapal besar dan memiliki dermaga sepanjang 518 meter," katanya. Dari total kunjungan kapal di Tanjung Wangi, 37 persen adalah kapal pengangkut ikan dan sisanya menyebar ke komoditas lain seperti semen dan pupuk. Terkait pengembangan Pelabuhan Tanjung Wangi, Pelindo telah merancang serangkaian rencana seperti pembebasan lahan sebelah Utara pelabuhan sekitar 1 hektare untuk pengembangan dermaga LPG. Ada pula "grouting" struktur "trestle" I, V, dan lanjutan dermaga IV, perbaikan lantai gudang D seluas 720 meter persegi, pengerasan lapangan rumput dekat PT Bosowa seluas 1.540 meter persegi, perataan, pemadatan, dan pemagaran lahan seluas 6.927 meter persegi yang sesuai sertifikat tanah No. 2 tanggal 8 November 1995. Langkah perencanaan lain, di antaranya penggantian instalasi pipa air 6" di Pelabuhan Tanjung Wangi sepanjang 333 meter, "overlay" halaman gudang A dan B seluas 8.470 meter persegi, reklamasi lahan seluas 7.800 meter persegi, dan pembangunan dermaga multi purpose seluas 3.750 meter persegi. Pihaknya berharap, sejumlah program tersebut dapat terlaksana sesuai target sehingga pelaku usaha di berbagai sektor industri baik perdagangan maupun pariwisata bisa mempertimbangkan besarnya potensi Tanjung Wangi untuk menopang perekonomian nasional.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011