Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggelar rapat bersama dengan tokoh lintas agama di Balai Kota Surabaya, Senin, membahas pembentukan organisasi pemuda lintas agama guna mencegah radikalisme.
"Surabaya ini adalah kota yang penuh dengan toleransi, oleh karena itu kita harus memberikan rasa aman dan nyaman untuk seluruh agama, agar bisa beribadah dengan tenang di kota ini. Berarti hari ini harus disiapkan sejak dini, pemuda antarlintas agama," kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Eri mencontohkan berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, mulai dari adanya perbedaan pendapat, keyakinan, berbeda organisasi dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, lanjut dia, di dalam rapat ini, pihaknya mengundang para tokoh lintas agama di ibu Kota Provinsi Jawa Timur ini untuk saling bersinergi satu sama lain.
Menurut Eri, ketika paham radikalisme dan ekstrimisme masuk ke dalam organisasi atau setiap orang beragama, maka dampaknya akan buruk ke depannya bagi Surabaya. Eri mengatakan kepada perwakilan tokoh agama yang hadir untuk membentuk sebuah wadah bagi para pemuda dari masing-masing agama.
Dia ingin wadah ini digerakkan oleh pemuda dari berbagai keyakinan di dalamnya, mulai dari pemuda gereja, pemuda masjid, pemuda vihara, pemuda konghucu, pemuda pura dan sebagainya yang dibentuk untuk menjaga toleransi antarumat beragama di Kota Surabaya.
"Kalau pemuda ini dikumpulkan jadi satu untuk kepentingan negara dan kota, maka akan sangat luar biasa. Misal, nanti kalau ada dari agama A yang mengalami kesusahan, maka ada dari keyakinan B yang membantu, begitu seterusnya," ujar Eri.
Eri berharap setelah pertemuan tersebut bisa dikumpulkan nama-nama pemudanya, dua atau tiga hari ke depan. "Mungkin nanti bisa di data masing-masing mengumpulkan 10 - 15 pemuda yang terpilih ke kami, nanti kita bentuk nama wadahnya juga seperti apa," kata dia.
Selain jumlahnya masing-masing perwakilan, Eri juga ingin ada batasan dari setiap pemuda yang diwakilkan, yakni antara usia 17-25 tahun. Dia berharap, para pemuda yang diusulkan itu bisa menjadi pelopor perubahan baik dan menjaga toleransi antarumat di Surabaya.
Sementara itu, Salah satu pengurus Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil (PGLI) pendeta Samuel mengatakan, ide dari wali kota cemerlang karena untuk menghindari adanya paham radikalisme dan ekstremisme di kalangan anak muda.
"Tentu nanti kami akan berkoordinasi dengan gereja-gereja di Surabaya untuk mengirimkan perwakilan pemuda. Harapan kami setelah organisasi ini terbentuk bisa berkelanjutan dan ke depannya bisa terus berkesinambungan satu sama lain antarumat beragama," kata Samuel.
Senada dengan pendeta Samuel, Ketua DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Surabaya Achmad Setiadi mengharapkan organisasi pemuda lintas agama itu nantinya bisa langgeng.
"Saya berharap kedepan bisa terus berlanjut, tidak hanya setahun, dua tahun, tapi bisa terus digerakkan," kata Setiadi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Surabaya ini adalah kota yang penuh dengan toleransi, oleh karena itu kita harus memberikan rasa aman dan nyaman untuk seluruh agama, agar bisa beribadah dengan tenang di kota ini. Berarti hari ini harus disiapkan sejak dini, pemuda antarlintas agama," kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Eri mencontohkan berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, mulai dari adanya perbedaan pendapat, keyakinan, berbeda organisasi dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, lanjut dia, di dalam rapat ini, pihaknya mengundang para tokoh lintas agama di ibu Kota Provinsi Jawa Timur ini untuk saling bersinergi satu sama lain.
Menurut Eri, ketika paham radikalisme dan ekstrimisme masuk ke dalam organisasi atau setiap orang beragama, maka dampaknya akan buruk ke depannya bagi Surabaya. Eri mengatakan kepada perwakilan tokoh agama yang hadir untuk membentuk sebuah wadah bagi para pemuda dari masing-masing agama.
Dia ingin wadah ini digerakkan oleh pemuda dari berbagai keyakinan di dalamnya, mulai dari pemuda gereja, pemuda masjid, pemuda vihara, pemuda konghucu, pemuda pura dan sebagainya yang dibentuk untuk menjaga toleransi antarumat beragama di Kota Surabaya.
"Kalau pemuda ini dikumpulkan jadi satu untuk kepentingan negara dan kota, maka akan sangat luar biasa. Misal, nanti kalau ada dari agama A yang mengalami kesusahan, maka ada dari keyakinan B yang membantu, begitu seterusnya," ujar Eri.
Eri berharap setelah pertemuan tersebut bisa dikumpulkan nama-nama pemudanya, dua atau tiga hari ke depan. "Mungkin nanti bisa di data masing-masing mengumpulkan 10 - 15 pemuda yang terpilih ke kami, nanti kita bentuk nama wadahnya juga seperti apa," kata dia.
Selain jumlahnya masing-masing perwakilan, Eri juga ingin ada batasan dari setiap pemuda yang diwakilkan, yakni antara usia 17-25 tahun. Dia berharap, para pemuda yang diusulkan itu bisa menjadi pelopor perubahan baik dan menjaga toleransi antarumat di Surabaya.
Sementara itu, Salah satu pengurus Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil (PGLI) pendeta Samuel mengatakan, ide dari wali kota cemerlang karena untuk menghindari adanya paham radikalisme dan ekstremisme di kalangan anak muda.
"Tentu nanti kami akan berkoordinasi dengan gereja-gereja di Surabaya untuk mengirimkan perwakilan pemuda. Harapan kami setelah organisasi ini terbentuk bisa berkelanjutan dan ke depannya bisa terus berkesinambungan satu sama lain antarumat beragama," kata Samuel.
Senada dengan pendeta Samuel, Ketua DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Surabaya Achmad Setiadi mengharapkan organisasi pemuda lintas agama itu nantinya bisa langgeng.
"Saya berharap kedepan bisa terus berlanjut, tidak hanya setahun, dua tahun, tapi bisa terus digerakkan," kata Setiadi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022