Anggota DPR RI Komisi X yang juga cucu Presiden Pertama RI Soekarno, Puti Guntur Soekarno, menyebut Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali sebagai keturunan ideologis Bung Karno.
Menurut Puti, Gus Muhdlor, sapaan akrab Bupati Muhdlor, memiliki pandangan dan semangat yang sama dengan kakeknya dalam membangun bangsa Indonesia.
Puti mencontohkan, langkah-langkah Gus Muhdlor dalam merawat kearifan lokal sekaligus membangun karakter bangsa sangat sejalan dengan ajaran Bung Karno.
"Setelah berdiskusi dengan Pak Bupati tadi terutama soal kearifan lokal dan karakter bangsa, saya bisa menyimpulkan bahwa Pak Bupati ini sudah fasih dan sudah menjadi keturunan ideologis Bung Karno," kata Puti saat memberi sambutan pada acara BISA Fest di komplek situs budaya Candi Pari, Kecamatan Porong, Minggu.
Puti menyebut pandangan kebudayaan yang dibangun Gus Muhdlor ada kesamaan dengan kakeknya, Soekarno.
"Gus Muhdlor juga menyampaikan bahwa kita harus membangun daerah ini berlandaskan kearifan lokal. Kalau Bung Karno katakan dulu adalah pembangunan karakter sebuah negara harus berlandaskan kearifan lokal, dan ini dibangun di Kabupaten Sidoarjo," katanya.
Dirinya percaya bahwa Gus Muhdlor memiliki satu visi besar dalam membangkitkan seni-budaya Sidoarjo.
Puti menyampaikan, walaupun pengembangan wisata situs Candi Pari menjadi tanggung jawab dari Kemenparekraf, namun semua pemangku kepentingan harus bersama-sama membangun ekosistem seni dan budaya Sidoarjo.
Tujuannya menggeliatkan lagi perekonomian UMKM, wisata kuliner, pokdarwis membangkitkan anak-anak muda untuk sadar wisata lewat ekosistem seni dan budaya.
"Saya tadi bicara sama pak bupati soal ekosistem, itu artinya harus ada gotong royong. Pak bupati bicara soal kearifan lokal itu dari dulu adalah gotong royong. Mari kita bersama-sama bergotong royong membangun Sidoarjo lewat ekonomi kreatif dan budayanya," katanya.
Sementara itu, Gus Muhdlor mengatakan, untuk menghidupkan seni dan budaya ada tiga hal yang harus dibangun. Pertama, membangun ekosistemnya.
"Soal ekosistem, ini tidak hanya dari sisi seni-budayanya, tapi juga bagaimana SDM-nya, sektor ekonomi penunjangnya, fasilitas untuk penampilan, dan sebagainya. Pemkab Sidoarjo akan terus mengembangkannya," katanya.
Kedua, terus menumbuhkan kearifan lokal yang selama ini mulai tergerus, karena setelah dua tahun pandemi, sekarang kegiatan ruwat desa di mana-mana. Kelihatan geliat, wayang, ludrukan dan kegiatan kebudayaan lainnya.
"Selain karena sudah dirindukan masyarakat, memang harus digencarkan. Semakin masyarakat cinta dengan kebudayaannya, kuat kearifan lokal, punya hal yang dibanggakan dari kabupaten. Maka akan lebih susah untuk diadu domba," katanya.
Hal ketiga, lanjut Muhdlor, penguatan digitalisasi. Aspek digital diperlukan untuk memperluas apresiasi publik kepada seni-budaya lokal.
"Termasuk penting untuk menyebarkan filosofi dan nilai-nilai seni-budaya ke publik yang lebih luas," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Menurut Puti, Gus Muhdlor, sapaan akrab Bupati Muhdlor, memiliki pandangan dan semangat yang sama dengan kakeknya dalam membangun bangsa Indonesia.
Puti mencontohkan, langkah-langkah Gus Muhdlor dalam merawat kearifan lokal sekaligus membangun karakter bangsa sangat sejalan dengan ajaran Bung Karno.
"Setelah berdiskusi dengan Pak Bupati tadi terutama soal kearifan lokal dan karakter bangsa, saya bisa menyimpulkan bahwa Pak Bupati ini sudah fasih dan sudah menjadi keturunan ideologis Bung Karno," kata Puti saat memberi sambutan pada acara BISA Fest di komplek situs budaya Candi Pari, Kecamatan Porong, Minggu.
Puti menyebut pandangan kebudayaan yang dibangun Gus Muhdlor ada kesamaan dengan kakeknya, Soekarno.
"Gus Muhdlor juga menyampaikan bahwa kita harus membangun daerah ini berlandaskan kearifan lokal. Kalau Bung Karno katakan dulu adalah pembangunan karakter sebuah negara harus berlandaskan kearifan lokal, dan ini dibangun di Kabupaten Sidoarjo," katanya.
Dirinya percaya bahwa Gus Muhdlor memiliki satu visi besar dalam membangkitkan seni-budaya Sidoarjo.
Puti menyampaikan, walaupun pengembangan wisata situs Candi Pari menjadi tanggung jawab dari Kemenparekraf, namun semua pemangku kepentingan harus bersama-sama membangun ekosistem seni dan budaya Sidoarjo.
Tujuannya menggeliatkan lagi perekonomian UMKM, wisata kuliner, pokdarwis membangkitkan anak-anak muda untuk sadar wisata lewat ekosistem seni dan budaya.
"Saya tadi bicara sama pak bupati soal ekosistem, itu artinya harus ada gotong royong. Pak bupati bicara soal kearifan lokal itu dari dulu adalah gotong royong. Mari kita bersama-sama bergotong royong membangun Sidoarjo lewat ekonomi kreatif dan budayanya," katanya.
Sementara itu, Gus Muhdlor mengatakan, untuk menghidupkan seni dan budaya ada tiga hal yang harus dibangun. Pertama, membangun ekosistemnya.
"Soal ekosistem, ini tidak hanya dari sisi seni-budayanya, tapi juga bagaimana SDM-nya, sektor ekonomi penunjangnya, fasilitas untuk penampilan, dan sebagainya. Pemkab Sidoarjo akan terus mengembangkannya," katanya.
Kedua, terus menumbuhkan kearifan lokal yang selama ini mulai tergerus, karena setelah dua tahun pandemi, sekarang kegiatan ruwat desa di mana-mana. Kelihatan geliat, wayang, ludrukan dan kegiatan kebudayaan lainnya.
"Selain karena sudah dirindukan masyarakat, memang harus digencarkan. Semakin masyarakat cinta dengan kebudayaannya, kuat kearifan lokal, punya hal yang dibanggakan dari kabupaten. Maka akan lebih susah untuk diadu domba," katanya.
Hal ketiga, lanjut Muhdlor, penguatan digitalisasi. Aspek digital diperlukan untuk memperluas apresiasi publik kepada seni-budaya lokal.
"Termasuk penting untuk menyebarkan filosofi dan nilai-nilai seni-budaya ke publik yang lebih luas," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022