Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri, Jawa Timur, meluncurkan buku Sejarah Heritage yang menjadi bagian dari referensi pembelajaran guna memaknai perjalanan sejarah ekonomi di Tanah Air.
Direktur Bank Indonesia Institute (BINS), Arlyana Abubakar menjelaskan buku tersebut berjudul "Membangun Kemakmuran di Pedalaman: Bank Indonesia dalam Perkembangan Ekonomi Kediri".
"Buku ini adalah yang ke-14 dari Seri Sejarah dan Heritage Bank Indonesia. Kediri adalah salah satu dari 16 KPwBI di berbagai daerah yang memiliki sejarah panjang sejak zaman Hindia Belanda," kata Arlyana di Kediri, Rabu.
Buku tersebut, kata dia, hadir sebagai upaya untuk melengkapi dokumentasi memori institusi Bank Indonesia dan menjadi bagian dari referensi pembelajaran untuk memaknai perjalanan sejarah ekonomi.
Ia mengungkapkan sebagai bank sentral, sejarah BI tidak lepas dari sejarah perekonomian bangsa dan menjadi bagian ingatan kolektif masyarakat Kediri.
"Harapannya buku ini dapat menjadi referensi bagi tidak hanya akademisi dan pemerhati sejarah, tapi juga pembuat kebijakan di daerah," ujar dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Moch. Choirur Rofiq menambahkan buku tersebut diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk mengembangkan sumber ekonomi baru yang berkelanjutan berdasarkan pengalaman sejarah dan potensi Kediri.
"Utamanya dalam rangka membangkitkan ekonomi Kediri pascapandemi COVID-19 dan menggapai kembali masa-masa kejayaan Kediri sebagai kawasan industri, pertanian, serta perniagaan," kata dia.
Adapun sejarah mencatat bahwa anugerah kesuburan alam yang dimiliki oleh pedalaman Kediri, menjadikan Kediri kaya akan hasil produksi pertanian sejak zaman prakolonial.
Berlimpahnya produksi pertanian hasil budi daya komoditas komersial seperti kopi, tebu, indigo, lada, dan kayu manis memberikan dampak positif terhadap perekonomian di wilayah Kediri dan menempatkan Kediri pada peran penting di perekonomian global pada masa tersebut.
Produk-produk pertanian berkualitas ekspor dihasilkan dari wilayah Kediri mengalir dalam volume besar ke Surabaya yang merupakan gerbang ekspor untuk wilayah pedalaman Jawa Timur menuju pasar dunia.
Perkembangan kawasan dan perekonomian wilayah ini menjadi kunci yang melatarbelakangi keputusan Direksi De Javasche Bank (DJB) untuk mendirikan kantor cabangnya, yaitu DJB Agentschap Kediri pada 2 Juli 1923.
Sementara itu, setelah selesai seremonial peluncuran acara dilanjutkan dengan bedah buku dengan pembicara Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Jember Nawiyanto, kemudian Dosen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Sarkawi B. Husain dan Dosen Ekonomi Universitas Jember Aditya Wardono dengan moderator Analis Eksekutif BINS Rita Krisdiana.
Buku tersebut juga dapat dibaca secara lengkap di Perpustakaan Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia, serta secara digital dapat diakses melalui laman Bank Indonesia di bagian publikasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Direktur Bank Indonesia Institute (BINS), Arlyana Abubakar menjelaskan buku tersebut berjudul "Membangun Kemakmuran di Pedalaman: Bank Indonesia dalam Perkembangan Ekonomi Kediri".
"Buku ini adalah yang ke-14 dari Seri Sejarah dan Heritage Bank Indonesia. Kediri adalah salah satu dari 16 KPwBI di berbagai daerah yang memiliki sejarah panjang sejak zaman Hindia Belanda," kata Arlyana di Kediri, Rabu.
Buku tersebut, kata dia, hadir sebagai upaya untuk melengkapi dokumentasi memori institusi Bank Indonesia dan menjadi bagian dari referensi pembelajaran untuk memaknai perjalanan sejarah ekonomi.
Ia mengungkapkan sebagai bank sentral, sejarah BI tidak lepas dari sejarah perekonomian bangsa dan menjadi bagian ingatan kolektif masyarakat Kediri.
"Harapannya buku ini dapat menjadi referensi bagi tidak hanya akademisi dan pemerhati sejarah, tapi juga pembuat kebijakan di daerah," ujar dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Moch. Choirur Rofiq menambahkan buku tersebut diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk mengembangkan sumber ekonomi baru yang berkelanjutan berdasarkan pengalaman sejarah dan potensi Kediri.
"Utamanya dalam rangka membangkitkan ekonomi Kediri pascapandemi COVID-19 dan menggapai kembali masa-masa kejayaan Kediri sebagai kawasan industri, pertanian, serta perniagaan," kata dia.
Adapun sejarah mencatat bahwa anugerah kesuburan alam yang dimiliki oleh pedalaman Kediri, menjadikan Kediri kaya akan hasil produksi pertanian sejak zaman prakolonial.
Berlimpahnya produksi pertanian hasil budi daya komoditas komersial seperti kopi, tebu, indigo, lada, dan kayu manis memberikan dampak positif terhadap perekonomian di wilayah Kediri dan menempatkan Kediri pada peran penting di perekonomian global pada masa tersebut.
Produk-produk pertanian berkualitas ekspor dihasilkan dari wilayah Kediri mengalir dalam volume besar ke Surabaya yang merupakan gerbang ekspor untuk wilayah pedalaman Jawa Timur menuju pasar dunia.
Perkembangan kawasan dan perekonomian wilayah ini menjadi kunci yang melatarbelakangi keputusan Direksi De Javasche Bank (DJB) untuk mendirikan kantor cabangnya, yaitu DJB Agentschap Kediri pada 2 Juli 1923.
Sementara itu, setelah selesai seremonial peluncuran acara dilanjutkan dengan bedah buku dengan pembicara Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Jember Nawiyanto, kemudian Dosen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Sarkawi B. Husain dan Dosen Ekonomi Universitas Jember Aditya Wardono dengan moderator Analis Eksekutif BINS Rita Krisdiana.
Buku tersebut juga dapat dibaca secara lengkap di Perpustakaan Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia, serta secara digital dapat diakses melalui laman Bank Indonesia di bagian publikasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022