Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, menggelar layanan KB dengan metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP) secara gratis untuk masyarakat umum dengan persyaratan tertentu.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Kediri Sumedi mengemukakan dalam layanan itu memang ada persyaratan tertentu, yakni berusia di atas 35 tahun, sudah tidak berkeinginan memiliki keturunan, sukarela tanpa paksaan, dan mendapatkan persetujuan keluarga.

"Sampai saat ini, total ada 54 akseptor yang sudah mendaftar. Kami lakukan tindakan MOW untuk 14 akseptor. Mereka adalah akseptor yang sudah lolos skrining," katanya di Kediri, Kamis.

Ia menjelaskan program ini bekerja sama dengan rumah sakit. Untuk kegiatan pelayanan safari KB MOW dan MOP tersebut dilakukan di RS Dhaha Husada Kediri. Pelaksanaan kegiatan ini bertahap.

"Kegiatan ini akan kita lakukan bertahap karena kami juga menyesuaikan dengan ketersediaan bed (tempat tidur) di rumah sakit," kata dia.

Ia mengatakan masyarakat yang ingin mendaftar sebagai akseptor bisa menghubungi penyuluh KB atau kader di sekitar tempat tinggal mereka. Masyarakat juga diimbau tidak perlu takut ikut MOW dan MOP sebab tidak berbahaya.

Ia menambahkan program ini juga digelar sebagai upaya agar keluarga lebih sejahtera dan mencegah stunting pada anak. Terjadinya stunting karena salah satunya dari jumlah anak yang banyak dan tidak terurus baik dari gizi, pola asuh, maupun pendidikan.

"Dengan jalan MOW ini, insyaallah semua permasalahan akan terselesaikan karena tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengatur jumlah anak, sehingga anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik," kata dia.

Pemasangan kontrasepsi tersebut ditangani langsung oleh dokter Jonathan Chandra Nainggolan, SP.OG dan dokter Oka Endarto, SP.An.

Dokter Jonathan Chandra Nainggolan mengatakan sebelum dilakukan tindakan MOW, langkah pertama yaitu melakukan skrining pada pasien seperti bekas operasi, penyakit penyerta (jantung, tensi tinggi, gula, dan lain-lain).

Ia juga menambahkan untuk efek samping tindakan MOW bisa terjadi gangguan hormonal, namun hal itu jarang terjadi karena umumnya pasien sudah berusia di atas 30 tahun.

"Kontrasepsi ada yang hormonal seperti suntik, implan dan yang nonhormonal ada kondom, spiral dan MOW. Nah MOW yang paling baik karena beberapa ada yang gagal tapi untuk tingkat kegagalannya satu persen," kata dia.

Dokter Oka Endarto, SP.An menambahkan skrining di awal penting dilakukan untuk menghindari komplikasi yang terlalu berat pada pasien, seperti mual muntah, pusing dan sakit kepala. 

 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022