Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meminta seluruh puskesmas untuk mewaspadai penularan penyakit hepatitis akut yang misterius dan tidak diketahui etiologisnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Madiun Anies Djaka mengatakan kewaspadaan penyebaran kasus hepatitis akut tersebut diwujudkan dengan gencar melakukan surveilans atau pengawasan sebagai upaya deteksi dini.

"Di Kabupaten Madiun tidak ada kasus hepatitis akut. Kami berharap kasusnya jangan sampai ada di Indonesia, terutama Kabupaten Madiun. Dinkes meminta warga tetap waspada serta petugas meningkatkan surveilans," ujar Anies Djaka di Madiun, Minggu.

Menurut dia, melalui masifnya surveilans, puskesmas se-Kabupaten Madiun diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dini supaya tidak terjadi KLB dengan memantau dan melaporkan kasus "sindrom jaundice" akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dengan gejala yang ditandai kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urine berwarna gelap yang timbul secara mendadak.

Puskesmas juga harus melaksanakan penyelidikan epidemiologi untuk setiap dugaan kasus yang dilaporkan, memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat.

Upaya pencegahannya lainnya adalah warga diminta disiplin menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam hidup sehari-hari.

PHBS dilakukan dengan cara sering mencuci tangan pakai sabun, meminum air bersih yang matang, serta memastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang penuh.

Kemudian menggunakan alat makan sendiri, memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kontak dengan orang sakit.

"Masyarakat jika menjumpai keluarga memiliki gejala seperti diare, muntah, kulit kuning, dan urine berwarna gelap yang timbul secara mendadak, agar segera ke puskesmas atau layanan kesehatan untuk memastikan hepatitis biasa atau etiologi," katanya.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022