Pemerintah Kota Probolinggo, Jawa Timur, berupaya mencegah terjadinya perubahan iklim yang merupakan ancaman nyata pada keberlangsungan sumber daya pesisir dan ikan dengan melakukan konservasi mangrove di daerah itu.
"Kami bersama kelompok masyarakat yang tergabung dalam berbagai komunitas bersama-sama melakukan penanaman kembali berbagai macam tanaman mangrove seperti Avicenia s.p., Rhizoppora s.p, dan cemara laut di Pantai Permata," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Rachmadeta Antariksa di kota setempat, Selasa.
Menurutnya, hutan mangrove Pantai Permata kembali menjadi pantai yang indah dengan mikro iklim yang baik dan saat ini terdapat hutan mangrove seluas 29,95 ha dengan persentase tutupan sebesar 18,18 persen dan kerapatan sebesar 600 pohon/ha.
"Dengan penghutanan kembali, kawasan itu kini memiliki banyak beragam potensi. Selain memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata, Pantai Permata juga memiliki potensi sebagai wilayah konservasi," tuturnya.
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di wilayah pesisir yang memiliki garis pantai sepanjang 7 kilometer, salah satu wilayah pesisir yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan adalah Pantai Permata yang terbentuk akibat erupsi Gunung Bromo pada tahun 2010, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan ekologi.
Material pasir dari letusan Gunung Bromo yang terbawa banjir lahar hingga muara mengubah daerah aliran sungai (DAS) Pesisir dan Avour Pilang, sehingga puluhan hektare kawasan hutan mangrove pun berubah menjadi gumuk pasir.
"Sudah dilakukan penanaman kembali mangrove di Pantai Permata. Strategi dan konsep pengembangan konservasi mangrove diarahkan pada tiga kegiatan utama yakni konservasi mangrove, edukasi, dan revitalisasi ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat," katanya.
Oleh karena itu pengembangan Pantai Permata sebagai kawasan ekowisata diharapkan dapat meningkatkan potensi pariwisata kawasan pesisir secara optimal di Kota Probolinggo, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak menghilangkan fungsi ekologis.
Ia menjelaskan ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya merupakan sumber daya laut dan pesisir yang memiliki kapasitas dalam mitigasi dampak perubahan iklim terkait kemampuannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyerap karbon dalam jumlah yang cukup besar.
"Selain itu, mangrove dan vegetasi pantai juga merupakan tanaman yang bermanfaat bagi sistem ekologi perairan pantai. Area mangrove berfungsi sebagai 'nursery ground' bagi berbagai jenis ikan dan spesies lainnya," ujarnya.
Menurutnya, konservasi hutan mangrove adalah usaha perlindungan, pelestarian alam dalam bentuk penyisihan areal sebagai kawasan suaka alam, sehingga salah satu bentuk dari konservasi hutan mangrove adalah membangun ekowisata mangrove di Pantai Permata Kota Probolinggo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Kami bersama kelompok masyarakat yang tergabung dalam berbagai komunitas bersama-sama melakukan penanaman kembali berbagai macam tanaman mangrove seperti Avicenia s.p., Rhizoppora s.p, dan cemara laut di Pantai Permata," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Rachmadeta Antariksa di kota setempat, Selasa.
Menurutnya, hutan mangrove Pantai Permata kembali menjadi pantai yang indah dengan mikro iklim yang baik dan saat ini terdapat hutan mangrove seluas 29,95 ha dengan persentase tutupan sebesar 18,18 persen dan kerapatan sebesar 600 pohon/ha.
"Dengan penghutanan kembali, kawasan itu kini memiliki banyak beragam potensi. Selain memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata, Pantai Permata juga memiliki potensi sebagai wilayah konservasi," tuturnya.
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di wilayah pesisir yang memiliki garis pantai sepanjang 7 kilometer, salah satu wilayah pesisir yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan adalah Pantai Permata yang terbentuk akibat erupsi Gunung Bromo pada tahun 2010, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan ekologi.
Material pasir dari letusan Gunung Bromo yang terbawa banjir lahar hingga muara mengubah daerah aliran sungai (DAS) Pesisir dan Avour Pilang, sehingga puluhan hektare kawasan hutan mangrove pun berubah menjadi gumuk pasir.
"Sudah dilakukan penanaman kembali mangrove di Pantai Permata. Strategi dan konsep pengembangan konservasi mangrove diarahkan pada tiga kegiatan utama yakni konservasi mangrove, edukasi, dan revitalisasi ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat," katanya.
Oleh karena itu pengembangan Pantai Permata sebagai kawasan ekowisata diharapkan dapat meningkatkan potensi pariwisata kawasan pesisir secara optimal di Kota Probolinggo, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak menghilangkan fungsi ekologis.
Ia menjelaskan ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya merupakan sumber daya laut dan pesisir yang memiliki kapasitas dalam mitigasi dampak perubahan iklim terkait kemampuannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyerap karbon dalam jumlah yang cukup besar.
"Selain itu, mangrove dan vegetasi pantai juga merupakan tanaman yang bermanfaat bagi sistem ekologi perairan pantai. Area mangrove berfungsi sebagai 'nursery ground' bagi berbagai jenis ikan dan spesies lainnya," ujarnya.
Menurutnya, konservasi hutan mangrove adalah usaha perlindungan, pelestarian alam dalam bentuk penyisihan areal sebagai kawasan suaka alam, sehingga salah satu bentuk dari konservasi hutan mangrove adalah membangun ekowisata mangrove di Pantai Permata Kota Probolinggo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022