Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Fahrul Muzaqqi menilai dinamika internal berupa dualisme dukungan dalam pencalonan bakal calon Ketua DPC Partai Demokrat Surabaya menjelang musyawarah cabang itu hal biasa.

Fahrul Muzaqqi kepada wartawan di Surabaya, Sabtu, menyebut polemik persaingan dua bakal calon ketua Demokrat Surabaya yakni Lucy Kurniasari (Plt Ketua DPC Demokrat Surabaya) dan Herlina (Anggota DPRD Surabaya dari Demokrat) menarik simpati pengurus tingkat kecamatan untuk mendukung salah satu calon merupakan hal lumrah dalam politik.

"Persaingan itu tidak lepas dari konteks konsolidasi Partai Demokrat menuju 2024. Jadi bisa dipahami seandainya memang ada langkah-langkah yang kalau dilihat dari luar ini terkadang sangat dinamis sekali ya. Seperti Lucy yang awalnya didukung oleh 29 DPAC itu ternyata dalam perkembangannya bisa secara dramatis (dukungan) bisa beralih ke pesaingnya, Herlina," kata Fahrul.

Menurut Fahrul, mencuatnya kabar Lucy bakal mensomasi 13 Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC) karena telah menarik dukungan untuk dialihkan ke Herlina merupakan langkah kurang tepat. Dia menilai cara itu menimbulkan konsekuensi membuat citra Demokrat "kurang elok" didengar di luar.

"Tapi ya itulah penampilannya politik seperti itu. Jadi segala sesuatunya tidak bisa dipermanenkan. Tidak bisa diputuskan dibawa ke notaris misalkan, itu tidak bisa seperti itu," kata Dosen FISIP Unair Surabaya itu.

Menurut kacamata politik, dia menilai langkah yang diambil Lucy dengan membuat perjanjian kesepakatan dukungan ke notaris adalah satu langkah yang kurang tepat. Dia justru menilai langkah tersebut menunjukkan kurang matangnya Lucy dalam berpolitik.

"Mungkin Bu Lucy merasa dicurangi gitu, ya. Tapi dibalik itu rasanya politik praktis ya memang seperti itu. Artinya, di sini mungkin antisipasi atau langkah-langkah yang dilakukan Bu Lucy ini, saya melihat kurang matang sehingga dukungannya bisa berpindah ke kompetitornya," kata dia.

Fahrul menjelaskan, dengan meminta komitmen untuk pilihannya tidak berubah, agar DPAC tetap mendukung Lucy hingga dibawa ke notaris itu rasanya secara politik sebenarnya juga tidak ada jaminan.

"Namanya pilihan politik itu kan hak warga negara, tidak bisa kemudian dibatasi hanya untuk kepentingan posisi. Memang ada plus minusnya di situ saya melihat," kata dia.

Seperti diketahui, menjelang kontestasi perebutan kursi Ketua DPC Demokrat Surabaya 2022-2027 mulai memanas. Berbagai polemik dan konflik mulai muncul ke permukaan. Sementara pelaksanaan Musyawarah Cabang (Muscab) DPC Demokrat Surabaya 2022 bakal digelar serentak bersama DPC se-Jawa Timur lainnya.

Diketahui Plt Ketua DPC Demokrat Surabaya Lucy Kurniasari berniat maju pada gelanggang pertarungan perebutan kursi pimpinan. Namun, langkahnya harus tersendat karena kader lainnya Herlina Harsono Njoto juga berniat mencalonkan.

Sedangkan yang ramai saat ini mengenai dukungan dari DPAC se-Surabaya. Kedua kubu mengaku mendapat dukungan mayoritas. Herlina menyebut sebanyak 21 DPAC telah memantapkan dukungan kepadanya, sedangkan Lucy mengklaim mendapat kekuatan 29 DPAC.

"Jadi DPC Partai Demokrat telah mengantongi legalitas dari 29 DPAC yang masih solid memberikan dukungan kepada Lucy Kurniasari," kata Sekretaris DPC Demokrat Surabaya Junaedi.

Hingga kubu Lucy pun membawa berkas kesepakatan dukungan yang sudah ditandatangani oleh DPAC itu ke notaris. "Yang jelas surat dukungan secara tertulis dan legal telah mengikat kesepakatan dilakukan kedua belah pihak. Jadi tidak bisa tiba-tiba beralih pencalonan dilakukan secara sepihak," ujar Junaedi.

Hanya saja, harapan Lucy tidak sesuai apa yang diinginkan karena kabar yang beredar ada 13 DPAC justru berbelok arah memberikan dukungannya kepada Herlina. Sehingga membuat perempuan yang menjabat di Anggota DPR RI ini bereaksi keras dengan melayangkan somasi ke 13 DPAC tersebut. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022