Universitas Brawijaya (UB), Sabtu (12/3) kembali mengukuhkan dua profesor baru, yakni Prof Dr Muhammad Saifi dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan Prof Wayan Firdaus Mahmudy dari Fakultas Ilmu Komputer.

Prof Muhammad Saifi dikukuhkan sebagai profesor di bidang Ilmu Manajemen Keuangan. Ia merupakan profesor aktif ke-12 di FIA dan ke-163 di UB. Sedang Prof Wayan Firdaus Mahmudy dikukuhkan sebagai profesor di bidang Ilmu Komputer. Prof Wayan merupakan profesor aktif pertama di Filkom dan ke-164 di UB.

Dalam pidato ilmiah yang mengambil tema "Keuangan Terpadu di Perusahaan Asuransi", Prof Muhammad Saifi mengatakan Kebijakan Keuangan Terpadu dirumuskan dengan lima unsur dasar, yaitu corporate governance, intelectual capital, invesment policy, capital structure policy, dan devidend policy.

Menurut dia, kebijakan keuangan terpadu merupakan bagian dari ilmu manajemen keuangan dan bisnis yang berorientasi pada upaya menyejahterakan pemilik perusahaan.

Model kebijakan keuangan terpadu tersebut didapat dari pengambilan sampel delapan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai 2018 hingga 2020. "Sampel perusahaan asuransi ini menarik diangkat, karena semakin meningkatnya tren masyarakat membutuhkan perlindungan atas apa yang dimiliki. Namun jangan sampai kejadian gagal bayar polis di tahun 2019 terulang kembali," kata Prof Saifi.

Secara umum, katanya laba perusahaan asuransi turun, pada tahun 2019 mencapai Rp0,69 triliun menjadi Rp0,64 triliun di tahun 2020. Jumlah perusahaan asuransi mengalami fluktuasi dan cenderung turun di tahun 2020. Ini membuktikan bahwa asuransi-asuransi tersebut belum melakukan kebijakan keuangan yang tepat.

"Kebijakan keuangan yang tepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan diawali dari tata kelola perusahaan yang tepat," ujarnya.

Sementara itu, Prof Wayan Firdaus Mahmudy dalam pidato ilmiahnya mengangkat tema Pengembangan Metode Kecerdasan Buatan Terintegrasi untuk Optimasi proses Produksi dan Distribusi Industri Manufaktur.

Dalam pidato ilmiah tersebut, Prof Wayan mengemukakan kerangka solusi yang diusulkan disebut "Model Terintegrasi Produksi Distribusi Manufaktur (MPDM)".

MPDM menggabungkan adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) untuk meramalkan permintaan produk oleh konsumen, improved genetic algoritms (IGA) untuk menentukan jumlah setiap jenis barang yang harus diproduksi, real-coded genetic algorithms (RCGA) untuk menyusun jadwal produksi, dan modified genetic algorithms (MOGA) untuk menyusun mekanisme distribusi.

Permasalahan pada proses produksi hingga distribusi yang harus diselesaikan ada empat, pertama peramalan diperlukan untuk mendapatkan jumlah permintaan konsumen untuk setiap jenis produk. Kedua, perencanaan produksi agregat menghasilkan kuantitas setiap jenis barang yang harus diproduksi.

Selanjutnya (ketiga), penentuan waktu mulai untuk memproduksi setiap jenis produk dilakukan pada proses penjadwalan, dan terakhir adalah proses produksi dilakukan, kemudian produk harus didistribusikan ke konsumen.

"Keempat permasalahan tersebut harus diselesaikan dengan prinsip optimasi di industri manufaktur. Produk yang dihasilkan harus lebih baik, lebih cepat proses produksinya, lebih kompetitif dari segi harga, dan bisa diterima konsumen tepat waktu dengan biaya distribusi yang rendah," katanya.

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022