Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Probolinggo Yahyadi mengatakan pemerintah kabupaten belum berencana melakukan penutupan pasar hewan mengingat hingga kini tidak ditemukan adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
"Setelah saya berkeliling di pasar hewan, kami tidak menemukan ternak yang terkena PMK, sehingga sampai saat ini tidak ada rencana penutupan pasar hewan," katanya di Kabupaten Probolinggo, Jumat.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar dan peternak diminta waspada dan apabila ada tanda-tanda ternaknya terkena PMK di pasar hewan mana pun agar segera melaporkan kepada petugas untuk diobati.
"Tetapi dengan konsekuensi ternaknya harus dibawa pulang dan diobati secara gratis. Selain itu, kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ternaknya harus disemprot dengan disinfektan," tuturnya.
Ia menjelaskan penyemprotan terhadap kendaraan dilakukan karena virus dari wabah PMK itu sangat cepat sekali menular, sehingga hal itu merupakan salah satu upaya pencegahan agar wabah PMK tidak menyebar secara luas dengan harapan Kabupaten Probolinggo bisa bebas dari wabah tersebut.
"Kami juga melakukan pemantauan lalu lintas ternak di sejumlah pasar hewan untuk memastikan sapi yang masuk ke pasar hewan dalam keadaan sehat dan aman dari wabah PMK," katanya.
Untuk membantu peternak dalam mengantisipasi wabah PMK, lanjut dia, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 77 petugas lapangan mulai dari dokter, paramedis dan tim medisnya, sehingga semuanya sudah siap untuk melayani para peternak.
Jumlah hewan ternak sapi yang diduga terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah itu bertambah dari 143 menjadi 203 ekor berdasarkan laporan petugas teknis peternakan.
"Namun, potensi ternak terancam PMK berdasarkan populasi 2022 triwulan pertama untuk sapi potong sebanyak 312.932 ekor dan sapi perah 8.164 ekor sehingga harus diwaspadai," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Setelah saya berkeliling di pasar hewan, kami tidak menemukan ternak yang terkena PMK, sehingga sampai saat ini tidak ada rencana penutupan pasar hewan," katanya di Kabupaten Probolinggo, Jumat.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar dan peternak diminta waspada dan apabila ada tanda-tanda ternaknya terkena PMK di pasar hewan mana pun agar segera melaporkan kepada petugas untuk diobati.
"Tetapi dengan konsekuensi ternaknya harus dibawa pulang dan diobati secara gratis. Selain itu, kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ternaknya harus disemprot dengan disinfektan," tuturnya.
Ia menjelaskan penyemprotan terhadap kendaraan dilakukan karena virus dari wabah PMK itu sangat cepat sekali menular, sehingga hal itu merupakan salah satu upaya pencegahan agar wabah PMK tidak menyebar secara luas dengan harapan Kabupaten Probolinggo bisa bebas dari wabah tersebut.
"Kami juga melakukan pemantauan lalu lintas ternak di sejumlah pasar hewan untuk memastikan sapi yang masuk ke pasar hewan dalam keadaan sehat dan aman dari wabah PMK," katanya.
Untuk membantu peternak dalam mengantisipasi wabah PMK, lanjut dia, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 77 petugas lapangan mulai dari dokter, paramedis dan tim medisnya, sehingga semuanya sudah siap untuk melayani para peternak.
Jumlah hewan ternak sapi yang diduga terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah itu bertambah dari 143 menjadi 203 ekor berdasarkan laporan petugas teknis peternakan.
"Namun, potensi ternak terancam PMK berdasarkan populasi 2022 triwulan pertama untuk sapi potong sebanyak 312.932 ekor dan sapi perah 8.164 ekor sehingga harus diwaspadai," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022