Dirut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya Arief Wisnu Cahyono menyampaikan permohonan maaf kepada puluhan warga Blauran Kidul dan Kebangsreng Surabaya yang sudah 10 tahun tidak menikmati air PDAM.
"Saya menyampaikan permohonan maaf, khususnya warga di wilayah Blauran," kata Dirut PDAM Surabaya Arief Wisnu Cahyono kepada ANTARA di Surabaya, Senin.
Menurut dia, masih terdapat sekitar 500 km jaringan pipa tersier berdiameter kurang dari 4 inch, bahkan ditemukan berukuran 1 inch, yang sudah terpasang puluhan tahun lalu pada saat jumlah warga kota tidak sebanyak saat ini.
Rencana, lanjut dia, pihaknya akan mengganti seluruh pipa tersier berukuran di bawah 4 inch (100 mm). "Pada tahun 2022 ditargetkan bisa mengganti pipa tersebut sepanjang 31 km, termasuk di wilayah Blauran," ujar Wisnu.
Wakil Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Surabaya Anas Karno sebelumnya mendapatkan aduan dari warga, jika puluhan warga di Blauran Kidul dan Kebangsreng sudah 10 tahun lebih tidak mendapatkan air bersih PDAM meski tercatat sebagai pelanggan PDAM.
Atas kondisi tersebut, Anas mengaku prihatin. Apalagi perkampungan tersebut letaknya di pusat kota, pusat kegiatan bisnis segi empat emas, dekat dengan kampung Ketandan dan Tunjungan Romansa, yang saat ini menjadi ikon wisata Surabaya.
Untuk itu, Anas sempat mempertanyakan kinerja PDAM karena jaringan pipa di kampung itu sudah ada, namun tidak ada aliran air. "Kami minta PDAM segera menangani persoalan tersebut, sehingga warga tidak susah lagi mendapatkan air bersih," kata dia.
Warga Blauran Kidul, Mohammad Zulkarnaen mengatakan, dahulu pernah ada petugas PDAM yang datang ke kampung mereka, untuk melakukan pengukuran. Namun sampai sekarang tetap saja tidak ada perbaikan.
Zulkarnaen mengatakan, selama ini warga harus membeli air ke penjual air keliling guna memenuhi kebutuhan air bersih.
"Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp500 ribu sampai Rp600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kami beli air galon isi ulang," ujar dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Saya menyampaikan permohonan maaf, khususnya warga di wilayah Blauran," kata Dirut PDAM Surabaya Arief Wisnu Cahyono kepada ANTARA di Surabaya, Senin.
Menurut dia, masih terdapat sekitar 500 km jaringan pipa tersier berdiameter kurang dari 4 inch, bahkan ditemukan berukuran 1 inch, yang sudah terpasang puluhan tahun lalu pada saat jumlah warga kota tidak sebanyak saat ini.
Rencana, lanjut dia, pihaknya akan mengganti seluruh pipa tersier berukuran di bawah 4 inch (100 mm). "Pada tahun 2022 ditargetkan bisa mengganti pipa tersebut sepanjang 31 km, termasuk di wilayah Blauran," ujar Wisnu.
Wakil Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Surabaya Anas Karno sebelumnya mendapatkan aduan dari warga, jika puluhan warga di Blauran Kidul dan Kebangsreng sudah 10 tahun lebih tidak mendapatkan air bersih PDAM meski tercatat sebagai pelanggan PDAM.
Atas kondisi tersebut, Anas mengaku prihatin. Apalagi perkampungan tersebut letaknya di pusat kota, pusat kegiatan bisnis segi empat emas, dekat dengan kampung Ketandan dan Tunjungan Romansa, yang saat ini menjadi ikon wisata Surabaya.
Untuk itu, Anas sempat mempertanyakan kinerja PDAM karena jaringan pipa di kampung itu sudah ada, namun tidak ada aliran air. "Kami minta PDAM segera menangani persoalan tersebut, sehingga warga tidak susah lagi mendapatkan air bersih," kata dia.
Warga Blauran Kidul, Mohammad Zulkarnaen mengatakan, dahulu pernah ada petugas PDAM yang datang ke kampung mereka, untuk melakukan pengukuran. Namun sampai sekarang tetap saja tidak ada perbaikan.
Zulkarnaen mengatakan, selama ini warga harus membeli air ke penjual air keliling guna memenuhi kebutuhan air bersih.
"Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp500 ribu sampai Rp600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kami beli air galon isi ulang," ujar dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022