Mantan Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian serta Wadir Pelayanan Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya dr. Urip Murtedjo, Sp.B.KL(K).FINACS(K)., menghembuskan nafas terakhir pada Minggu pukul 13.07 WIB karena terpapar COVID-19.
Putra Urip Murtedjo, dr. Bramantyo H. Sp.B., mengatakan ayahnya meninggal setelah dirawat di Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSUD Dr. Soetomo selama enam hari tepatnya sejak Selasa (8/3).
"Sebelumnya masih beraktivitas seperti biasa. Tapi, Selasa pagi mengalami sesak nafas, lalu oleh ibu kami langsung dibawa ke RSUD Dr. Soetomo," katanya.
Bramantyo menuturkan ayahnya memiliki cukup banyak komorbid, antara lain diabetes, hipertensi, ginjal, dan jantung.
"Karena komorbidnya yang cukup banyak, beliau juga belum sempat mendapatkan vaksin COVID-19 sama sekali," katanya.
Di mata anak-anaknya, almarhum merupakan sosok ayah yang penyayang dan mendukung anaknya untuk berkembang.
"Saya dan saudara saya bisa seperti saat ini tak lepas dari kasih sayang yang beliau berikan," katanya
Dokter Urip Murtedjo kelahiran Surabaya, 4 Juni 1951, menggawangi program Dokter Pendidik Klinik (Dokdiknik) di Fakultas Kedokteran Unair yang memungkinkan staf pegawai rumah sakit pendidikan ikut mengajar di fakultas setempat.
"Seiring banyaknya PPDS yang belajar di FK Unair, jika hanya diajar oleh dosen FK Unair tidak akan cukup. Karena atas inisiatifnya, beliau mengusulkan adanya program Dokdiknik tersebut dan kini lahirlah banyak dokter spesialis berkat beliau," kata Wakil Dekan 2 FK Unair Dr. dr. Hanik Badriyah Hidayati, Sp.BS(K).
Hingga saat ini, program Dokdiknik diberlakukan di banyak institusi pendidikan kesehatan yang berafiliasi dengan rumah sakit.
Selain pernah menjabat Wakil Direktur Pendidikan & Penelitian dan Wadir Pelayanan Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Urip Murtedjo yang wafat pada usia menjelang 71 tahun itu pernah juga menjabat sebagai Plt. Kepala Instalasi Rawat Darurat.
Selain itu, Urip Murtedjo juga menjabat sebagai Ketua Pengembangan Paliatif Bebas dan Nyeri, serta Ketua Forum Pers dan Kepala Instalasi Rawat Darurat.
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Dr. Soetomo Surabaya Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A(K) menambahkan, dokter Urip meninggalkan banyak jasa di RSUD Dr. Soetomo.
Gedung Paliatif RSUD Dr. Soetomo, lanjutnya, ada atas pemikiran dan keringat almarhum. Juga dengan Gedung IGD yang saat ini menjadi IGD terbesar di Indonesia.
"Itu tidak lain atas perjuangan beliau. Beliau ikut merintis, mengembangkan, dan mengader dokter-dokter sehingga dua unit tersebut berdiri dan besar," tuturnya.
Tak hanya itu saja, dokter Urip Murtedjo juga menjadi salah satu perintis layanan operasi kembar siam RSUD Dr. Soetomo bersama almarhum Dr. Agus Harianto, Sp.A(K), yang hingga saat ini menjadi satu-satunya institusi dengan konsentrasi tersebut di Indonesia.
"Beliau tidak terlalu mengejar jabatan. Tapi, menghasilkan begitu banyak produk yang melebihi kapasitas sebagai direksi. Jasa beliau akan kami ingat hingga saat ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Putra Urip Murtedjo, dr. Bramantyo H. Sp.B., mengatakan ayahnya meninggal setelah dirawat di Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSUD Dr. Soetomo selama enam hari tepatnya sejak Selasa (8/3).
"Sebelumnya masih beraktivitas seperti biasa. Tapi, Selasa pagi mengalami sesak nafas, lalu oleh ibu kami langsung dibawa ke RSUD Dr. Soetomo," katanya.
Bramantyo menuturkan ayahnya memiliki cukup banyak komorbid, antara lain diabetes, hipertensi, ginjal, dan jantung.
"Karena komorbidnya yang cukup banyak, beliau juga belum sempat mendapatkan vaksin COVID-19 sama sekali," katanya.
Di mata anak-anaknya, almarhum merupakan sosok ayah yang penyayang dan mendukung anaknya untuk berkembang.
"Saya dan saudara saya bisa seperti saat ini tak lepas dari kasih sayang yang beliau berikan," katanya
Dokter Urip Murtedjo kelahiran Surabaya, 4 Juni 1951, menggawangi program Dokter Pendidik Klinik (Dokdiknik) di Fakultas Kedokteran Unair yang memungkinkan staf pegawai rumah sakit pendidikan ikut mengajar di fakultas setempat.
"Seiring banyaknya PPDS yang belajar di FK Unair, jika hanya diajar oleh dosen FK Unair tidak akan cukup. Karena atas inisiatifnya, beliau mengusulkan adanya program Dokdiknik tersebut dan kini lahirlah banyak dokter spesialis berkat beliau," kata Wakil Dekan 2 FK Unair Dr. dr. Hanik Badriyah Hidayati, Sp.BS(K).
Hingga saat ini, program Dokdiknik diberlakukan di banyak institusi pendidikan kesehatan yang berafiliasi dengan rumah sakit.
Selain pernah menjabat Wakil Direktur Pendidikan & Penelitian dan Wadir Pelayanan Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Urip Murtedjo yang wafat pada usia menjelang 71 tahun itu pernah juga menjabat sebagai Plt. Kepala Instalasi Rawat Darurat.
Selain itu, Urip Murtedjo juga menjabat sebagai Ketua Pengembangan Paliatif Bebas dan Nyeri, serta Ketua Forum Pers dan Kepala Instalasi Rawat Darurat.
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Dr. Soetomo Surabaya Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A(K) menambahkan, dokter Urip meninggalkan banyak jasa di RSUD Dr. Soetomo.
Gedung Paliatif RSUD Dr. Soetomo, lanjutnya, ada atas pemikiran dan keringat almarhum. Juga dengan Gedung IGD yang saat ini menjadi IGD terbesar di Indonesia.
"Itu tidak lain atas perjuangan beliau. Beliau ikut merintis, mengembangkan, dan mengader dokter-dokter sehingga dua unit tersebut berdiri dan besar," tuturnya.
Tak hanya itu saja, dokter Urip Murtedjo juga menjadi salah satu perintis layanan operasi kembar siam RSUD Dr. Soetomo bersama almarhum Dr. Agus Harianto, Sp.A(K), yang hingga saat ini menjadi satu-satunya institusi dengan konsentrasi tersebut di Indonesia.
"Beliau tidak terlalu mengejar jabatan. Tapi, menghasilkan begitu banyak produk yang melebihi kapasitas sebagai direksi. Jasa beliau akan kami ingat hingga saat ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022