Satgas Penanggulangan Tuberkulosis (TB) Dinas Kesehatan Kota Surabaya optimistis incidence rate atau rasio kasus baru TB di Kota Pahlawan, Jawa Timur, menurun.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Jumat, mengatakan, penanggulangan TB di Surabaya sudah relatif optimal.
"Kami sudah ada Satgas TB di tingkat kecamatan dan didukung dengan kontribusi dari LSM, akademisi, institusi pemerintah maupun swasta," kata Nanik.
Menurut dia, Satgas hingga saat ini gencar mengeliminir keberadaan penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis tersebut. Tentu saja upaya yang dilakukan itu dengan menggandeng seluruh pihak, baik instansi pemerintah, swasta, akademisi maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Nanik mengatakan, Kota Surabaya merupakan satu dari empat kabupaten/kota di Indonesia yang telah membentuk Satgas Penanggulangan TB. Pembentukan ini sebagaimana menindaklanjuti Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Perpres tersebut, lanjut dia, ditindaklanjuti dengan pembentukan Satgas melalui SK Wali Kota Surabaya pada akhir September 2021. Pada saat itu juga langsung dibuat rencana kerja Satgas untuk triwulan pertama.
Tidak hanya itu, Nanik mengatakan, pihaknya juga telah menggelar Rapat Evaluasi dan Monitoring Penanggulangan TB di Surabaya, Kamis (31/3). rapat kerja tersebut untuk mengevaluasi hasil capaian Satgas yang terdiri dari Perangkat Daerah (PD), LSM, institusi pendidikan, akademisi dan media dalam upaya penanggulangan TB selama triwulan sebelumnya. Sekaligus pula untuk menyusun program agenda kerja pada triwulan berikutnya.
Untuk itu, kata dia, pihaknya optimistis, Surabaya mampu mencapai target tahunan penanggulangan TB. Paling tidak, di tahun 2022 ini, Satgas bisa menemukan kasus sebanyak mungkin dan mengobatinya sampai sembuh.
"Kami harus optimistis bisa mencapai target tahunan, penurunan incidence rate. Tidak ada kasus TB yang neglected (ditelantarkan) tidak tertangani. Mantan pasien TB yang semula sakit dan cuti, bisa bekerja kembali," ujar dia.
Selain itu, Nanik menjelskan, pihaknya melakukan sejumlah treatment bagi pasien TB di Kota Pahlawan, di antaranya adalah mendampingi pasien mengakses pengobatan serta mengatasi segala permasalahan sosial yang dihadapi pasien. Termasuk pula memberikan intervensi terhadap lingkungan tempat tinggal pasien apabila rumahnya tidak layak huni (Rutilahu).
"Dengan program rutilahu apabila tempat tinggalnya tidak memenuhi syarat. Kemudian melakukan pemberdayaan untuk mereka agar bisa kembali mandiri setelah menyelesaikan pengobatan. Lengkap dari hulu ke hilir," kata dia.
Bahkan, Satgas juga memfasilitasi penjemputan ke rumah pasien apabila tidak memiliki kendaraan. Termasuk di dalamnya melakukan treatment berupa pendampingan secara psikis, emosional, penguatan, hingga pemenuhan kebutuhan pokok dan yang dibutuhkan pasien selama menjalani pengobatan.
Selain itu, Nanik menjelaskan, bahwa 63 Puskesmas di Surabaya sudah bisa melakukan skrining TB. Bahkan pula jika ditemukan ada yang sakit, tenaga kesehatan di Puskesmas juga bisa mengobati.
"Kami juga sudah kerja sama dengan dokter praktek mandiri, dengan klinik swasta, dan sebagainya. Kalau harus dirujuk ke rumah sakit, kita sudah mempunyai 59 rumah sakit rujukan. Namun sesuai dengan kapasitas (rumah sakit) nya," kata Nanik. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Jumat, mengatakan, penanggulangan TB di Surabaya sudah relatif optimal.
"Kami sudah ada Satgas TB di tingkat kecamatan dan didukung dengan kontribusi dari LSM, akademisi, institusi pemerintah maupun swasta," kata Nanik.
Menurut dia, Satgas hingga saat ini gencar mengeliminir keberadaan penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis tersebut. Tentu saja upaya yang dilakukan itu dengan menggandeng seluruh pihak, baik instansi pemerintah, swasta, akademisi maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Nanik mengatakan, Kota Surabaya merupakan satu dari empat kabupaten/kota di Indonesia yang telah membentuk Satgas Penanggulangan TB. Pembentukan ini sebagaimana menindaklanjuti Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Perpres tersebut, lanjut dia, ditindaklanjuti dengan pembentukan Satgas melalui SK Wali Kota Surabaya pada akhir September 2021. Pada saat itu juga langsung dibuat rencana kerja Satgas untuk triwulan pertama.
Tidak hanya itu, Nanik mengatakan, pihaknya juga telah menggelar Rapat Evaluasi dan Monitoring Penanggulangan TB di Surabaya, Kamis (31/3). rapat kerja tersebut untuk mengevaluasi hasil capaian Satgas yang terdiri dari Perangkat Daerah (PD), LSM, institusi pendidikan, akademisi dan media dalam upaya penanggulangan TB selama triwulan sebelumnya. Sekaligus pula untuk menyusun program agenda kerja pada triwulan berikutnya.
Untuk itu, kata dia, pihaknya optimistis, Surabaya mampu mencapai target tahunan penanggulangan TB. Paling tidak, di tahun 2022 ini, Satgas bisa menemukan kasus sebanyak mungkin dan mengobatinya sampai sembuh.
"Kami harus optimistis bisa mencapai target tahunan, penurunan incidence rate. Tidak ada kasus TB yang neglected (ditelantarkan) tidak tertangani. Mantan pasien TB yang semula sakit dan cuti, bisa bekerja kembali," ujar dia.
Selain itu, Nanik menjelskan, pihaknya melakukan sejumlah treatment bagi pasien TB di Kota Pahlawan, di antaranya adalah mendampingi pasien mengakses pengobatan serta mengatasi segala permasalahan sosial yang dihadapi pasien. Termasuk pula memberikan intervensi terhadap lingkungan tempat tinggal pasien apabila rumahnya tidak layak huni (Rutilahu).
"Dengan program rutilahu apabila tempat tinggalnya tidak memenuhi syarat. Kemudian melakukan pemberdayaan untuk mereka agar bisa kembali mandiri setelah menyelesaikan pengobatan. Lengkap dari hulu ke hilir," kata dia.
Bahkan, Satgas juga memfasilitasi penjemputan ke rumah pasien apabila tidak memiliki kendaraan. Termasuk di dalamnya melakukan treatment berupa pendampingan secara psikis, emosional, penguatan, hingga pemenuhan kebutuhan pokok dan yang dibutuhkan pasien selama menjalani pengobatan.
Selain itu, Nanik menjelaskan, bahwa 63 Puskesmas di Surabaya sudah bisa melakukan skrining TB. Bahkan pula jika ditemukan ada yang sakit, tenaga kesehatan di Puskesmas juga bisa mengobati.
"Kami juga sudah kerja sama dengan dokter praktek mandiri, dengan klinik swasta, dan sebagainya. Kalau harus dirujuk ke rumah sakit, kita sudah mempunyai 59 rumah sakit rujukan. Namun sesuai dengan kapasitas (rumah sakit) nya," kata Nanik. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022